Advertisement
Guest User

time is cruel

a guest
Dec 6th, 2019
164
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 4.15 KB | None | 0 0
  1. Jarak urung terbentang ketika pergelangan tangannya ditangkap. Sesaat ia terperangah; Roxy menemukan dirinya gagal menepis telapak itu. Hanya ada tarikan napas pendek bersama jantung yang kemudian berdenyut janggal. Kedua iris hijau masih enggan bersitatap untuk alasan baru.
  2.  
  3. Terutama setelah tibanya jawaban yang ia tunggu-tunggu.
  4.  
  5. Afirmasi atas pertanyaan darinya yang sebelum ini lebih seperti pembuktian diri ketimbang keinginan untuk perasaannya berbalas. [color=gray]“Apakah aku menganggapmu lelucon? Tidak.”[/color] Kedua irisnya pun terpejam. [color=gray]“Apa aku suka membuatmu menangis? Tidak pernah.”[/color]
  6.  
  7. Dan semakin ia dibuat enggan bertemu tatap biru. Rautnya kacau, campuran sisa putus asa, dan kini, barangkali, haru. Lebih laginya mungkin lega. Jika ada reaksi yang lebih jujur dari gadis itu, hanyalah kerut alis yang mengendur dan warna wajah yang melumer. Sejatinya bagi sang Nike, apapun yang menjadi kemungkinan jawab, akan selalu tersisa dua pilar kokoh yang menjembatani dirinya dan @[Euphrasie Blanchard];
  8.  
  9. Rasa percayanya, dan rasa sayangnya.
  10.  
  11.  
  12. Perasaan yang tidak pernah terungkap, yang tidak diakuinya di hadapan Dima sekalipun, yang ironisnya sebelum ini ia kira sebagai benci. Menyadari hal itu membuat saling tatap adalah perkara sulit. Maka Roxy memilih memandangi lukanya yang tengah diurus telaten. Menepikan perasaan dan pikiran agar tidak melambung keluar. Perlakuan Euphrasie begini lembut; padahal ia sangsi jika putri Ares bahkan pernah mempedulikan dirinya sendiri dalam urusan cedera.
  13.  
  14.  
  15. Dentuman yang hadir membuat bahunya melonjak. Saat iris hijau menoleh, kakaknya telah tiba bersama Morrigan dalam tunggangan manticore. Seruan bariton bernada mengancam dan Roxy tak mampu menyembunyikan panik, terutama dengan rundung perasaan bersalah.
  16.  
  17. [color=gray]“.. Rosie,”[/color] Seketika ia terkesiap dalam napas.
  18.  
  19. Senyum terkulum tipis di wajah perempuan dengan fitur maskulin. Kali itu olivnya naik ke tatap biru, untuk menemukan wajah itu masih tertunduk menangani lukanya. Sebelum akhirnya pandangan mereka kembali bersirobok. “....[i]he is[/i].” Shea Frost, putra Nike, [i]kakaknya[/i]. Menjelaskan siapa orang tua dewata yang telah mengakui dirinya pula. Roxy dipaksa berpikir cepat ketika menyadari kebersamaan mereka kembali dikurung waktu. Terutama ketika @[Aristide Lightwood] mengamini, dan meninggalkan mereka dalam detik persis yang berjalan mundur.
  20.  
  21. [i]Five minutes. Shea, please, just five more minutes.
  22.  
  23.  
  24. And I'll come home to you.[/i]
  25.  
  26.  
  27. Ia tidak memberi Lightwood tatapan yang berbeda dari Euphrasie. Caranya berterima kasih setelah ketersediaan pemuda itu ikut campur. Dan setelahnya hanya tersisa ia dan putri Ares dalam gelung kabut, dalam kejaran waktu, dalam rindu yang belum tuntas. “[i]Time is so cruel to us, isn’t it[/i].” Toreh kalimatnya getir, hampir seperti umpat. Kini ia tidak ingin meninggalkan pandangnya barang sedetik, memanfaatkan tiap menit yang tersisa. “[i]How about you? Will you be okay?[/i]” Roxy menarik napas atas kejadian yang terjadi di belakang mereka. Namun bilamana Euphrasie mempercayai hal tersebut, maka pula dirinya.
  28.  
  29. Masih lekang tatapnya jatuh pada sosok yang riapnya menggelap. Yang tetap dikenalinya dalam sekali pandang, bahkan di sekelebat waktu. Karena hanya kepadanya degup jantung mampu berdetak ganjil. Roxy memejam mata sejenak, sebelum menghambur dalam rengkuh ketika kedua lengannya yang ramping melingkar di leher Blanchard. Berjinjit, rekat, erat. Harusnya sejak awal ia tidak perlu meminta.
  30.  
  31.  
  32. Bila sebelumnya ada peluk yang ditolak, atau rengkuh yang tak terbalas;
  33.  
  34. Biarkan gadis itu menginisiasi yang satu ini.
  35.  
  36.  
  37. Dahi terbenam dalam lekuk leher, bersandar di sana. Ia masih punya keinginan untuk meminta perempuan itu tinggal, tapi yang terucap di bibir aprikot itu adalah kalimat yang baginya lebih bijaksana: “[i]I don't know what you're trying to do out there, but you can tell me... when you're ready.
  38.  
  39. Just—just try not to get hurt in the process. If you are not doing it for yourself, at least do it for me. For Morrigan... and also for the sake of everyone who loves you.[/i]”
  40.  
  41.  
  42. [i]You heard her, she loves you.[/i]
  43.  
  44.  
  45.  
  46. Ia ingin lima menitnya berhenti.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement