Advertisement
Guest User

The Screen Generation - by elliot.pank cDC

a guest
Aug 15th, 2013
278
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 13.34 KB | None | 0 0
  1. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  2. - T h e S c r e e n G e n e r a t i o n -
  3. by elliot.pank cDC
  4. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  5.  
  6.  
  7.  
  8. Aku terlahir sekitar tahun delapan puluhan. Dan aku ingin memberitahumu tentang apa itu "Screen Generation", generasi yang cukup muda di tahun duaribuan. Dimana masalahnya bukan hanya menyoal ia (big-brothers) yang melihat kita melalui layar raksasa, seperti visi Orwell ttg masyarakat dystopia dalam novelnya "1984", Namun juga menyangkut kami, yang menatap layar sepanjang waktunya untuk melihat dirinya sendiri.
  9.  
  10. Dalam "The Doors of Perception", Huxley mengevaluasi apa yang terjadi pada otak manusia ketika dibawah suplai gula yang memadai. Ia menggunakan meskalin (*zat kimia yang terdapat pada kaktus Peyote yang bisa memberikan efek halusinasi) untuk mendukung efek tersebut. Aku pikir, aku telah mengalami persepsi yang sama namun tanpa menggunakan obat-obatan, dan ini terjadi pada komputer; melihat image dan video, membaca e-book dan teks, melakukan chatting tanpa makan dan minum yang cukup, terisolasi dari apa yang namanya dunia nyata. Aku dapat membandingkan obat – sebagai medium persepsi atas dunia - dan internet -sebagai medium persepsi atas masyarakat. Puncak pengalamannya terjadi beberapa tahun kebelakang, ketika aku memiliki koneksi internet untuk waktu yang lama dan mengetahui jalanku ada di sekitar web.
  11.  
  12. Hari ini, beberapa tahun setelahnya, aku menuliskan ini nyaris dalam kondisi psikologis yang sama – dan tiba tiba telpon berbunyi, seakan menyeret kembali ke dunia nyata setelah sekian lama berjalan-jalan di alam mimpi. Aku kemudian beranjak dari kursi dan berjalan sedikit terhuyung untuk kemudian menjawab telepon. Sebelum mengangkat telepon, aku mencoba untuk mengingat-ngingat kembali jika telah melupakan sesuatu yang penting, mengenai ini itu dan tetek bengek lainnya soal dunia. Aku tidak mengetahui bagaimana hari hari telah berlalu, dan tidak dapat menjelaskan kondisi pikiranku ini; aku telah membaca, menghubungkan, dan menyerap berbagai macam konten. Tersesat, diantara jendela teks dan image yang tersebar di seluruh layar dan fragments. Kehilangan waktu yang berharga.
  13.  
  14. Aku bagian dari generasi internet dan cenderung menyebutnya dengan istilah "Screen Generation", karena itulah kami; “yang terus-menerus melihat layar untuk kemudian mencari diri kami sendiri”.
  15.  
  16. Semenjak berumur enam tahun, aku sudah menggunakan komputer dan berlangganan internet setelah lulus SMP. Selama masa-masa sekolah, aku punya ritual-harian yang sama; pulang kerumah, melempar tas kepojokan, menyalakan komputer lalu kemudian berselancar di internet. Bahkan di hari-hari awal online, aku menerima begitu banyak pengetahuan secara otodidak. Sekolah tidak lebih adalah tempat yang membosankan. Pada dasarnya, aku hanya bisa memotivasi diri untuk dapat berbuat dan mendapatkan nilai yang baik, setelah itu, aku banyak lupa akan "fakta" dengan begitu cepat, semuanya seakan kosong dari emosi; guru dan juga teman sekelas menjadi begitu kecil artinya. Semua orang “meminum The Kool Aid*” (sejenis citrin/bubuk dengan aneka rasa buah-buahan) dan sibuk menjaga dari apa yang mereka anggap sebagai berjalannya kehidupan sosial. Dari Senin hingga Jumat, bercerita tentang hidup dan “perjalanannya” di minggu sebelumnya, berharap dan menunggu hingga akhir pekan selanjutnya tiba. Kebanyakan dari mereka tidak tertarik pada lingkungannya, atau apakah mereka memiliki minat dalam soal seni dan kebudayaan, maupun juga ketertarikan satu sama lainnya. Aku benci begitu banyak dan mencintai sedikit diantara mereka.
  17.  
  18. Malam kulewati bersama orang-orang “aneh” dalam gigs-punk; kadang waktu senggang lainnya kuhabiskan bersama sahabatku kemana saja, untuk merasakan hidup ini. Sepanjang masa mudaku, aku merasa dikonfrontasikan akan pengertian norma dan karir. Bekerja untuk dapat berkonsumsi, belajar untuk kemudian bisa bekerja. Segala sesuatu yang sepertinya terlihat salah, begitu jauhnya dari kebutuhanku yang sebenarnya.
  19.  
  20. Sejak awal pengalaman berinternet, aku menghabiskan banyak waktu dalam komunitas-online, forum terbuka dimana orang berbagi video, image, jokes, artwork, tulisan dan mendiskusikannya. Aku juga menghabiskan waktu dalam “Scenes-Underground”, di mana orang berbagi kesamaan interest, yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pengetahuan. Aku bertemu banyak orang-orang ini di alam kehidupan nyata, menghabiskan liburan bersama mereka, berpesta, hingga berkencan dengannya, aku mengenal beberapa orang di internet lebih baik daripada ia yang duduk sebelah dibangku kelasku. Dari online, kamu memungkinkan mendapatkan undangan pertunjukan-seni, event street-arts, hingga konser underground; aku berpengalaman dalam soal internet, sebagai alat yang cukup kuat dalam mengatur kehidupan dan pada saat yang bersamaan, berfungsi sebagai “mainan” yang mengatur waktu kosongku. Untungnya, tidak hanya sampah dan kotoran online; beberapa materi berharga ada disana, hanya saja orang harus tahu bagaimana cara mencarinya. Pengalaman dari dapatnya mengakses begitu banyaknya kebudayaan-manusia secara gratis, berdampak besar padaku. Proses ini mengabaikan aturan dan kontrol dalam soal kepemilikan pribadi, dan aku melihatnya itu semua ada ditangan pertama. Buku dapat saja menyebar secara online, setiap lagu dan album ada disana, kemudian seluruh film dan diskografi lengkap tersedia untuk diambil. Untuk meningkatkan jangkauan, “kultur-online” terpengaruh “kultur-offline”, band merilis musik online dan lagu yang berisi sample hits dari puncak tangga lagu.
  21.  
  22. Aku selalu kecanduan pada dunia digital. Bagiku, disini tidak sepenuhnya dingin atau juga mati, melainkan berwarna-warni dan penuh dengan berbagai macam konten dan bentuk komunikasi. Ini seperti layar antar-muka (interface), dimana didalamnya terdapat proses penciptaan budaya manusia yang tak berujung. Aku tahu betapa mudahnya tersesat di depan interface. Dan aku pikir, aku tahu bagaimana cara menyeimbangkannya. Biasanya aku pergi ke luar dan bermain, duduk dimalam hari pada tepian pantai sambil mendengar deburan ombak, memandangi bintang, merasakan hangatnya api unggun, memanjat gedung di kotaku, dan membiarkan aliran angin melewati hidungku. Namun seketikanya kembali dari perjalanan ini, entah sendirian atau bersama dengan yang lainnya, dunia masihlah tetap sama, masyarakat masih tetap sama. Kebutuhan kami seakan diatur oleh sebuah produksi yang dipandu oleh maksimalisasi keuntungan semata. Sebagian besar orang justru tidak mengambil bagian dalam keuntungan ini; mereka hanya digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut. Delapan jam atau lebih seharinya, lalu kemudian pulang ke rumah, dimana televisi menjadi rekreasi tontonan kesehariannya. Iklan ibarat Sirkus, Surat kabar, dan acara televisi mencoba menunjukkan kepada kita akan makna hidup ini serta memungkinkan keseluruhan proses itu seakan berjalan secara alamiah dan normal. "Waktu luang" adalah agar orang tetap duduk manis: dimana semuanya bertindak pasif serta menikmati atau hanya mengkonsumsi setiap ide dan produk itu sendiri. Mengkonsumsi, bekerja, mengkonsumsi, bekerja.
  23.  
  24. Beberapa orang melihat adanya kesamaan antara Internet dan TV. Keduanya tampak membosankan, dengan "miskinnya- hiburan" serta sajian informasi yang tidak relevan. Aku tidak tahu apakah perbandingan ini cukup akurat, karena bisa dibilang aku tumbuh tanpa Televisi, jadi aku tidak terlalu cukup pengalaman dalam menilai hal ini, namun aku melihat beberapa perbedaanya tertentu. Salah satunya adalah kemungkinan dari pengaruh dan interaksi. Dalam televisi, industri menunjukan pandangan akan dunia. Eksistensi system yang dihadirkan beserta justifikasinya. Mengapa kesemuanya ini terlihat begitu alamiah? Menyoal komoditas, pekerjaan, kemiskinan dan kesejahteraan? Karena, akar dari persoalan yang tidak pernah dijelaskan disini. Tampaknya dalam internet kritik bisa hadir, dan kamu dapat menganalisa dari berbagai aspek masyarakat (walaupun dengan kritik, kita ibarat harus memisahkan gandum dari sekamnya). Kamu dapat tersesat dalam internet, seperti halnya ketika didepan televisi. Di masa lalu, aku bisa menghabiskan akhir pekan dengan chatting disaluran IRC serta berbicara banyak hal yang menarik dan menjadi begitu asing serta tidak berarti ketika aku kembali ke sekolah. Aku menyaksikan dengan penuh kegembiraan dan bermain main lebih realistis dari games computer; aku menikmati hiburan murah. Tapi untungnya aku dapat melewati semua itu.
  25.  
  26. Aku ingin menunjukkan kesamaan antara dunia online dan kultur kesusasteraan. Buku telah ada dalam sekian waktu yang cukup lama, disana selalu saja ada cara bagaimana gagasan itu disebarkan serta memformulasikan kritik, alternatif, dan juga teori. Singkatnya buku adalah dokumentasi pemikiran manusia. Internet atau juga Web adalah cara baru untuk menjadikan teks itu tersedia bagi semua orang. Aku belajar banyak hal yang penting dari sana. Semenjak semua orang dapat mempublikasikan banyak hal secara online, kamu ibaratnya sedang menatap pada gundukan tanah raksasa ketika hendak memulainya. Namun seperti halnya aku yang telah membaca beberapa hal yang penting dari keseluruhan hidupku, aku belajar untuk dapat memahami teks-teks besar secara cepat, untuk mencari gagasan. Aku memiliki rasa dahaga akan kebudayaan. Potongan “puzzle” yang datang bersamaan; rasa sakitku dan ketidakpahaman akan mekanisme dunia serta mengapa kesemuanya itu begitu di atur dan bersifat tidak bebas.
  27.  
  28. Dalam dunia online, kamu akan menemukan berbagai orang yang berbagi ketertarikan serta membangun jaringan bersamanya. Disana ada berbagai macam koneksi, dan kamu dapat menerima feedback dari karyamu serta berbagi pemikiran tentang seni dan filsafat. Disana juga ada koloborasi-teks dan karya seni. Hal ini akan berdampak terhadap cara berpikir juga, perasaan bekerja sama dengan berbagai orang dari berbagai tingkatan level yang berbeda dibandingkan dengan dunia normal; dalam cara yang bebas, setara, progresif, dan tidak komersil. Ketika aku melihat kembali pada jejak yang kutinggalkan di internet, itu seperti buku harian yang panjang diantara berbagai moment dan perasaan. Aku menyukai berjalan keliling diantara arsip yang tak berkesudahan ini, untuk sekedar melihat kontribusi semua orang yang pernah aku temui. Dalam beberapa hal, disana tidak ada perubahan sama sekali dalam informasi, bahkan meskipun aku telah mendapatkan teks telah bergerak lebih maju. Seringkali, teks menyebar keluar dalam berbagai arah, tidak terstruktur dan overload. Hal-hal yang sungguh memprovokasi pemikiran dan argument yang cukup baik, masih aku dapatkan dari buku cetak.
  29.  
  30. Dan, "Hei - hidup bukanlah sekedar membaca dan belajar”. Sesungguhnya, keseluruhan arti dari kultur dan kritik tersebut adalah untuk mengantarkan gagasan tentang bagaimana kehidupan yang lebih baik itu dapat dihidupi, untuk menemukan cara mengekspresikan diri, merasakan setiap moment sebagai suka cita bukan semata atas dasar bertahan hidup.
  31.  
  32. Pemisahan kehidupan di dunia nyata dan relokasi dari komunikasi yang mengatur kehidupan di dunia maya adalah pemisahan yang menyebabkan terjadinya kerusakan baru. Hal ini memungkinkan semua orang menghabiskan banyak waktunya dengan menggunakan media, dan mendapati semua orang terbiasa berjarak antara satu dengan yang lainnya. Hasilnya cukup banyak, seperti pengalaman ia yang hanya berbicara via telepon tanpa adanya percakapan langsung; keberadaan emosi inti dari bagian komunikasi itu justru akan hilang. Proses ini tumbuh disaat aku sedang menulis. Semakin banyak orang yang menggunakan internet sebagai medium pertemuan, mempresentasikan dirinya, dan sebagai alat yang mengatur kehidupan mereka. Dalam banyak kasus, kehilangan garis komunikasi ini justru terletak pada “kultur-online” bukan dalam "kultur-offline" dimana komunikasi itu berasal. Masyarakat online dan masyarakat offline terus eksis secara paralel dan relasi ini berlanjut terhadap adanya efek pemisahan, birokratisasi, serta miskinnya emosi.
  33.  
  34. Pada dasarnya web adalah salah satu medium komunikasi kita, sehingga ini juga menyangkut aspek negatif serta kontradiksi umumnya yang terjadi dalam masyarakat kita. Ia juga dapat berfungsi dalam membangun ruang bebas serta penyebaran kritik terhadap kekuasaan yang mapan, atau juga kritik terhadap realitas itu sendiri. Sebuah ruang yang penuh dengan pengetahuan dan inspirasi.
  35.  
  36. Aku menuliskan ini hanya sebagai kontribusi kecil, mungkin saja seseorang akan terbangunkan dari jam onlinenya yang tak berujung, atau ia yang telah kembali menemukan dirinya sendiri. Ini adalah kata-kata seorang muda; yang telah memiliki akses ke internet hampir dari separuh hidupnya. Menulis itu dirasa perlu, dan sepertinya sekarang saat yang tepat untuk merekam pemikiran tersebut dan melakukan refleksi.
  37.  
  38. Ponsel tiba-tiba berdering lagi. "Oh, ternyata dari seseorang yang saya cintai, kita akan bertemu untuk sekedar makan malam. Sepertinya ini sebuah rencana yang baik"
  39.  
  40.  
  41.  
  42. Notes:
  43. *Minum The Kool Aid (Drinking The Kool Aid), adalah metafor yang umum digunakan di AS dan Kanada, biasanya itu mengacu kepada orang atau sekelompok yang memiliki keyakinan nyaris tak terbantahkan, atau semacam filosofi yang tanpa kritik didalamnya.
  44. **artikel ini diterjemahkan ala kadarnya dengan bantuan google translate, mohon dikoreksi biar lebih siiips!! :))
  45.  
  46. source: http://www.cultdeadcow.com/cDc_files/cDc-0412.html
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement