Advertisement
Guest User

Untitled

a guest
Oct 20th, 2019
90
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 11.39 KB | None | 0 0
  1. F.     Sudut Pandang                     : Pembawaan suatu cerita
  2.  
  3.               Berdasarkan beberapa pandangan tentang pusat pengisahan, dapat diperoleh gambaran bahwa ada beberapa kemungkinan yang dapat dipergunakan oleh pengarang dalam menceritakan ceritanya melalui pusat pengisahan, seperti halnya dalam novel RDP pada bagian pertama menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
  4.  
  5.         Ia merasa srintil telah menjadi milik semua orang Dukuh Paruk. Rasus cemas tidak bisa lagi bermain sepuasnya dengan Srintil di bawah pohon nangka. Tetapi Rasus tak berkata apapun. (RDP: 20)
  6.  
  7.           Pengarang dalam kutipan di atas ikut terlibat dalam cerita sekaligus sebagai pengamat. Penggunaan orang ketiga dalam novel ini dapat dikatakan logis, dalam gaya penceritaan orang ketiga serta serba tahu karena pengarang berada di luar cerita, pengarang mengetahui batin tokoh utama, seperti tokoh Rasus ketika menyaksikan pentas menari srintil. Pengarang seperti ikut merasakan apa yang dirasakan Rasus, yaitu perasaan hati Rasus.
  8.  
  9. Sedangkan pada bagian kedua sampai seterusnya ditampilkan dengan Sudut pandang orang pertama pelaku utama, yaitu Rasus yang di sebut “aku”. “Aku” yang bercerita dalam novel RDP mempunyai dua kemungkinan. Pertama, “aku” pencerita yang berkedudukan sebagai pengarang yang menyusun cerita. Kedua, “aku” tokoh utama yang mempunyai kedudukan yang dominan pada cerita.
  10.  
  11. Penggunaan sudut pandang orang pertama pelaku utama terlihat jelas dalam kutipan berikut. Aku mengenal dengan sempurna setiap sudut tersembunyi di Dukuh paruk. Ketika kartareja bercakap-cakap dengan Dower, aku mendengarnya dari balik rumpun pisang di luar rumah. (RDP: 59-60)
  12.  
  13.        Pada kutipan di atas ditunjukkan dengan tidak adanya komentar pengarang dalam cerita. Tokoh utama bercerita tentang dirinya sendiri melalui tingkah laku yang diperankannya. Disamping itu, dari pemahaman tokoh aku tentang Dukuh Paruk memperkuat dugaan sedut pandang pada bab dua sampai empat menggunakan orang pertama pelaku utama.
  14.  
  15.         G.       Gaya bahasa             : Ciri-ciri pembawaan bahasa yang terdapat dalam cerita
  16.  
  17. Gaya Bahasa yang terlihat dalam novel ini kadang membingungkan, karena terdapat bahasa jawa dan mantra-mantra jawa.
  18.  
  19. Uluk-uluk perkutut manggung
  20.  
  21. Teka saka negndi,
  22.  
  23. Teka saba tanah sabrang
  24.  
  25. Pakanmu apa
  26.  
  27. Pakanku madu tawon
  28.  
  29. Manis madu tawon,
  30.  
  31. Ora manis kaya putuku, Srintil
  32.  
  33. (RDP:10)
  34.  
  35.       
  36.  
  37.         H.       Amanat                     : Pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca
  38.  
  39.       Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita. Jangan gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi karena suatu saat penyesalan akan datang dalam hidupmu, segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Kehidupan fana dalam hura-hura dunia dapat mencekam masa depanmu!
  40.  
  41.  Pesan lain mungkin lebih cenderung kepada ketidak senangan atau kebencian pengarang terhadap pengkhianatanyang dilakukan oleh PKI di akhir September 1965. sehingga novel ini muncul dan menjadi penyuara kegetiran hati pengarang yang menggambarkan keadaan di masa itu.
  42.  
  43. 2.     Unsur Ekstrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
  44.  
  45.   1.  Nilai dan Moral
  46.  
  47. Nilai yang terkandung dalam novel RDP yaitu nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyatrakat, peradaban, atau kebudayaan. Hal ini secara eksplisit disampaikan pengarang sebagaimana tampak pada kutipan berikut.
  48.  
  49. Orang-orang yang sudah berkumpul hendak melihat Srintil menari mulai gelisah. Mereka sudah begitu rindu akan suara calung. Belasan tahun lamanya mereka tidak melihat pagelaran ronggeng. (RDP: 19)
  50.  
  51. Kutipan di atas menggambarkan bahwa Dukuh Paruk begitu erat dengan budaya pertunjukkan ronggeng. Adanya ronggeng merupakan pemersatu masyarakat yang ada di Dukuh Paruk. Nilai budaya yang terdapat dalam novel juga sangat erat dengan adat yang ada di Dukuh paruk.
  52.  
  53. Sedangkan moral yang terdapat dalam novel RDP yaitu moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran adat yang menguasai peputaran manusia atau disebut moral terapan. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
  54.  
  55. Di belakangku Dukuh Paruh diam membisu. Namun segalanya masih utuh di sana: keramat Ki Secamenggala, kemelaratan, sumpah serapah, irama calung, dan seorang ronggeng. (RDP: 107)
  56.  
  57. Melalui kutipan di atas pengarang melukiskan kehidupan masyarakat yang masih berada dalam alam pikiran mitis, miskin, longgar tatanan moralnya, dan ronggeng. Tingkah laku masyarakat Dukuh Paruk yang biasa dengan sumpah serapah mencerminkan kebiasaan yang dinilai tidak baik. Sehinggan moral yang terdapat dalam novel RDP banyak membahas tentang bentuk moral etika, yaitu membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
  58.  
  59. a.          Keagamaan (relegius)
  60.  
  61. Dalam novel ini, unsur keagamaan tidak terlalu diperlihatkan karema warga Dukuh Paruk lebih mempercayai adanya nenek moyang dan hal-hal animisme lainnya
  62.  
  63. b.          Kebudayaan
  64.  
  65. Dalam novel ini, banyak terdapat unsur kebudayaan seperti: menari, menyanyi sambil nyawer, memberikan sesaji kepada nenek moyang
  66.  
  67.   2.     Unsur Sosial
  68.  
  69.       Dalam novel ini, unsur sosial kemasyarakatan lebih cenderung ke arah ronggeng. Karena segala sesuatu yang berhubungan dengan hubungan antar manusia lebih diutamakan untuk ronggeng karena bagi mereka, adanya sosok ronggeng merupakan kebanggaan tersendiri di Dukuh Paruk
  70.  
  71.       Unsur ini kemungkinan besar mengangkat tentang kenyataan hidup yang pernah terekam dibenak pengarang, yang terjadi saat pengkhianatan PKI. Tumbuhnya kesadaran setiap orang Indonesia terhadap nilai-nilai kemanusiaan masih menjadi persoalan yang penting dalam perjalanan sejarah bangsanya. Banyak orang yang menyuarakan tentang demokrasi dan hak asasi manusia , itu merupakan bukti bahwa masalah kemanusiaan sangat sering terusik/ terjadi. Gambaran nyata terdapat dinovel ini yang terwakili oleh sosok Srintil, Rasus dll, yang berbicara tentang pentingnya kesadaran terhadap masalah kemanusiaan.
  72.  
  73.  
  74. 3.       Unsur Politik .
  75.  
  76. Unsur ini merupakan unsur yang paling utama terlintas dari benak pengarang, karena pengarang merasa sangat prihatin terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan yang telah menindas orang-orang kecil yang kebanyakan dari mereka tidak tahu menahu mengenai berbagai persoalan tentang politik, khususnya persoalan mengenai pengkhianatan yang dilakukan oleh PKI yang terjadi di akhir September 1965.
  77.  
  78. 4.       Unsur Ekonomi.
  79.  
  80. Masalah yang ingin diangakat oleh pengarang diantaranya adalah mengenai masalah ekonomi yang dialami oleh masyarakat, dalam hal ini adalah “Dukuh Paruk”. Ini sering terlihat dalam pergantian judul maupun pergantian bab, yang mana mengggambarkan kemiskinan masyarakat “Dukuh Paruk” yang terletak ditengah-tengah pematang sawah. Penggambaran ini tampak jelas terlihat seperti : digambarkan luasnya ribuan hektar sawah yang mengelilingi desa telah tujuh bulan kering kerontang,…. Sampai anak-anak kecil rela bersusah payah mencabut singkong yang terpendam dalam ditanah kapur,,, itulah sedikit gambaran keadaan ekonmi yang sedang dialami oleh masyarakat “Dukuh Paruk”, dan keadaan itulah yang sebenarnya ingin ditunjukan oleh pengarang kepada pembaca.
  81.  
  82. 5.      Latar belakang pengarang
  83.  
  84. Ahmad Tohari adalah sebuah nama besar dan langka di dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Dari karya sastra yang saya baca, nama Ahmad Tohari langgeng dan cepat nempel di kalangan pembaca. Tema keislaman, dan nilai kehidupan kesederhanaan. Ronggeng Dukuh Parukadalah salah satu bibel Ahmad Tohari. Dengan hadirnya serangkaian karya Ahmad sebagai juru bicara kesusastraan bertema lokal. Pengetahuan Ahmad Tohari mengenai dunia ronggeng dan filosofinya menegaskan bahwa Ahmad Tohari adalah wakil dari suara orang-orang yang satu daerah asalnya.
  85.  
  86. C. PENUTUP
  87.  
  88. Secara analisis, novel Ronggeng dukuh Paruk dapat menambah pemahaman kepada pembaca dalam menemukan unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik cerpen. Unsur novel Ronggeng Dukuh Paruk yang dianalisi yaitu tema, latar, penokohan dan perwatakan, alur, sudut pandang,amanat atau pesan, gaya bahasa,nilai moral, keagamaan, kebudayaan, unsure social, unsure politik, unsure ekonomi, dan latar belakang pengarang.
  89.  
  90. Tema pokok dalam RDP, yaitu pertentangan antara keramat Ki Secamenggala dengan kaum terpelajar. Latar yang terjadi di Dukuh paruk. Tokoh utama Rasus dan tokoh pembantu utama Srintil. Alur yang terjadi alur campuran dengan menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama.
  91.  
  92. Ronggeng Dukuh Paruk[1] karya Ahmad Tohari dibuka dengan lanskap tatapan burung (dalam arti sebenarnya, yakni sepasang burung bangau yang terbang di atas dukuh), untuk memaparkan latar “sejarah” yang akan terjadi di sana. Ruang: Dukuh Paruk yang dikelilingi ribuan hektar sawah kerontang. Waktu: dibuka di satu musim kemarau panjang, 11 tahun setelah 1946. Juga ditekankan bahwa penduduk dusun tersebut, yang tinggal di 23 rumah, berasal dari keturunan yang sama. Mereka terikat persaudaraan darah dan daging. Ini penting untuk melihat bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian mencoba mencerai-beraikan ikatan persaudaraan mereka.
  93.  
  94. Kedua tokoh utama segera diperkenalkan. Rasus, saat itu masih bocah berumur 13 tahun. Ia digambarkan sebagai pemimpin di antara teman-temannya, paling tidak, sebagai bocah paling cerdas. Ketika mereka kesusahan mencabut pohon singkong disebabkan tanah yang kering, sementara tak ada air untuk melunakkan tanah, ia muncul dengan gagasan mengencingi tanah di sekitar pangkal batang singkong tersebut, dan berhasil mencabutnya.
  95.  
  96. Tokoh kedua, si gadis kecil Srintil. Ia masih berumur 11 tahun ketika pertama kali diperkenalkan. Tak seorang pun pernah mengajarinya berdendang atau menari ronggeng, tapi ia bisa melakukannya nyaris sempurna. Itu membuat orang percaya bahwa roh indang telah merasuki tubuhnya. Indang adalah semacam wangsit di dunia ronggeng, ketika orang yang dirasukinya dipercaya akan terpilih menjadi ronggeng. Rasus dan Srintil bersahabat sejak kecil. Lebih dari itu, Rasus tampak mulai “cemburu” ketika Srintil terpilih menjadi ronggeng, yang artinya Srintil telah menjadi milik semua orang.
  97.  
  98. Meskipun cerita banyak berputar di sekitar kedua tokoh ini, terutama hubungan asmara mereka yang tarik-ulur, tentu saja Ronggeng Dukuh Paruk memaparkan dunia yang lebih luas dari itu. Hal paling penting, yang akan kita tengok ke depan, tentu saja bagaimana novel ini menyikapi tragedi paling berdarah dalam sejarah Indonesia modern: peristiwa penghancuran Partai Komunis Indonesia (PKI), dan pembantaian simpatisan mereka yang terjadi kemudian.
  99.  
  100. Terlebih menyangkut kedua tokoh utama ini, keduanya harus terpisah oleh sebuah peristiwa sejarah ini. Rasus, kelak akan diperkenalkan dengan identitasnya yang baru sebagai tentara. Sangat menarik bagaimana seorang prajurit (dalam hal ini Rasus) melihat dan terlibat dalam tragedi 1965 ini. Di sisi lain, juga akan muncul Srintil dengan identitasnya yang juga baru, sebagai penari ronggeng untuk propaganda kaum merah (PKI), dan bagaimana ia melihat dirinya di situasi itu.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement