Advertisement
Guest User

Chuuko Jilid 1 Bab 3

a guest
Nov 17th, 2016
1,315
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 139.09 KB | None | 0 0
  1. Bab 3- Keyakinan Terhadap 2D Memang Menyakitkan
  2.  
  3.  
  4. "Hatsushiba menyatakan cintanya padamu ...?"
  5.  
  6. Jari-jemari Tozaki mendadak kaku hingga kentang goreng yang dipegangnya terjatuh.
  7.  
  8. "Maksud perkataanmu tadi itu apa, Aramiya?!"
  9.  
  10. Tozaki berteriak sampai air liurnya muncrat ke mana-mana mengenai meja yang di atasnya sudah tersaji paket 'burger' untuk kami berdua. Ya ampun, enggak hanya jorok, air liurnya itu sampai mengganggu pengunjung lain.
  11.  
  12. "Aku juga mau tanya soal itu, makanya aku memintamu datang ke sini."
  13.  
  14. Sekitar sejam yang lalu, Hatsushiba tiba-tiba menyatakan cintanya padaku. Itu membuatku berdiri terpaku untuk beberapa sesaat hingga kesadaranku kembali dan segera menelepon Tozaki untuk menanyakan beberapa hal padanya. Karenanya, malam ini kami berdua ada di sini.
  15.  
  16. "Tozaki, menurutmu apa yang bisa membuat Hatsushiba jadi jatuh cinta padaku?"
  17.  
  18. "... hmm, apa, ya? Tampangmu ..., penampilanmu biasa saja. Kepribadianmu juga enggak istimewa. Setiap kali aku mengobrol denganmu rasanya juga enggak nyaman-nyaman amat."
  19.  
  20. Dia memang blakblakan kalau bicara, tapi yang dikatakannya tadi benar ....
  21.  
  22. Seperti itulah diriku, makanya aku enggak begitu merasa sakit hati. Aku bukanlah seorang protagonis dalam sebuah 'eroge'.
  23.  
  24. "Aku ini sadar diri, dilihat dari mana pun, aku memang enggak cocok sama Hatsushiba. Makanya kupikir kalau itu mustahil."
  25.  
  26. "Ini bukan karena kamu sedang berhalusinasi, 'kan?"
  27.  
  28. "Kalaupun aku sedang berhalusinasi, pasti sedari tadi aku enggak merasa sebingung ini."
  29.  
  30. Aku masih menyimpan amplop itu. Amplop yang diselipkan Hatsushiba di dalam lokerku.
  31.  
  32. Setiap kali menyentuhnya, diriku bakal teringat kalau hal ini nyata adanya. Itu sebabnya aku enggak bisa kabur dari kenyataan ini.
  33.  
  34. "Lagi pula, kalau pikiranku sedang terganggu berarti yang kulihat harusnya gadis 2D. Tapi kenapa yang ada malah Hatsushiba?"
  35.  
  36. "Yah, dilihat dari hobimu, harusnya sih begitu."
  37.  
  38. "Hobimu itu juga sama denganku."
  39.  
  40. Biar bagaimanapun, aku dan Tozaki sama-sama memiliki hobi layaknya seorang 'otaku'.
  41.  
  42. Terutama seputar 'eroge'. Andai saja cuma kami berdua di ruangan ini, kami pasti sudah membahasnya.
  43.  
  44. "Sewaktu kita kelas satu dulu, kamu itu sekelas denganku, 'kan? Apa pernah ada kejadian enggak sengaja yang membuat seorang gadis bisa jadi suka padaku?"
  45.  
  46. "Kamu lagi mimpi, ya? Ya enggak ada, lah!"
  47.  
  48. "Aku enggak lagi mimpi! Aku cuma masih gagal paham kenapa Hatsushiba bisa suka dengan orang sepertiku. Itu sebabnya sekarang aku menanyakan hal ini padamu!"
  49.  
  50. "Kampret! Enggak mungkin karena kamu seorang 'otaku', 'kan? Pasti ada hal lain. Sudah, mending kamu ambil bom terus ledakkan diri sana!"
  51.  
  52. "Kamu sendiri juga sering mengajakku membahas soal hobimu! Kalau saja aku bisa bertukar tempat, pasti dari tadi sudah kulakukan!"
  53.  
  54. "... sifat 'otaku'-mu memang sudah mendarah daging. Jika itu aku, meski Ayame yang sekarang mungkin memikirkan hal yang enggak kita ketahui, tapi kalau soal Hatsushiba yang menyatakan cintanya padaku, jantungku pasti langsung berdebar enggak keruan."
  55.  
  56. Tozaki sebenarnya enggak menggilai gadis perawan dan memuja gadis 2D seperti diriku.
  57.  
  58. "Aku juga enggak begitu tahu bagaimana cara orang menentukan kriterianya atau ketika melihat seseorang dan itu dianggap sebagai cinta pandangan pertama."
  59.  
  60. "Memangnya cinta pandangan pertama itu benar ada?"
  61.  
  62. "Eh? Bahkan dari dulu sudah banyak kok, lagu yang liriknya berisi, 'Ketika pertama kali melihatmu, aku langsung jatuh hati,' atau yang semacam itu."
  63.  
  64. "Lirik seperti itu benar-benar ada?"
  65.  
  66. "Karena memang ada, makanya orang-orang ikut menyanyikannya dan menikmati lagu-lagu itu."
  67.  
  68. Yah, hal itu bisa langsung jelas terlihat.
  69.  
  70. Tapi secara pribadi, aku masih yakin kalau ada sesuatu di balik pernyataan cinta Hatsushiba itu.
  71.  
  72. Di satu sisi, aku berpikir kalau dia adalah gadis lugu yang enggak punya banyak pengalaman soal pacaran, tapi di sisi lain, dia adalah seorang pengisi suara, yang mana merupakan hal mudah baginya untuk bersilat lidah.
  73.  
  74. "Jadi kamu meneleponku cuma untuk mendengarkan celotehanmu tadi? Mengajakku kemari cuma untuk mendengarkan perbedaan perlakuan yang sudah kamu dapatkan?"
  75.  
  76. "Kalau memang cuma itu, berarti aku ini teman yang buruk, dong," inti permasalahan sebenarnya adalah ini, "Apa kamu ada cerita soal hobiku pada Hatsushiba?"
  77.  
  78. Saat aku menanyakannya, Tozaki langsung terdiam membatu.
  79.  
  80. Dahinya sudah penuh dengan keringat, pandangan matanya pun mengarah ke sana kemari. Sangat mudah untuk menangkap basah dirinya.
  81.  
  82. "Ka-ka-kamu bi-bicara apa, sih?"
  83.  
  84. "Kalau bicara itu yang jelas."
  85.  
  86. Kulemparkan sebuah candaan padanya. Tozaki lalu berdesah kemudian menampakkan wajah seriusnya.
  87.  
  88. "Aku sudah berkata jujur. Memangnya apa lagi?!"
  89.  
  90. "Kok kamu yang marah?!"
  91.  
  92. "... oke, oke, aku yang salah. Saat itu aku benar-benar enggak berdaya."
  93.  
  94. Dia memelaskan wajahnya seolah menyesali kesalahannya.
  95.  
  96. "'Saat itu', apa yang terjadi?"
  97.  
  98. "Kejadiannya sewaktu aku sekelas dengan Hatsushiba, ketika aku membawa bungkusan kertas berisi 'eroge' ke sekolah tempo hari. Celakanya, bungkusan itu jatuh saat aku berjalan di lorong, dan DVD di dalamnya berhamburan keluar."
  99.  
  100. Aku sudah bertemu seorang maniak di sini. Harusnya aku merekam dirinya saat itu.
  101.  
  102. "Ketika aku berpikir bahwa betapa beruntungnya aku karena enggak ada yang melihat hal tersebut, ternyata ada seseorang di sana yang sudah melihatnya dari awal."
  103.  
  104. "Hatsushiba?"
  105.  
  106. "Tepat di saat itu, aku merasa harus mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan SMA-ku yang damai ..., sebuah lagu tiba-tiba terdengar, lagu dari Kazumasa Oda yang dimainkan dari bagian refrein."
  107.  
  108. Aku kurang paham maksud dari bagian terakhir tadi. Yang pasti, kehidupan SMA Tozaki masih belum berakhir.
  109.  
  110. "Asal kamu tahu, kupikir aku bakal diejek dengan betapa hinanya diriku atau disumpahi agar aku mati saja. Yah, semacam itu. Tapi enggak kusangka dia malah berkata, 'Oh, Tozaki suka yang begini juga, toh?'."
  111.  
  112. "Begitu."
  113.  
  114. "Dia juga bertanya padaku, 'Apa ada anak lain yang memainkan ini juga? Aramiya, yang sering kamu ajak bicara, memainkan ini juga, 'kan?'"
  115.  
  116. "Aku paham sekarang."
  117.  
  118. "Karena itu aku mengangguk dan menjawab, 'Benar, Mbak.'"
  119.  
  120. "Kamu wajib minta maaf padaku."
  121.  
  122. Lalu kumakan dua potong 'nugget' ayam yang ada di atas piring Tozaki. Dia enggak berkomentar apa-apa seperti perkiraanku.
  123.  
  124. "Tapi dari yang dia bilang padaku, dia memang sudah menyukaiku sejak kelas satu."
  125.  
  126. Kurasa tanpa bertanya pun, Hatsushiba juga sudah tahu lebih banyak.
  127.  
  128. Tapi karena yang memberitahukan hal itu adalah Tozaki, jadinya, ya seperti itu ....
  129.  
  130. "Kampret! Orang sepertimu harusnya meledak saja bersama Hatsushiba—"
  131.  
  132. "Orang yang harusnya mati itu kamu! Padahal kamu sudah berjanji enggak bakal membeberkan hobi kita pada orang lain!"
  133.  
  134. "Hei, aku sudah mengakui salahku! Ayolah, kamu bisa ambil lagi 'nugget'-ku! Lagi pula, hobi kita enggak sampai terdengar oleh teman-teman sekelas kita yang lain, 'kan? Soalnya Hatsushiba itu seorang malaikat, sih!"
  135.  
  136. "Memangnya aku peduli?"
  137.  
  138. Kuterima 'nugget' itu sembari berpikir kalau sebenarnya Hatsushiba itu cukup keras kepala sewaktu di sekolah.
  139.  
  140. "Aku minta maaf ...."
  141.  
  142. Oke, kita sudahi hal itu sampai di sini saja.
  143.  
  144. "Kalau begitu, sebagai permintaan maaf, boleh aku bertanya soal Ayame padamu?"
  145.  
  146. "Silakan, kamu boleh menanyakan apa saja padaku."
  147.  
  148. Wah, anak ini langsung besar kepala. Tampak dia merasa di atas angin.
  149.  
  150. "Tozaki, kudengar kalau kamu dan Ayame itu satu SD. Apa kamu juga satu SMP dengannya?"
  151.  
  152. "Ya, aku satu SMP dengannya."
  153.  
  154. Rumahku dengan Ayame ternyata lebih dekat dari yang kukira, biarpun begitu, kami berada di distrik yang berbeda.
  155.  
  156. Kami berada di rayon sekolah yang berbeda sewaktu SD dan SMP. Di antara rumahku dan rumah Ayame terbentang sehamparan jalan raya yang memisahkan kedua distrik.
  157.  
  158. "Lalu, apa Ayame dari dulu sudah sekasar itu? Dan apa sudah dari dulu kabar soal dirinya yang melakukan praktik jual diri itu berkembang?"
  159.  
  160. "Yah, dia memang kasar dan suka memukuli, terutama pada orang-orang yang menyebarkan gosip jual dirinya itu, yang tanpa sadar gosip itu jadi menyebar ke mana-mana."
  161.  
  162. "Soal memukuli tadi, apa memang Ayame duluan yang memulai atau karena ada yang cari gara-gara? Oh, iya, terus setelah kejadian itu, apa mereka pernah diberi hukuman, yah, semacam skors dari sekolah, begitu?"
  163.  
  164. "Tanyanya satu-satu, dong. Aku kurang tahu pastinya, tapi Ayame memang pernah diskors. Lalu setelah masa hukumannya itu berakhir, dia pun kembali bersekolah seperti biasanya, dan pihak sekolah sendiri tampak seolah sudah melupakan ulahnya. Nah, aku baru ingat, karena hal tersebut, sepertinya beredar gosip kalau dia juga melakukan transaksi jual dirinya itu dengan guru di sekolah."
  165.  
  166. Gosipnya sampai berkembang seperti itu?
  167.  
  168. "Memangnya ada yang pernah melihat langsung dia melakukan transaksi jual dirinya itu?"
  169.  
  170. "Aku sudah sering dengar dari teman-temanku kalau mereka pernah melihat Ayame jalan-jalan bersama pria separuh baya di sekitar pusat perbelanjaan."
  171.  
  172. Bisa saja itu ayahnya Ayame, 'kan?
  173.  
  174. Walau aku menceritakan hal tersebut pada Tozaki, dia juga enggak akan paham, jadi lebih baik aku lanjut mendengarkan.
  175.  
  176. "Terlepas dari itu, gosip yang beredar makin berkembang seperti, tarif sekali pakainya sejumlah tiga ribu yen atau ada teman dari temannya memakai jasa Ayame untuk melepas keperjakaannya atau ada juga yang sampai meninggal di ranjang gara-gara bayarannya kurang dan semacamnya."
  177.  
  178. Cuma mendengarkannya saja cukup membuatku merinding. Kalau dipikir lagi, ada beberapa hal yang enggak masuk akal dari cerita tadi.
  179.  
  180. "Dan kalian semua percaya gosip itu?"
  181.  
  182. "Soalnya kabar mengenai Ayame yang bersama pria separuh baya itu terus berlanjut. Ayame sendiri enggak merasa risih saat melakukan hal itu. Ditambah, dia enggak pernah sekali pun mengelak. Yang dia lakukan hanya duduk dan membiarkan orang bicara apa."
  183.  
  184. Ayame enggak mengelak sedikit pun?
  185.  
  186. Apa karena gosip itu benar atau karena dia merasa enggak ada gunanya mendebatkan itu?
  187.  
  188. Namun semua gosip yang sudah kepalang basah menyebar itu enggak bakal bisa diapa-apakan lagi.
  189.  
  190. "Setelah mendengar ini, Aramiya, pasti kamu sudah enggak lagi merasa tertarik sama Ayame, 'kan?"
  191.  
  192. "... aku jadi ragu."
  193.  
  194. "Ragu? Ragu soal apa?"
  195.  
  196. "Meski gadis itu bicaranya kasar dan gampang tersulut emosi, tapi nyatanya, gosip tersebut enggak sesuai dengan apa yang kuketahui soal dirinya sekarang."
  197.  
  198. "Soalnya situasi sekarang berbeda sewaktu masih SMP dulu. Ditambah, dia kini menyukaimu. Mungkin kalau dulunya dia suka sama seseorang, perilakunya juga beru—"
  199.  
  200. Terlihat jelas kalau Tozaki tiba-tiba menghentikan perkataannya.
  201.  
  202. "Apa?"
  203.  
  204. "Ah, enggak, bukan apa-apa."
  205.  
  206. "Kalau memang bukan apa-apa, ya ceritakan saja."
  207.  
  208. "Janji, kalau kuceritakan, kamu enggak bakal mengamuk, ya."
  209.  
  210. "Saat ini pun sebenarnya aku bisa mengamuk kapan saja aku mau, jadi enggak usah khawatir."
  211.  
  212. Tozaki masih ragu hingga akhirnya dia mau bercerita padaku.
  213.  
  214. "Dulu dia pernah punya pacar."
  215.  
  216. "Pa-pacar? Gadis itu?"
  217.  
  218. "Iya, dulu sewaktu aku baru masuk SMA. Seorang lelaki bertubuh besar dengan suara yang berat, berkoar, 'Sekarang Ayame adalah pacarku. Siapa yang berani macam-macam, lawan aku dulu!'. Seingatku dia orang yang benar-benar menjengkelkan."
  219.  
  220. Jangan-jangan yang dimaksud itu pria yang kutemui tempo hari. Tubuhnya besar dan suaranya juga berat.
  221.  
  222. "Biarpun begitu, Ayame tetap enggak berubah."
  223.  
  224. Ayame pernah punya pacar? Mungkin inilah yang hampir mau diceritakan Hatsushiba waktu itu.
  225.  
  226. 'Betul, tapi selang tidak berapa lama dia masuk ke SMA—'
  227.  
  228. Pada akhirnya, aku tetap enggak paham maksudnya.
  229.  
  230. "... terus kenapa kamu mengira aku bakal mengamuk setelah mendengar cerita itu?"
  231.  
  232. "Eh, kamu suka berpikir yang jorok-jorok, 'kan? Kalau misalnya ada yang menceritakan soal mantannya, terus terpikir apa saja yang sudah pernah dilakukannya, orang itu pasti bakal marah, 'kan?"
  233.  
  234. "Oke, walau sebenarnya aku enggak pernah membayangkan yang aneh-aneh pada dirinya."
  235.  
  236. Untuk sesaat, kenyataan itu tiba-tiba terkuak di depanku, tapi hal tersebut harus aku kesampingkan dulu.
  237.  
  238. "Pertanyaan terakhir. Apa sedari SMP dulu, Ayame selalu menyendiri?"
  239.  
  240. "Hmm, itu betul. Jarang sekali kulihat dia bergaul dengan yang lain."
  241.  
  242. "Tapi dia akhirnya punya pacar, 'kan?"
  243.  
  244. "Itu beda cerita lagi. Aku memang enggak begitu tahu soal itu, tapi kurasa dia akhirnya juga putus dengannya."
  245.  
  246. "Kamu tahu itu dari mana?"
  247.  
  248. "Soalnya lelaki itu enggak sama-sama Ayame lagi, dan kabar itu juga cepat berlalu."
  249.  
  250. "Mereka putus pasti ada penyebabnya, 'kan?"
  251.  
  252. "Lelaki itu kalau berbicara seperti orang kesetanan. Dia selalu membanggakan hal-hal semacam mencuri di toko ataupun menindas anak-anak. Sewaktu di SMA-nya, konon kalau ada yang menegurnya, maka dia akan mengamuk dan menghajar si penegur itu. Pokoknya susah, deh. Untunglah kita enggak satu SMA dengannya."
  253.  
  254. "Cuma mendengarkannya saja sudah membuatku enggak mau mendekatinya ...."
  255.  
  256. "Kudengar orang tuanya itu pengusaha ternama atau semacamnya. Dia tetap berkata kalau dia bisa dengan mudah keluar dari sel tahanan jika tertangkap melakukan tindakan kriminal. Tapi sebagian orang tahu kalau dia cuma membual."
  257.  
  258. "Apa ada buktinya kalau dia membual?"
  259.  
  260. "sewaktu dia pamer mau mencuri di sebuah toko, ada seseorang yang berani mengikutinya, lalu dari situ orang tersebut tahu kalau dia sebenarnya membeli barang di toko itu dan bukannya mencuri. Meski begitu, dia tetap saja pamer akan hal tersebut."
  261.  
  262. "Astaga, ternyata dia pengecut juga."
  263.  
  264. Kenapa dia harus berbohong begitu? Apa dia enggak punya otak? Astaga, aku lupa kalau dia memang enggak punya.
  265.  
  266. "Ketika kudengar kabar kalau dia berpacaran dengan Ayame, enggak ada satu pun yang percaya kalau dia cuma membual. Pada saat itu juga aku berpikir bahwa sang naga sudah berjabat tangan dengan sang harimau. Kenyataannya, kabar soal dirinya yang hebat dalam berkelahi ternyata bukan sekadar isapan jempol. Hal itu membuatnya semakin ditakuti."
  267.  
  268. Jujur, aku enggak begitu ingin tahu informasi soal dirinya yang berpacaran dengan Ayame .... Sungguh .... Atau kurasa begitu.
  269.  
  270. Lebih baik cerita di balik alasan Hatsushiba menyatakan cinta padaku tadi kukesampingkan dulu. Meski aku ingin tahu apa yang membuatnya suka padaku atau apa latar belakang dia melakukan itu. Informasi yang Tozaki ceritakan ini belum bisa ditarik kesimpulannya.
  271.  
  272. Persoalan terbesarnya adalah gosip tentang Ayame yang sudah menyebar sejak dia SMP. Menurutku, jika gosip tersebut lebih ditelaah lagi, maka bisa diketahui kalau gosip itu enggak bisa dipercaya.
  273.  
  274. "Kamu pernah bilang kalau julukan 'bekas orang' yang ditujukan padanya sudah ada sejak dia SD, 'kan? Apa itu juga ada hubungannya dengan pekerjaan jual dirinya itu?
  275.  
  276. "Oh, kalau soal itu aku enggak tahu. Ceritanya sudah lama sekali, makanya aku enggak begitu ingat. Saat itu saja aku masih belum paham apa arti jual diri."
  277.  
  278. Betul. Bakal mengerikan kalau sampai ada anak SD yang tahu arti dari kata jual diri itu.
  279.  
  280. "Oh, iya. Sebelumnya kamu juga pernah bilang kalau kamu mendengar kabar bahwa aku sudah memerkosa Ayame. Apa kamu tahu kalau sebenarnya saat itu Ayame sedang mencegah tindak pemalakan?"
  281.  
  282. Saat mengatakannya, wajah Tozaki tampak seperti burung merpati yang kepalanya habis ditembak. Itu berarti dia enggak pernah menyangka kalau kejadiannya ternyata seperti itu.
  283.  
  284.  
  285. ♦♦♦
  286.  
  287.  
  288. Kini sudah larut malam, tapi pikiranku masih saja belum tenang. Aku masih syok terhadap kenyataan bahwa Hatsushiba menyatakan cinta padaku. Ini membuatku enggak bisa tidur.
  289.  
  290. Aku bahkan enggak tahu harus berbuat apa.
  291.  
  292. Aku pun tahu kalau aku enggak bisa mengandalkan Tozaki. Mencari solusi di internet juga enggak ada gunanya. Semakin aku mengira-ngira, semakin enggak ada manfaatnya. Kalau sudah begini, aku harus meminta saran dari ... sudut pandang perempuan.
  293.  
  294. Karena aku enggak bisa menceritakan soal ini pada Ayame, berarti aku harus mencari seseorang yang sama sekali enggak ada hubungannya dengan Hatsushiba .... Dengan kata lain ....
  295.  
  296. "Jangan masuk ke kamarku, Jejaka Letoi! Kutularkan flu burung, baru tahu rasa!"
  297.  
  298. "Gadis yang menjadikan flu burung sebagai candaan itu juga berdosa, bodoh!"
  299.  
  300. Aku cuma punya seorang adik perempuan di sini. Sial, aku enggak menyangka kalau punya sedikit teman itu bakal berdampak seperti ini.
  301.  
  302. Kami lalu pindah ke ruang tengah, di mana enggak ada orang tua kami di sana. Kami saling bertukar pandang di antara meja.
  303.  
  304. "Ada apa, kamu mau konsultasi soal masalah hidupmu? Kalau kamu memberiku lembaran bergambar Yukichi*, aku bersedia mendengarkan." (*Uang 10.000 yen memuat gambar tokoh Yukichi Fukuzawa)
  305.  
  306. "Yang mau kuceritakan ini juga bukan masalah besar, lagi pula, kalau disuruh memberimu lembaran bergambar Yukichi, aku lebih ikhlas kalau membelikanmu buku 'Mengembangkan Minat Belajar'."
  307.  
  308. Lalu kuceritakanlah soal yang terjadi termasuk tentang Hatsushiba yang menyatakan cinta padaku dan seperti apa aku menolaknya.
  309.  
  310. "Kamu itu ya, padahal sendirinya sadar kalau perjaka, tapi sok hebat banget bilang kalau ada gadis yang menyatakan cinta ke kamu! Gila apa?! Mati saja jadi kodok sana!"
  311.  
  312. "Oi, minta maaf dulu sana sama seluruh perjaka di muka bumi ini! Biarpun perjaka, tapi kalau ke depannya enggak bisa sama perempuan, umat manusia juga bisa punah!"
  313.  
  314. Mungkin aku enggak begitu banyak membantu. Tapi tetaplah berjuang, wahai rekan-rekan perjakaku!
  315.  
  316. Namun jika di masa depan nanti para ahli bisa menyediakan para wanita untuk dijadikan keluarga via monitor, aku tetap enggak keberatan.
  317.  
  318. "Yang kumaksud itu kamu! Dasar bodoh! Jangan samakan dirimu dengan perjaka lain pada umumnya!"
  319.  
  320. "Memangnya aku ini beda sama perjaka lain apa?!"
  321.  
  322. "Jelas beda, lah. Itu ibarat beli makanan untuk dibawa pulang dengan beli makanan untuk dimakan di tempat!"
  323.  
  324. Terus hubungannya apa? Terserahlah, dia yang salah pakai perumpamaan, harusnya dia yang malu.
  325.  
  326. "Kamu dengar yang kuceritakan tadi, enggak? Kubilang kalau aku mau supaya gadis itu melepaskanku."
  327.  
  328. "Terong bakar enggak mungkin bisa mendapatkan perempuan. Itu sama saja dengan matahari yang mati kemudian menjadi lubang hitam."
  329.  
  330. Kenapa aku memilih anak ini untuk jadi teman diskusi, ya? Kalau jadinya kayak begini, mending tadi cari di internet saja.
  331.  
  332. "Kenapa kamu enggak ke dimensi lain saja sana?! Ini dunia nyata, Jejaka Letoi!"
  333.  
  334. "Aku tahu! Kalau ini dimensi lain, pasti kamu sudah jadi adik perempuan yang mengagumi kakaknya!"
  335.  
  336. "Apa?! Ih! Mengagumimu sebagai kakak?! Sepercaya itukah kamu kalau ada adik yang jatuh cinta sama kakaknya?! Biar kamu kasih aku satu miliar yen, tetap kutolak! Sebenarnya masalah ini ada di orang yang menganggap hal itu nyata. Sudah, sana! Sterilkan dirimu dulu sana!"
  337.  
  338. "Oi, jaga itu mulut! Memangnya aku juga mau sama kamu! Sana, lelang dirimu di forum barang-barang antik sana! Bilang, kalau enggak puas, uang kembali!
  339.  
  340. "Ah, banyak bacot! Kamu perjaka enggak laku! Hati-hati saja kamu kalau buat Mbak Ayame marah!"
  341.  
  342. Saat mengatakannya, ekspresi wajah Kiyomi yang tadinya bosan berubah jadi jengkel.
  343.  
  344. "Saranku, lebih baik kamu ceritakan saja ke dia apa adanya, seperti tadi!"
  345.  
  346. "Kalau kulakukan itu, aku enggak mungkin lagi bisa sekolah dengan tenang. Apalagi gadis yang satunya itu sudah seperti idola di kelas."
  347.  
  348. "Enggak peduli siapa orangnya, terlepas dari kamu yang membiarkan gadis itu membuang waktumu, menjalani sekolah tanpa ingin repot itu terlihat enggak jantan."
  349.  
  350. Jika aku seorang protagonis dalam 'eroge', aku pasti sudah melakukan kata-katanya.
  351.  
  352. Tapi aku cuma seorang pemeran pembantu, dan bukanlah protagonis dalam cerita ini. Aku ingin menjalani kehidupanku yang tenang layaknya seorang pemeran pembantu.
  353.  
  354. ... sebenarnya kata-katanya tadi itu terdengar masuk akal, atau mungkin aku yang kurang percaya diri.
  355.  
  356. Intinya, aku enggak mau berkorban apa-apa, entah itu diriku sendiri ataupun hal lain di dalam diriku. Asal pikiranku masih waras, waktu bakal tetap terus berjalan.
  357.  
  358.  
  359. ♦♦♦
  360.  
  361.  
  362. Senin pagi di pekan yang baru pun tiba selepas pernyataan cinta yang dilakukan Hatsushiba tempo hari.
  363.  
  364. Konsultasiku dengan beberapa orang di akhir pekan kemarin pun enggak menghasilkan apa-apa. Enggak ada kegiatan berguna yang kulakukan untuk mengisi waktu luangku di hari libur kemarin. Bahkan sewaktu memainkan 'eroge', aku tetap enggak bisa berkonsentrasi sama sekali.
  365.  
  366. ... dan di hari ini, kurasa aku harus menghadapi semua yang bakal terjadi, meski pikiranku sendiri kini sudah bercabang ke mana-mana.
  367.  
  368. "Halo."
  369.  
  370. Di perjalanan menuju sekolah, kutemui Ayame sedang berdiri menungguku di persimpangan jalan seperti biasanya.
  371.  
  372. Namun di wajahnya tampak sebuah ekspresi yang penuh kecurigaan.
  373.  
  374. "... a-ada apa? Kamu terlihat resah begitu."
  375.  
  376. "Hari Jumat kemarin ..., kamu enggak mau pulang bareng denganku, jadi ..., kupikir kamu membenciku."
  377.  
  378. Gawat, apa aura 'yandere' yang kurasakan ini berasal dari dirinya?
  379.  
  380. Enggak mungkin, tipe 'yandere' itu langka di dunia nyata.
  381.  
  382. Masalah sebenarnya adalah pikiranku kini sedang bercampur aduk antara dunia nyata dengan dimensi lain.
  383.  
  384. "Kita enggak perlu selalu bersama, dan kita juga enggak harus selalu bertemu, 'kan? Kalau memang aku membencimu, dari dulu aku sudah menyuruhmu untuk berhenti mengikutiku."
  385.  
  386. "Begitu, ya? Betul juga. Fiuh."
  387.  
  388. Ekspresi wajah Ayame terlihat lebih tenang. Kenapa rasanya gampang sekali menebak dirinya cuma lewat ekspresi wajah?
  389.  
  390. ... belakangan ini aku mulai lupa kalau Ayame dulunya adalah berandal.
  391.  
  392. Dan selagi aku berjalan bersamanya sambil memikirkan hal itu, aku merasa kalau ada yang aneh pada jas seragamku.
  393.  
  394. Saat kuperiksa, ternyata Ayame sedang memegang lengan jasku dengan ujung jari-jarinya.
  395.  
  396. "...."
  397.  
  398. Kami berdua mendadak terdiam.
  399.  
  400. Enggak, sebenarnya aku tahu kalau perlakuan semacam ini berasal dari adegan di dalam 'eroge'.
  401.  
  402. "A-ada apa? Kamu enggak suka, ya?"
  403.  
  404. Tatapan matanya tertuju ke arahku .... Ini enggak adil.
  405.  
  406. Lagi pula jika kutolak, dia bakal kembali menampakkan ekspresi curiganya tadi.
  407.  
  408. "Sam-sampai dekat sekolah saja, ya ...."
  409.  
  410. "A-ah, terima kasih ...."
  411.  
  412. Akhir-akhir ini kurasa aku sudah terlalu membiarkan Ayame.
  413.  
  414. Enggak, sebenarnya Ayame yang sudah terlalu banyak berubah sehingga dia tampak seperti orang yang sangat berbeda.
  415.  
  416. Entah apa itu karena 'eroge' yang kusarankan padanya tempo hari punya efek yang sangat besar atau itu karena tekad Ayame yang begitu kuat.
  417.  
  418. "Eh?"
  419.  
  420. Kudengar sebuah suara menggemaskan dari belakangku. Tanpa melihat, aku sudah tahu kalau itu suara Hatsushiba.
  421.  
  422. Dia enggak merasa terganggu meski ada Ayame di sampingku. Hatsushiba lalu mendekatiku ke sisi yang berlawanan dari Ayame.
  423.  
  424. "Pagi, Aramiya. Pagi, Ayame. Wah, kalian berdua terlihat akrab sekali, ya."
  425.  
  426. "... se-selamat pa-pagi ..., Hatsushiba."
  427.  
  428. Aku menjawab sebisaku dengan terbata-bata.
  429.  
  430. "...."
  431.  
  432. Namun Ayame tetap hening. Dia hanya sedikit mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dia kini terlihat cemas.
  433.  
  434. "Kalau begitu, Yuuka ikutan, ah."
  435.  
  436. Aku benar-benar enggak paham maksud dari kata 'ikutan' yang diucapkannya tadi. Yang pasti, setelah itu dia langsung memegang lengan jasku yang satunya.
  437.  
  438. Suaranya tetap terdengar menggemaskan tanpa dibuat-buat. Enggak peduli seberapa sering mendengarnya, suaranya tetap terdengar merdu. Mungkin itu sudah pembawaannya sejak lahir.
  439.  
  440. "Jangan."
  441.  
  442. "Kenapa? Ayame saja boleh, kok."
  443.  
  444. "... tapi aku enggak ada bilang boleh, 'kan?"
  445.  
  446. "Ayolah, kumohon."
  447.  
  448. Hatsushiba enggak berhenti merengek dengan suara menggemaskannya itu, mirip seperti seekor kucing yang sedang menempel padaku.
  449.  
  450. "Hei, kamu enggak bisa lihat, ya?! Aramiya itu enggak suka dibegitukan!"
  451.  
  452. Belum sempat aku menyuruhnya untuk berhenti, Ayame sudah terlebih dulu meninggikan suaranya pada Hatsushiba.
  453.  
  454. Namun Hatsushiba enggak gentar.
  455.  
  456. "Ayame, memangnya kamu pacarnya Aramiya?"
  457.  
  458. "Bu-bukan, sih, tapi ...."
  459.  
  460. Ayame gelagapan seketika menerima serangan balik dari Hatsushiba.
  461.  
  462. "Kalau kalian tidak pacaran, kenapa kamu jalan sambil memegang jasnya? Jadi, Yuuka boleh, dong, ikutan memegang jasnya juga."
  463.  
  464. "... Hatsushiba, kamu sebenarnya mau apa, sih? Dari SD dulu—"
  465.  
  466. "Yuuka juga sudah menyatakan cinta pada Aramiya. Jadi Yuuka tidak ada bedanya dengan Ayame."
  467.  
  468. Sela Hatsushiba memotong pertanyaan Ayame.
  469.  
  470. Ayame terkejut dan menatapku seolah berkata, 'Apa itu benar?!'.
  471.  
  472. "... yang dikatakannya memang benar, tapi aku menolaknya."
  473.  
  474. "Lalu ...?!"
  475.  
  476. "Ayame saja, meski ditolak, tapi masih tetap berkeras mengikuti Aramiya. Yuuka hanya mau ikutan, kenapa tidak boleh?"
  477.  
  478. Saat Yuuka mengatakannya dengan nada serius, Ayame langsung terdiam.
  479.  
  480. "... kalau kalian ingin berdebat, lepaskan tanganku dulu."
  481.  
  482. "Baiklah, Yuuka tidak akan berdebat. Memegang lengan jas jauh lebih menyenangkan."
  483.  
  484. "Aku juga lebih memilih memegang lengan jas ...."
  485.  
  486. ... kalau begini, rasanya malah enggak ada bedanya dengan terlilit jaring laba-laba.
  487.  
  488. Kami pun berjalan bersama dengan cara yang aneh itu hingga hampir sampai di depan gerbang sekolah.
  489.  
  490. Saat aku berhenti berjalan, mereka berdua — yang memegangi lengan jasku — ikut menghentikan langkahnya.
  491.  
  492. Sebelumnya sudah pernah kukatakan pada Ayame jika kami sudah sampai di sekolah aku harus meninggalkannya untuk masuk ke kelas duluan, soalnya aku bisa malu kalau sampai ada yang melihat kami berangkat bersama. Dia harus bersabar sampai semua orang sudah terbiasa melihat kami berdua.
  493.  
  494. Biarpun begitu, walau sudah ada pagar sekolah yang melindungi kami, tetap saja ada kemungkinan kalau guru melihat hal ini.
  495.  
  496. "Sudah, lepaskan."
  497.  
  498. "Yuuka tidak mau yang duluan melepaskan Aramiya."
  499.  
  500. Jawab Hatsushiba setelah aku menyuruhnya untuk melepaskanku.
  501.  
  502. Saat aku menoleh ke Ayame, ekspresi wajahnya menyiratkan hal yang sama seperti Hatsushiba.
  503.  
  504. "... situ lepas duluan, baru aku mau lepas."
  505.  
  506. "Lo, kenapa?"
  507.  
  508. "So-soalnya ..., a-aku yang ..., duluan menyatakan cinta."
  509.  
  510. "Begitukah? Tapi Yuuka yang lebih dulu suka padanya sejak tahun kemarin."
  511.  
  512. Tanpa suara, percikan api terasa di hadapan diriku yang berdiri di antara kedua gadis ini.
  513.  
  514. Meski Ayame berusaha berbicara sesopan mungkin, tapi wajahnya sudah memasuki modus berandal.
  515.  
  516. Dia benar-benar memancarkan aura menekan pada Hatsushiba. Tatap matanya tajam mengarah pada gadis itu.
  517.  
  518. Namun ekspresi wajah yang bisa membuat orang terkencing di celana itu enggak berdampak apa-apa terhadap Hatsushiba. Seorang pengisi suara mungkin harus memiliki keberanian seperti ini ketika berada di atas panggung.
  519.  
  520. Biar bagaimanapun, aku ingin mereka menghentikannya.
  521.  
  522. Aku sudah enggak tahan lagi .... Bagaimana bisa aku menangani situasi semacam ini?!
  523.  
  524. Aku enggak pernah mengalami hal semacam ini sewaktu bermain 'eroge'.
  525.  
  526. "Hei!"
  527.  
  528. Akhirnya kutemukan kesempatan untuk menghentikan perdebatan mereka dengan cara menarik kedua lenganku.
  529.  
  530. Kemudian segera kuambil langkah seribu menuju gerbang sekolah.
  531.  
  532. Yang bisa kulakukan saat ini cuma kabur dari mereka berdua. Itu karena aku adalah 'otaku' yang cuma memainkan 'eroge' biasa, yang enggak perlu berpikir susah-susah ketika menjadi protagonis.
  533.  
  534.  
  535. ♦♦♦
  536.  
  537.  
  538. Entah bagaimana caranya, gosip soal kejadian tadi sudah menyebar di dalam kelas. Soalnya sewaktu aku hendak memasuki ruangan,
  539.  
  540. "Apa?! Hatsushiba dan Aramiya?!" "Mereka berpegangan tangan sewaktu berangkat tadi?!" "Hatsushiba itu milik kami!" "Anak itu enggak berhak atas Hatsushiba!" "Enggak mungkin! Itu pasti mustahil!" "Aku pasti sedang berhalusinasi!"
  541.  
  542. "Yuuka bersama Aramiya?!" "Eh? Kok aku bisa tidak tahu?!" "Dia tidak pernah ada cerita, lo." "Apa yang dia suka dari Aramiya, ya?" "Tidak mungkin, ah!"
  543.  
  544. Bisa kudengar suara-suara itu sewaktu masih di lorong. Mentalku enggak cukup kuat untuk masuk ke kelas tanpa gemetaran begini. Anggap saja aku orang yang payah, dan aku memang seorang pengecut yang bakal ragu menegur mereka yang sudah menyindirku, sehingga membuat mereka merasa di atas angin. Enggak peduli seberapa buruknya diri kita, kita tetap masih bisa mengejek protagonis yang pengecut kapan pun kita mau.
  545.  
  546. Namun ketika situasi tersebut menimpa diri sendiri, enggak seorang pun bisa mengatasinya.
  547.  
  548. Silakan cari ke seluruh penjuru negeri, lihat berapa banyak murid SMA yang bisa bertahan di situasi semacam ini.
  549.  
  550. Sambil mempermasalahkan keluhan yang kubuat sendiri itu, aku pun berjalan menjauhi kelas menuju anak tangga yang sepi.
  551.  
  552. "Fiuh ...."
  553.  
  554. Gadis itu memang tipe orang yang justru senang jika dijadikan bahan gosip banyak orang.
  555.  
  556. Saat menyangkut Ayame, gosip yang beredar enggak sebegitu hebohnya, tapi sewaktu menyangkut Hatsushiba, semua seakan enggak terima.
  557.  
  558. "... eh?"
  559.  
  560. Sebenarnya ini bukanlah hal yang aneh. Bisa kukatakan kalau hal demikian wajar sampai terjadi.
  561.  
  562. Tapi masalahnya adalah aku bergandengan tangan, eh, bukan, aku berjalan bersama Ayame dan Hatsushiba, di mana aku diapit di tengahnya.
  563.  
  564. Bisa dibilang, kondisi yang kualami saat itu adalah aku yang dikelilingi gadis-gadis. Kalau begitu, yang harusnya jadi pembicaraan adalah soal kami bertiga. Tapi dari yang kudengar tadi, enggak ada satu pun yang menyinggung Ayame.
  565.  
  566. "Lagi-lagi ...."
  567.  
  568. Mungkin saja ini cuma kebetulan, atau mungkin saja orang-orang sudah bosan dengan gosip seputar Ayame. Lagi pula, status Ayame dengan Hatsushiba di kelas itu berbeda.
  569.  
  570. Atau mungkin saja enggak ada yang berani membicarakan Ayame karena takut berurusan dengannya.
  571.  
  572. Di sisi lain, saat menyangkut Hatsushiba, orang-orang enggak peduli mau seheboh apa gosip yang beredar, mereka tetap membicarakannya.
  573.  
  574. Apa pun itu, mungkin aku bakal merasa lebih panik dari biasanya untuk beberapa hari ke depan. Dan mungkin saja kepanikan itu bisa berkurang.
  575.  
  576. Jika aku berkata, "Jangan main-main denganku, dasar gadis 3D!" mungkinkah mereka bakal berhenti?
  577.  
  578. Walau Hatsushiba akhirnya melepaskanku, murid-murid lain di kelas tetap enggak akan semudah itu melepaskanku.
  579.  
  580. Aku merasa kehidupan SMA-ku yang damai ini sedikit demi sedikit mulai jauh dari harapan.
  581.  
  582. Seketika itu bel berbunyi dan aku langsung bergegas menuju kelas. Seluruh tatapan penghuni ruangan tertuju ke arahku saat aku masuk ke dalam kelas.
  583.  
  584. Sedangkan wali kelasku, Ohara-sensei, yang ternyata sudah berada di dalam ruangan, berkata,
  585.  
  586. "Aramiya, kamu hampir telat. Lain kali berangkatlah lebih awal."
  587.  
  588. Tanpa menghiraukan suasana yang ada di dalam kelas, aku pun duduk di kursiku sambil memegang perutku yang terasa mual ini. Bisa kurasakan tatapan-tatapan tajam yang menembus kulitku layaknya sebuah gigitan, seakan itu menunjukkan bahwa tatapan tersebut diarahkan dengan sekuat tenaga.
  589.  
  590. Aku lalu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diriku yang sedang gemetaran.
  591.  
  592. Wali kelasku kemudian menerangkan sesuatu selama 'homeroom' berlangsung, tapi enggak ada satu pun yang menyangkut di telingaku.
  593.  
  594. Di saat itu, Tozaki malah mencolekku dengan pelan dari belakang dan menyerahkan secarik kertas padaku.
  595.  
  596. Siapa pula yang mengirim ini padaku? Apa harus ada interogasi lagi supaya mereka yakin?
  597.  
  598. Tozaki seakan menjawabnya dengan ayunan jari yang membentuk nama 'Ha-tsu-shi-ba'. Mungkin orang yang mengirimkan kertas ini adalah Hatsushiba.
  599.  
  600. Kemudian kubuka secarik kertas yang terlipat itu dengan jari yang masih gemetaran.
  601.  
  602. "<Maaf sudah membuatmu kesusahan. Yuuka sudah menjelaskan yang sebenarnya pada teman-teman yang lain. Jangan khawatir, Yuuka yang akan menangani kehebohan ini. — Yuuka>"
  603.  
  604. Saat kubaca tulisan di kertas tersebut, diriku langsung merasa tenang.
  605.  
  606. Sial, aku memang seorang pengecut layaknya protagonis dalam sebuah cerita, di mana dia malah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pilihan yang sudah diberikan padanya ....
  607.  
  608.  
  609.  
  610. ♦♦♦
  611.  
  612.  
  613. Di sela waktu setelah berakhirnya jam pelajaran kedua, enggak ada satu pun kehebohan yang terjadi. Murid-murid lain yang blakblakan bertanya bermacam hal dengan sesamanya pun enggak terlihat.
  614.  
  615. Hatsushiba mungkin memang sudah menangani teman-teman sekelas kami sesuai yang dia tulis di kertas tadi.
  616.  
  617. Tapi bagian mana yang dia jelaskan pada teman-teman?
  618.  
  619. Apa soal pernyataan cintanya yang kutolak kemarin? Atau soal dia yang enggak mau menyerah untuk mengejarku? Apa pun itu, yang pasti, dia sudah banyak membantuku.
  620.  
  621. Tatapan mata gadis itu masih menampakkan rasa penasaran padaku. Kalau itu saja, sih, mungkin aku cuma perlu menahan diri.
  622.  
  623. "... eh?"
  624.  
  625. Apa aku sudah terlalu lengah? Soalnya keadaan sekarang enggak seheboh pagi tadi. Dan itu membuatku berpikir kalau aku cuma perlu tenang dan bersabar. Apakah ini yang disebut dengan 'kedok', suatu metode dalam membujuk seseorang dengan ilmu psikologi? Namun jika terlebih dahulu dihadapkan pada persoalan ditolak saat menyatakan cinta, kemudian beralih ke persoalan yang enggak terlalu berpengaruh, orang-orang bakal memilih persoalan yang lebih mudah diatasi. Rasanya aku pernah tahu hal semacam ini dari 'eroge'.
  626.  
  627. Andai saja Hatsushiba berhenti mengejarku, persoalan ini pasti sudah selesai sejak lama.
  628.  
  629. ... tapi karena dia enggak mau menyerah, maka ini enggak ada bedanya dari yang sudah-sudah.
  630.  
  631. "Sei-i-chi!"
  632.  
  633. Bisa kudengar suara menggemaskan layaknya burung kenari sedang memanggil namaku. Ditambah, memanggilku dengan nama depan seperti cara tokoh wanita memanggil sang protagonis dalam 'eroge' tadi mampu membuat seseorang tergoda untuk menjadikannya seorang kekasih.
  634.  
  635. Satu-satunya di sekolah ini yang memanggilku dengan nama depan begitu cuma Kiriko-senpai seorang.
  636.  
  637. "Setelah ini pelajaran musik, lo. Pergi bareng denganku, yuk."
  638.  
  639. Hatsushiba mendekat lalu menggandeng lenganku. Teman-teman sekelasku cuma bisa terdiam sambil menatap kami tanpa berkedip.
  640.  
  641. "Hei, kamu enggak lihat kalau Aramiya itu enggak suka dibegitukan?!"
  642.  
  643. "Eh? ini juga bukan urusanmu, Ayame. Lebih baik kamu sama Tozaki segera ke kelas pelajaran seni rupa saja sana!
  644.  
  645. Wajah Tozaki memucat seolah ingin protes, 'Kenapa aku sampai diikut-ikutkan segala?!' Aku jadi mulai kasihan padanya.
  646.  
  647. "Sudah, hentikan!"
  648.  
  649. Sial, aku enggak mau nantinya bakal jadi pusat perhatian orang begini ...!
  650.  
  651. "Aku bisa pergi sendiri! Lalu Hatsushiba, jangan asal memanggil dengan nama depanku. Rasanya risih."
  652.  
  653. Saat aku melantangkan pernyataan itu, seisi kelas mendadak mulai riuh.
  654.  
  655. "Wah, padahal Hatsushiba yang mengajaknya tapi ditolak." "Kok bisa, ya?" "Jangan-jangan dia memang pacaran dengan Ayame." "Eh, tapi katanya itu cuma salah paham saja ...." ""Hatsushiba itu milik kami!" "Anak itu enggak berhak atas Hatsushiba!"
  656.  
  657. Meski mereka enggak berbicara dengan suara keras, aku masih bisa mendengar mereka yang sedang asyik bergosip.
  658.  
  659. Segera kuambil buku tulis dan buku pelajaran musikku lalu dengan cepat bergegas keluar kelas.
  660.  
  661. Apa ada yang bisa memberitahuku cara mengatasi masalah ini agar aku bisa menikmati masa SMA-ku dengan tenang?
  662.  
  663. Jika ada yang tahu jawabannya, maka orang itu pasti bisa menyelesaikan masalahku ini dengan mudah. Dan aku bakal benar-benar menghormati orang tersebut.
  664.  
  665. Aku ingin memainkan seorang protagonis yang benar-benar berbeda, yang bukan sekadar tokoh yang bisa dimainkan berulang-ulang dari data simpanan sebelumnya.
  666.  
  667. Selama pelajaran musik berlangsung, kami ditugasi untuk berlatih memainkan 'taiko'*. Rasanya payah banget. (*Genderang tradisional khas Negara Jepang)
  668.  
  669. Satu per satu murid diberi kesempatan untuk memainkannya di depan kelas. Yang perlu kulakukan adalah menabuhnya mengikuti irama musik. Namun untuk hari ini tingkat kepayahanku lebih parah dari yang biasanya.
  670.  
  671. Aku memang sudah payah dari sananya, tapi hari ini dua kali lipat payahnya. Mau berapa kali pun aku mencoba, tabuhanku selalu lari dari irama.
  672.  
  673. Namun murid lain, termasuk Hatsushiba di dalamnya, bisa melakukannya dengan lancar. Tabuhannya begitu selaras dengan irama.
  674.  
  675. Aku suka caranya yang selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu hal, tapi ....
  676.  
  677. "Bagaimana menurutmu, Seiichi?"
  678.  
  679. Setelah selesai memainkannya, dia menanyakan pendapatku dengan suaranya yang lembut lalu duduk di sampingku. Mungkin karena enggak ada yang bakal menghentikannya, makanya dia jadi berani mendekatiku. Kenyataannya, saat pelajaran musik begini, para murid yang bebas mau duduk di mana saja juga sudah merupakan masalah tersendiri.
  680.  
  681. Karena saat itu masih ada giliran murid lain untuk maju ke depan kelas, makanya guru kami enggak memerhatikan dan menegur dirinya.
  682.  
  683. "Kenapa kamu harus duduk di sampingku ...? Dan sudah kubilang kalau jangan memanggilku dengan nama depan."
  684.  
  685. Aku memperingatkannya dengan pelan. Suara tabuhan yang dimainkan di depan kelas ini memang terdengar nyaring, biar begitu, kami masih bisa berkomunikasi dengan lancar.
  686.  
  687. "Hmm, sayang sekali. Kalau begitu Yuuka panggil seperti biasa saja, ya? Alasan Yuuka duduk di sampingmu itu karena Yuuka ingin Aramiya memandang langsung wajah Yuuka."
  688.  
  689. "... biarpun kamu menggodaku seperti itu, aku tetap enggak akan berubah pikiran. Jadi hentikan saja."
  690.  
  691. "Kenapa kamu setakut itu, sih?"
  692.  
  693. "Karena sudah cukup Ayame saja yang mengejarku. Aku bukan tipe laki-laki yang gampang menerima perasaan orang lain. Aku enggak bisa menangani dua orang gadis yang menyatakan cintanya padaku sekaligus."
  694.  
  695. "Kalau terhadap Ayame, kamu setuju-setuju saja, tapi kalau terhadap Yuuka, perlakuanmu berbeda. Rasanya sakit, tahu? Memangnya ada apa dengan Ayame? Padahal kamu sendiri yang bilang kalau dia bukan pacarmu."
  696.  
  697. "... yah, soalnya ada cerita tersendiri."
  698.  
  699. Seenggaknya itu adalah salah satu tugas yang diberikan oleh Kiriko-senpai. Tapi sepertinya hal tersebut enggak patut untuk kuceritakan padanya.
  700.  
  701. "Maksudnya?"
  702.  
  703. "Aku enggak bisa menceritakannya. Aku juga enggak punya keinginan untuk menjadi pacar Ayame. Dan aku pun ingin agar dia enggak lagi terus mengikutiku. Bahkan, suatu saat nanti kuharap dia bakal bosan padaku."
  704.  
  705. Sewaktu aku menjelaskan itu, Hatsushiba menggumam, "Hmm ...." seolah belum yakin kemudian mengangguk dengan penuh ragu.
  706.  
  707. "Apa dia mengancam akan membeberkan rahasiamu?"
  708.  
  709. "Enggak, dia enggak pernah melakukan itu."
  710.  
  711. "Hmm, aneh ...."
  712.  
  713. Padahal yang dia lakukan sekarang pun sama anehnya. Ingin kuungkapkan hal tersebut, namun suaraku enggak mampu keluar.
  714.  
  715. "Kalau begitu, apa karena ada orang yang menyuruhmu?"
  716.  
  717. "... ya enggak, lah."
  718.  
  719. Aku tahu kalau dia terus menebak karena enggak bisa menghentikan rasa penasarannya. Entah kenapa, aku merasa kalau alasanku ini suatu saat bisa ditebak.
  720.  
  721. Namun setelah kupikir lagi, dengan sikapku ini, lama-lama aku bisa keceplosan untuk menceritakannya.
  722.  
  723. Aku sendiri enggak bisa benar-benar menjelaskan hubungan macam apa yang sedang kujalani bersama Ayame ini.
  724.  
  725. Bakal berlebihan rasanya kalau menganggap kami sangat akrab satu sama lain. Begitu juga jika ditanya apa kedekatan kami sudah lebih dari sekadar teman, maka jawabannya pasti 'enggak'.
  726.  
  727. Mungkin lebih terasa pas jika disebut rekan sehobi.
  728.  
  729. "Hmm, kira-kira kenapa, ya?"
  730.  
  731. Gumam Hatsushiba sambil tersenyum centil.
  732.  
  733. Tanpa sengaja aku berpikir kalau senyumannya itu sungguh manis. Huh, terasa menyedihkan saat aku berpikir demikian.
  734.  
  735.  
  736. ♦♦♦
  737.  
  738.  
  739. Sekembalinya dari pelajaran musik, aku bertemu dengan Tozaki di anak tangga menuju kelasku.
  740.  
  741. "... wajahmu kelihatan lesu begitu, kayak mau mati saja."
  742.  
  743. "Dasar! Ya, aku memang benar-benar capek. Rasanya aku mau kabur ke dunia 2D saja."
  744.  
  745. Mungkin kucoba untuk meminta saran darinya ....
  746.  
  747. "Tozaki, ada yang mau kubicarakan padamu sebentar. Kamu sibuk, enggak?"
  748.  
  749. "Eh? Enggak, aku lagi enggak sibuk."
  750.  
  751. Lalu kuajak Tozaki ke anak tangga di ujung gedung yang sepi.
  752.  
  753. Terlebih dahulu kuperiksa keberadaan orang lain di sekitar anak tangga, kemudian aku bicara dengan suara pelan.
  754.  
  755. "Aku harus apa supaya Hatsushiba enggak suka lagi denganku?"
  756.  
  757. "Kalau itu maumu, kamu bisa memeluk kuat-kuat balon besar sampai itu meledak lalu kamu tewas."
  758.  
  759. "Ayolah, jawab yang betul-betul saja, kampret! Aku ini sudah tanya serius!"
  760.  
  761. Kini aku paham bagaimana rasanya diumpat dengan perumpamaan meledak oleh orang lain.
  762.  
  763. Soalnya bukanlah keinginanku sampai aku jadi begini! Kenapa pula aku harus tewas dengan cara meledak?!
  764.  
  765. "Kamu itu jadi orang enggak mau bersyukur, sih— oh, iya, aku lupa kalau kamu enggak tertarik dengan gadis 3D."
  766.  
  767. "Iya, aku tahu. Masalahnya, Hatsushiba ini enggak mau berhenti mengejarku."
  768.  
  769. "Ah, aku masih belum habis pikir, apa sebenarnya yang membuat dia tertarik padamu?"
  770.  
  771. "Itu juga yang mau kucari tahu. Yang penting sekarang, aku ingin supaya gadis ini kehilangan minatnya lagi padaku. Makanya aku mau ambil jalan tengah."
  772.  
  773. Setelahnya, Tozaki pun mulai serius. Enggak percuma anak ini kujadikan teman.
  774.  
  775. "Apa sebaiknya kamu umumkan ke semua orang kalau kamu lagi enggak mau punya pacar?"
  776.  
  777. "Aku sempat memikirkan cara itu, tapi menurutmu apa yang bakal terjadi setelah aku melakukan saranmu tadi?"
  778.  
  779. "Yang bakal terjadi setelahnya, ya ...."
  780.  
  781. "Teman-teman Hatsushiba bakal mencecarku dengan ucapan, 'Kamu ini memang orang yang enggak bersyukur,' sama seperti yang kamu ucapkan padaku tadi."
  782.  
  783. "Hmm, bisa jadi, sih ...."
  784.  
  785. Tozaki mengangguk mengiyakan. Yang tadi itu memang imajinasiku saja, tapi jika dilihat dari perlakuan orang-orang di sekitar Hatsushiba, maka bukan sesuatu yang aneh kalau hal tersebut bakal terjadi.
  786.  
  787. Bahkan jika Hatsushiba sendiri yang turun tangan meredakan keadaan, orang-orang itu akan tetap mendatangiku seolah meminta pertanggungjawaban.
  788.  
  789. "Sampai dengan saat itu, kehidupan SMA-ku benar-benar hancur."
  790.  
  791. "Mau bagaimana lagi?"
  792.  
  793. "Bagaimana kalau kuumumkan, 'Aku cuma tertarik dengan gadis 2D,' kira-kira apa yang bakal terjadi?"
  794.  
  795. "... para anak gadis akan bersatu padu untuk mengabaikanmu, dan para anak lelaki akan memandang hina dirimu."
  796.  
  797. "Lalu, bagaimana kalau kuumumkan, 'Ini urusanku, memangnya masalah buat kalian?!' kira-kira apa yang bakal terjadi?"
  798.  
  799. "Mereka bakal bilang, 'Hah?! Hatsushiba itu sahabat kami, masalah yang dihadapinya juga merupakan masalah kami!'"
  800.  
  801. "Dan kalau kubilang, 'Aku enggak peduli soal asmara!' kira-kira bagaimana?"
  802.  
  803. "Mereka bakal bilang, 'Sombong banget!', 'Anak ini kerasukan apa, ya?', 'Bisa-bisanya dia menolak Hatsushiba,'."
  804.  
  805. "Nah, 'kan?!"
  806.  
  807. Yang dikatakan Tozaki tadi memang belum sepenuhnya bakal jadi kenyataan, tapi untuk sekarang, kehidupan SMA-ku sudah di ambang bahaya.
  808.  
  809. Skenario terburuknya adalah jika aku menolak Hatsushiba secara terang-terangan di depan semua orang, maka kehidupan SMA-ku bakal benar-benar hancur.
  810.  
  811. Oke, mungkin aku sudah berlebihan memikirkannya, namun kenyataannya, aku sendiri masih tetap cemas.
  812.  
  813. Andai sekarang aku sudah kelas tiga SMA, aku bisa saja memakai alasan kalau sedang sibuk belajar untuk persiapan ujian masuk kuliah. Namun kali ini, meski aku memakai cara sebagus apa pun untuk menolaknya, tetap saja itu bakal memprovokasi orang-orang di sekitarnya. Aku masih belum tahu cara yang seperti apa agar aku bisa keluar dari situasi ini.
  814.  
  815. Dari dulu aku sudah berusaha menjalani hidup dengan berhati-hati agar bisa tenang .... Aku cuma ingin sebisa mungkin menjalani kehidupan SMA-ku yang tenang hingga lulus nanti.
  816.  
  817. "... aku paham, berarti kamu harus mengambil langkah dengan cermat."
  818.  
  819. "Terima kasih sudah mau mengerti posisiku."
  820.  
  821. "Hmm, rasanya aku punya ide bagus."
  822.  
  823. Tozaki berlagak keren saat mengatakan kalau dia mendapat ide bagus. Aku seperti ingin melemparkan beberapa candaan padanya, namun kini aku harus bersabar dulu.
  824.  
  825. Anggap saja aku seperti orang yang hampir tenggelam dan kini sedang berpegang pada tumpukan jerami yang mengambang. Cukup terima saja. Kalau aku terlalu banyak mengganggu Tozaki, nanti tumpukan jeraminya yang bakal lepas duluan.
  826.  
  827. "Ide apa?"
  828.  
  829. "Ini mudah sekali, ditambah kamu juga ada di sini. Sekali ini berhasil, maka setelahnya, hidupmu enggak bakal susah lagi."
  830.  
  831. "Benarkah? Cara seperti benar-benar ada?! Wah, kamu memang genius."
  832.  
  833. "Kamu bisa menyebutku Zhuge Liang."
  834.  
  835. "Oh, Zhuge Liang, terserah kamu mau nanti kupanggil apa, entah itu sang angsa pengasih atau sang naga tidur, yang penting, idemu itu seperti apa?"
  836.  
  837. "Hmm."
  838.  
  839. Tozaki berusaha menahan diri dengan berlagak keren kemudian lanjut berbicara.
  840.  
  841. "Kamu umumkan saja kalau kamu suka Ayame."
  842.  
  843. "Oh, aku pulang duluan."
  844.  
  845. Kampret! Jeraminya memang enggak bisa diandalkan! Baru dipegang saja, sudah berhamburan keluar dari ikatannya.
  846.  
  847. "Dengar sampai selesai dulu, dong, jangan langsung main pergi begitu! Lagi pula, cara ini enggak bakal berpengaruh karena kamu enggak punya hubungan apa-apa dengan Ayame, 'kan?"
  848.  
  849. "Ya, aku tahu itu! Aku bingung menjelaskannya, tapi aku sedang berusaha memikirkan sebuah cara! Perasaanku saat ini agak mirip seperti tokoh pendukung dalam game 'Making The Sky Pink', tahu?!"
  850.  
  851. "Berarti aku yang jadi ilmuwan gilanya, dong?! Repot banget!"
  852.  
  853. Saat aku menggunakan 'eroge' sebagai perumpamaan, dia dengan gampangnya mengikutiku. Entah kenapa, ada kepuasan tersendiri dalam pembicaraan aneh semacam tadi.
  854.  
  855. Aku dan Tozaki lalu saling berpandangan, dan kami pun sama-sama menghela napas panjang.
  856.  
  857. "Aku tahu kalau hal itu sudah membuatmu susah, tapi apa boleh buat, soalnya yang punya masalah itu kamu."
  858.  
  859. "Ya, aku sadar itu ..., tapi aku juga perlu seseorang yang bisa mengembangkan perangkat 'game' untuk sebuah situs."
  860.  
  861. "Keyakinan terhadap 2D memang menyakitkan."
  862.  
  863. "Agama-agama yang lain juga menekan para penganutnya seperti ini."
  864.  
  865. "Yah, aku bakal memberitahumu kalau aku mendapat ide bagus lagi. Sebenarnya aku mendukungmu, tapi untuk beberapa kasus, mungkin aku enggak bisa membantu."
  866.  
  867. "Ya, aku tahu."
  868.  
  869. Sejujurnya, aku merasa lebih baik sekarang.
  870.  
  871. Siapa pun itu, orang-orang bakal cenderung mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Tozaki pun enggak seharusnya ikut memikirkan diriku sampai mengorbankan dirinya pula.
  872.  
  873. Andai aku enggak sengaja bertemu dengannya tadi, pastinya aku bakal lebih stres lagi.
  874.  
  875. "Kalau begitu, aku balik ke kelas duluan, ya. setelah ini kamu mau apa?"
  876.  
  877. "Aku di sini saja dulu, mau menenangkan diri sebentar."
  878.  
  879. "Oke, sampai ketemu lagi. Panggil saja aku kalau kamu butuh teman ke kantin."
  880.  
  881. "Terima kasih."
  882.  
  883. Tozaki lalu pergi menuju kelas. Anak ini kadang-kadang bisa jadi orang yang baik, yah, kadang-kadang saja, sih.
  884.  
  885. Aku pun menatap ke arah langit-langit dengan pikiran kosong. Lingkungan sekolah ini sendiri sudah cukup kejam bagi orang-orang yang berkeyakinan terhadap 2D.
  886.  
  887. ... enggak, sebenarnya lingkungan luarlah yang jauh lebih kejam.
  888.  
  889. "Eh ...."
  890.  
  891. Seketika itu kudengar suara langkah kaki berderap mendekatiku.
  892.  
  893. "Aramiya."
  894.  
  895. Ayame sudah berdiri di anak tangga bagian atas gedung sekolah. Rupanya tadi dia hendak turun menuju ke lapangan.
  896.  
  897. "Ya, ada apa?"
  898.  
  899. "Kulihat kalau kamu belum kembali ke kelas, jadi aku mencarimu. Aku merasa kalau mungkin kamu bakal ada di sini."
  900.  
  901. Ini tempat saat aku dulu membawanya pergi dari kelas ketika dia tiba-tiba menanyakan soal 'eroge' padaku tempo hari. Saat itu dia mungkin berpikir kalau aku ini benar-benar gila.
  902.  
  903. "Nih."
  904.  
  905. Ucap Ayame sambil menyodorkanku sebuah minuman jus berkemasan kotak yang kini sedang laku di pasaran.
  906.  
  907. "... kenapa kamu memilihkanku jus pisang?"
  908.  
  909. "I-itu, ya? Soalnya aku suka. Mengkonsumsi jus pisang juga bisa membuatmu lebih kuat, lo."
  910.  
  911. Apa jangan-jangan dia mengkhawatirkanku?
  912.  
  913. "Begitu, ya? Te-terima kasih."
  914.  
  915. "Kuperhatikan kamu jadi tampak lesu begitu. Jadi aku berpikir, mungkin saja itu gara-gara aku."
  916.  
  917. Dia lalu menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum malu. Sebenarnya, yang membuatku lesu begini itu gara-gara Hatsushiba.
  918.  
  919. "Ya, sudah. Aku ke kelas duluan, ya. Awas, jangan sampai telat."
  920.  
  921. Ayame kemudian pergi setelah urusannya denganku selesai. Dia berjalan ke atas lalu menghilang dari pandangan.
  922.  
  923. ... enggak pernah kusangka kalau Ayame bakal mengingatkanku supaya enggak telat masuk kelas.
  924.  
  925. Enggak, sebenarnya semenjak saat itu dia tampak memerhatikanku di berbagai macam hal.
  926.  
  927. Sebagai ucapan terima kasih karena sudah memerhatikanku, kutusukkan sedotan ke dalam kotak kemasan jus pisang ini lalu pelan-pelan aku meminumnya.
  928.  
  929. "Uh, manis banget."
  930.  
  931. Namun setelah itu, tubuh dan pikiranku jadi terasa lebih segar.
  932.  
  933.  
  934. ♦♦♦
  935.  
  936.  
  937. Saat istirahat makan siang tiba, sesuai rutinitas yang kulakukan beberapa hari ini, aku dan Ayame biasanya pergi ke ruang ekskul untuk makan siang bersama.
  938.  
  939. Awalnya aku mengira hari ini akan sama seperti hari-hari biasanya, tapi ternyata ....
  940.  
  941. "Aramiya, Yuuka sudah membuatkan bekal untukmu! Makan bareng, yuk!"
  942.  
  943. Hatsushiba tanpa ragu berseru dengan nyaringnya seakan ingin agar seluruh kelas mendengarnya.
  944.  
  945. Suaranya sangat lembut, terkesan begitu akrab seolah kami teman sedari kecil. Jenis suara yang dimilikinya terdengar manis dan menggemaskan hingga membuatku berangan-angan. Sayang sekali suara itu enggak terdengar lewat pengeras suara.
  946.  
  947. Seisi kelas langsung bereaksi atas kejadian itu, namun aku enggak boleh terpengaruh akan komentar-komentar mereka.
  948.  
  949. Sepertinya Tozaki sudah kabur duluan untuk membeli roti di kantin yang sangat diperebutkan oleh murid-murid sekolah ini.
  950.  
  951. Anak itu sungguh tahu caranya lepas dari keributan.
  952.  
  953. "Uh."
  954.  
  955. Dengan lihai, Hatsushiba lalu menyusun dua buah kotak bekalnya itu di atas meja Tozaki.
  956.  
  957. "Anu, Hatsushiba, ini ...."
  958.  
  959. "... kamu enggak mau makan?"
  960.  
  961. Dia membesarkan volume suaranya dengan nada cemas sambil menengadah menatapku. Cukup dengan mendengarkannya saja sudah membuatku merasa bersalah.
  962.  
  963. Jujur, keadaan bakal lebih buruk jika aku menerima tawarannya, karena itu aku enggak begitu ingin memakannya. Lagi pula, orang-orang di sekitar kami juga sedang melihat ke arah kami.
  964.  
  965. Bahkan, seluruh penghuni kelas ini sedang menyaksikan kami.
  966.  
  967. Aku bisa malu kalau sampai ada gosip soal kami makan bareng begini .... Tapi sekarang bukan saatnya aku memikirkan itu lagi.
  968.  
  969. Karena jika kutolak, kira-kira apa yang bakal terjadi dengan kotak bekalnya?
  970.  
  971. Aku yakin dia enggak bakal memberikannya ke anak lelaki lain.
  972.  
  973. Paling-paling dia membagikannya ke teman-teman perempuan di grupnya.
  974.  
  975. Tapi rasanya sayang sekali kalau membuang kesempatan seperti ini. Lagi pula, makanan itu enggak salah apa-apa. Aku sudah banyak dapat pelajaran berharga dari 'game' 'Indigo Light' kalau enggak ada kejadian yang lebih menyedihkan dan mengecewakan dibanding ditolak saat memberikan kotak bekal.
  976.  
  977. "... baiklah, aku makan."
  978.  
  979. "Hore!"
  980.  
  981. Hatsushiba pun tersenyum lega dan bersorak.
  982.  
  983. "Biarpun begitu, aku masih punya janji."
  984.  
  985. Aku lalu memandang ke arah Ayame.
  986.  
  987. Sudah kuduga, dia sedang memeluk sebuah bungkusan kain sambil menundukkan kepala dengan tatapan sedih. Bagi orang awam, mungkin kini dia terlihat seperti seorang gadis posesif yang bakal membuat takut seisi sekolah.
  988.  
  989. "Aku mau makan asal Ayame juga ikut duduk di sini."
  990.  
  991. Seluruh penghuni kelas langsung bergemuruh. Ayame pun langsung menoleh saat mendengar yang kukatakan tadi.
  992.  
  993. Seakan sulit percaya dengan situasi ini, dia memelototkan matanya hingga sebesar telur angsa.
  994.  
  995. Hatsushiba pun tampak kebingungan. Mungkin dia enggak menyangka soal ini, makanya enggak sedikit pun dia bersuara.
  996.  
  997. ... hmm, rasanya aku juga terlalu berani menyarankan hal gila seperti tadi.
  998.  
  999. Anggap saja ini upaya untuk menunda timbulnya masalah baru. Yang jelas, kali ini bisa saja aku bakal disumpah-sumpahi oleh teman-teman sekelasku.
  1000.  
  1001. "Kita semua teman, 'kan? Jadi enggak ada masalah, 'kan?"
  1002.  
  1003. Kukatakan itu dengan tegas agar semua bisa mendengarnya.
  1004.  
  1005. Kenyataannya, kami enggak punya hubungan spesial apa-apa, seenggaknya hal itu bisa kutegaskan pada mereka semua yang ada di sini.
  1006.  
  1007. Hatsushiba sedikit merengut lalu mendadak tersenyum manis.
  1008.  
  1009. "Yah, kalau Aramiya memang maunya begitu, Yuuka sih tidak masalah."
  1010.  
  1011. Hatsushiba setuju, kalau begitu, aku harus memanggil Ayame untuk bergabung kemari.
  1012.  
  1013. "Ayame, ayo kita makan bareng."
  1014.  
  1015. "Eh, ah, eng ..., benar enggak apa-apa?"
  1016.  
  1017. Ayame mendekat ke arahku. Dia masih sedikit ragu, namun aku menyuruhnya untuk duduk di dekatku.
  1018.  
  1019. "Enggak apa-apa."
  1020.  
  1021. Aku lalu memindahkan meja di samping meja Tozaki agar kami bisa saling berjejer. Ayame kemudian duduk dengan sedikit ragu-ragu.
  1022.  
  1023. ... jika kuperhatikan lagi, apa situasi semacam ini ada dalam 'eroge'? Sudah jelas ..., tapi itu pun jika aku harus terpaksa untuk menikmati situasi yang belum pernah kulihat sebelumnya ini. Aku masih bertanya-tanya, harus apa aku di situasi begini?
  1024.  
  1025. "Lebih baik kita duduk dan makan bareng, yuk, Ayame?"
  1026.  
  1027. Hatsushiba tersenyum pada Ayame tanpa ragu.
  1028.  
  1029. "Ah, eng, maaf kalau nantinya merepotkan, sudah cukup lama aku enggak pernah makan bareng di kelas begini ...."
  1030.  
  1031. Sekarang justru Ayame yang tampak tegang. Jika dia memang belum pernah melakukan hal ini untuk waktu yang lama, maka wajar saja dia jadi begitu.
  1032.  
  1033. Hatsushiba lalu lanjut berkomentar dengan cerianya, "Oh, begitu,".
  1034.  
  1035. Sebenarnya aku juga merasa tegang, tapi karena Ayame terus melihat ke arahku, maka aku enggak boleh menampakkan sikap tersebut di depannya. Di samping itu, alasanku jadi tegang begini adalah karena keberadaan Hatsushiba.
  1036.  
  1037. Aku lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
  1038.  
  1039. Masalahnya adalah tatapan mata dari teman-teman sekelas kami yang membuat Ayame jadi enggak nyaman.
  1040.  
  1041. "Ada apa, nih?" "Makan bertiga?" "Aku masih enggak percaya walau sudah melihat langsung ...."
  1042.  
  1043. Bisa kudengar samar-samar suara-suara yang sedang membicarakan dari pojok ruangan.
  1044.  
  1045. Entah mungkin karena Ayame mendengar pembicaraan tersebut, makanya dia langsung menoleh dan menampakkan wajah marah.
  1046.  
  1047. "Awas kali—"
  1048.  
  1049. "Ayame, jangan!"
  1050.  
  1051. Kupegang tangannya untuk mencegah dia bertindak lebih jauh.
  1052.  
  1053. "A-Aramiya ...."
  1054.  
  1055. "Aku tahu niatmu, tapi lebih baik biarkan saja."
  1056.  
  1057. Pasti tadi dia ingin mengancam mereka, biarpun begitu, hal tersebut jelas enggak ada gunanya.
  1058.  
  1059. Berbuat seperti itu cuma bakal memperburuk citra Ayame saat ini. Meski sedikit, seenggaknya aku ingin mencoba memperbaiki kesalahpahaman orang-orang terhadap Ayame. Dan enggak perlu lagi dia menambah gosip buruk tentang dirinya.
  1060.  
  1061. Aku berbuat begini bukan untuk Ayame, melainkan untuk diriku sendiri. Aku khawatir jika sosok asli Ayame bakal saling bergesekan dengan gosip yang berkembang. Karenanya, kehadiran Hatsushiba di sini mungkin tanpa sengaja bisa membuat keadaan jadi lebih baik.
  1062.  
  1063. Aku merasa enggak enak karena sudah memanfaatkan Hatsushiba begini, tapi ini salahnya sendiri karena enggak mau melepaskanku .... Di satu sisi aku harus bertahan, sedang di sisi lainnya aku merasa bersalah.
  1064.  
  1065. "Oke, mari makan, Ayame, Hatsushiba."
  1066.  
  1067. "Ah, oke."
  1068.  
  1069. "Oke, ayo kita saling menyantap bekal masing-masing."
  1070.  
  1071. Seluruh penghuni kelas sudah meninggalkan ruangan terkecuali kami bertiga.
  1072.  
  1073. "Ba-baiklah ...."
  1074.  
  1075. Ayame mengeluarkan kotak bekalnya ke atas meja.
  1076.  
  1077. Saat ini di meja sudah tersaji masing-masing dua kotak bekal dari Hatsushiba dan Ayame.
  1078.  
  1079. "Wuih."
  1080.  
  1081. Aku sampai mengeluarkan suara aneh. Lain kali, aku harus berpikir masak-masak dulu sebelum mengambil tindakan semacam tadi.
  1082.  
  1083. Kuambil masing-masing kotak bekal dari mereka berdua. Rupanya kedua kotak bekal tersebut sama-sama berisi dua lapis.
  1084.  
  1085. "Eh, kalau enggak kuat, enggak usah dihabiskan, ya."
  1086.  
  1087. "Kalau semuanya dimakan, nanti bisa sakit perut, lo."
  1088.  
  1089. Mereka berdua sama-sama menasihatiku, tapi kenyataannya, mana mungkin makanan-makanan ini enggak kuhabiskan.
  1090.  
  1091. Meski nasihat tersebut ada benarnya, namun aku enggak mau mengecewakan niat baik mereka berdua.
  1092.  
  1093. Lagi pula, dalam kamus 'eroge'-ku, enggak ada yang namanya 'sudah cukup'.
  1094.  
  1095. "Tenang saja, aku sanggup, kok."
  1096.  
  1097. Kubuka kedua kotak bekal itu secara bersamaan, enggak peduli mau seperti apa isinya, cuma dengan melihatnya saja sudah membuatku takjub.
  1098.  
  1099. Kotak bekal dari Ayame tampak sedap dan menggiurkan, jaminan mutu dari masakan rumahan.
  1100.  
  1101. Namun kotak bekal dari Hatsushiba tampak beraneka warna. Aku merasa kalau hal seperti ini sudah diperhitungkannya.
  1102.  
  1103. "... kalau begitu, aku mulai dari pemberian Hatsushiba dulu, ya."
  1104.  
  1105. Ayame terlihat sedikit kecewa. Kuharap dia memaafkanku karena ini sebagai pengganti persetujuan Hatsushiba atas keputusanku tadi.
  1106.  
  1107. "Mari makan."
  1108.  
  1109. Dengan sumpit pemberian Ayame, kuambil sejumput nasi dari kotak bekal Hatsushiba.
  1110.  
  1111. Lalu kucicipi bakso daging yang dilumuri kecap manis itu dengan sendok.
  1112.  
  1113. ....
  1114.  
  1115. ... kenapa gadis-gadis ini pandai sekali dalam urusan memasak?
  1116.  
  1117. Mereka ini masih SMA, 'kan? Apa saat di rumah, orang tua mereka yang mengajarinya? Atau jangan-jangan mereka ikut kursus untuk menjadi pelayan*? (*maid)
  1118.  
  1119. Meski rasa di dalamnya cukup kuat, tapi masih terasa enak di lidah.
  1120.  
  1121. Hatsushiba pun tersenyum senang padaku. Aku benar-benar enggak mengerti kenapa dia sampai menyukaiku.
  1122.  
  1123. "Selanjutnya, giliran pemberian Ayame."
  1124.  
  1125. "Ah, eng, silakan dicicipi."
  1126.  
  1127. Kucoba mencicipi perkedel ayam dari kotak bekal Ayame. Daging ayam digiling ini terasa sangat lembut. Begitu pula dengan rasa dan aroma prem yang meresap di dalamnya. Kesemuanya itu dalam komposisi yang amat pas.
  1128.  
  1129. Aku begitu menghargai ambisi yang ditampilkan dari masakan mereka berdua. Harus kukatakan kalau sebuah anugerah telah diturunkan kepadaku.
  1130.  
  1131. ... terlepas dari fakta soal hubungan yang sedang kami jalani ini, sekarang aku harus mencari cara untuk membalas kebaikan mereka, karena kalau enggak, aku bisa dianggap sebagai orang yang cuma mau enaknya saja.
  1132.  
  1133. Aku harus berkonsentrasi. Aku harus memikirkan balasan yang pantas bagi mereka berdua."
  1134.  
  1135. "Aramiya, silakan ambil semua yang kamu mau."
  1136.  
  1137. "Aramiya, yang ini khusus Yuuka buatkan untukmu."
  1138.  
  1139. Satu demi satu kulahap masing-masing makanan yang mereka sarankan. Apa pun itu, makanan-makanan yang tersaji di kotak bekal mereka sangatlah lezat. Aku pun sampai kesulitan mengambilnya dengan sumpit.
  1140.  
  1141. "Yang ini campuran rasanya benar-benar pas, lo."
  1142.  
  1143. "Yang ini juga rasanya enak."
  1144.  
  1145. Perlahan tapi pasti, seluruh isi dari kotak bekal mereka mulai berpindah tempat ke dalam perutku.
  1146.  
  1147. Namun ternyata, perutku sendiri sudah mencapai kapasitas maksimal.
  1148.  
  1149. Aku bukan tipe orang yang bisa banyak makan. Perutku kini sudah mulai meronta-ronta.
  1150.  
  1151. Meski saat aku sudah SMA begini nafsu makanku sudah mulai meningkat, namun aku merasa makanan dalam perut ini hampir mau keluar dan ini terasa begitu menyesakkan.
  1152.  
  1153. Walau sudah penuh, tetap bakal kumasukkan semua makanan ini ke dalam mulutku.
  1154.  
  1155. Aku ingin mencicipi semua rasa makanan ini tanpa harus terlihat kesusahan.
  1156.  
  1157. Karena adalah tugasku untuk membuat senang hati orang-orang yang sudah memasakkan makanan ini untukku.
  1158.  
  1159. Dan saat waktu istirahat makan siang hampir berakhir,
  1160.  
  1161. "Selesai .... Semuanya sudah kumakan ...."
  1162.  
  1163. Aku sudah menyapu bersih segala makanan di kotak bekal mereka berdua.
  1164.  
  1165. "Wah, Aramiya, kelihatannya kamu sakit perut, ya?"
  1166.  
  1167. Setelahnya, rasa sakit di perutku ini sudah enggak tertahankan lagi hingga aku harus pergi ke UKS secepatnya. Mungkin perutku ini enggak sekuat perut seorang protagonis 'eroge'.
  1168.  
  1169.  
  1170. ♦♦♦
  1171.  
  1172.  
  1173. Selama jam pelajaran keenam berlangsung, rasa melilit pada perutku ini perlahan mulai berkurang.
  1174.  
  1175. Aku enggak perlu meringkukkan tubuhku lagi. Petugas UKS pun sudah meninggalkan ruangan ini.
  1176.  
  1177. Dan kali ini, yang menemani di sebelahku adalah Kiriko-senpai. Untuk jam pelajaran sekarang, beliau sedang enggak ada tugas mengajar, dan kini sedang duduk di sini menemaniku seakan menggantikan tugas perawat.
  1178.  
  1179. Ditambah, beliau berbicara layaknya sang raja dalam 'game'. Sewaktu mendengarkannya, beliau terdengar seperti orang yang mudah tersentuh.
  1180.  
  1181. "Seiichi, saat kudengar kalau kamu sakit perut sampai harus pergi ke UKS, jangtungku rasanya mau copot."
  1182.  
  1183. "Bercanda, ya?"
  1184.  
  1185. "Perutmu mau minta ditinju, ya?"
  1186.  
  1187. "Eh, jangan, dong! Nanti isi perutku bisa keluar semua."
  1188.  
  1189. Saat itu, Kiriko-senpai dengan tergesa-gesa berlari menuju ke ruang UKS.
  1190.  
  1191. Lalu beliau membuka pintu dengan keras dan berteriak, "Seiichi, kamu tidak apa-apa, 'kan?!".
  1192.  
  1193. Aku pun hampir ikut berteriak karena kaget dengan suara yang tiba-tiba itu. Dan bisa ditebak, Kiriko-senpai pun langsung ditegur oleh perawat UKS.
  1194.  
  1195. "Tapi kalau dipikir lagi, hanya karena menghabiskan dua kotak bekal dari para gadis, kamu malah berakhir di tempat ini? Payah sekali."
  1196.  
  1197. "Oke, oke, aku memang payah ...."
  1198.  
  1199. Aku benar-benar menderita saat harus menghabiskan satu kilogram nasi di Restoran Kari GoGo dulu.
  1200.  
  1201. "Begitulah, Sensei. Lagi pula, saya juga masih belum yakin alasan Sensei kemari apa karena reaksi yang berlebihan atau karena Sensei sangat mencemaskanku?"
  1202.  
  1203. "Yah, biarpun begitu, makan siang bertiga dengan Ayame dan Hatsushiba sepertinya menyenangkan, ya?"
  1204.  
  1205. "Karena Sensei menyuruhku untuk menemani Ayame, dan Hatsushiba juga enggak mau melepaskan diriku, ya mau bagaimana lagi? Bukan, sebenarnya Ayame juga yang enggak mau mengalah."
  1206.  
  1207. "Astaga. Aku jadi heran tentang yang terjadi dengan sepupuku ini."
  1208.  
  1209. "Selama beberapa hari ini saya juga sudah sering mengobrol dengan orang-orang, bahkan rasanya seperti saya sedang mencari tahu sesuatu."
  1210.  
  1211. Terutama pada Hastsuhiba.
  1212.  
  1213. "Kalau terus dibiarkan begini, kamu bisa disakiti lagi oleh gadis yang kamu suka seperti waktu SD dulu, lo."
  1214.  
  1215. "Tolong jangan bahas masa-masa kelam saya yang dulu. Saya mohon, Sensei"
  1216.  
  1217. Bisa kukatakan jika di masa-masa tersebut aku masih menjadi seseorang yang mudah bergaul dengan orang lain. Tapi itu bukan berarti aku ingin kembali ke masa lalu dan memperbaikinya.
  1218.  
  1219. "Jangan khawatir, aku sudah memperhitungkan kalau hal itu tidak mungkin akan terjadi lagi."
  1220.  
  1221. Biarpun begitu, aku butuh kondisi di mana aku menjalani kehidupan sekolahku tanpa perlu pingsan seperti ini lagi.
  1222.  
  1223. "Kamu sudah banyak membantuku dalam menangani Ayame, dan hingga saat ini, tidak ada satu pun permasalahan yang berhubungan dengan dirinya.
  1224.  
  1225. Ujar Kiriko-senpai sambil tersenyum.
  1226.  
  1227. "Anu, Sensei, soal Ayame yang memakai kekerasan fisik seperti kejadian sebelum ini, apa dia seperti itu karena ada penyebabnya?"
  1228.  
  1229. "... kenapa kamu berpikir begitu?"
  1230.  
  1231. "Soalnya saya enggak tahu apa-apa soal Ayame sebelumnya. Yang saya tahu, dia bukanlah seseorang yang begitu saja memakai kekerasan tanpa alasan yang benar."
  1232.  
  1233. "Begitu."
  1234.  
  1235. Dengan wajah tenang, Kiriko-senpai pun melanjutkan,
  1236.  
  1237. "Gadis itu memang memakai kekerasan jika berhadapan dengan suatu alasan yang serius. Contohnya, ketika ada orang yang sedang ditindas, dijahili ataupun dipalak. Kalau bukan itu, berarti ada pihak lain yang mulai mencari gara-gara terlebih dulu."
  1238.  
  1239. "...."
  1240.  
  1241. "Namun, meski itu bukan kesalahan dia, memakai kekerasan fisik tidaklah dibenarkan. Gadis itu tampaknya punya kendala dalam menahan emosi. Dia anak yang gampang naik pitam."
  1242.  
  1243. "Sepertinya dia anak yang angkuh ...."
  1244.  
  1245. "Karena itu aku akan membimbingmu supaya kamu mengerti. Buat saja dia seperti, hmm ..., apa ya namanya? Yah, semacam budak cinta milikmu, begitu."
  1246.  
  1247. "Enggak, enggak, enggak ...! Lagi pula, seorang guru yang mengajarkan soal 'budak cinta' itu enggak wajar."
  1248.  
  1249. Saat kami membahas itu, bel pun berbunyi penanda berakhirnya jam pelajaran keenam.
  1250.  
  1251. "Ada kelas yang mau kuiisi 'homeroom' dulu, jadi aku pergi sebentar, nanti balik ke sini lagi. Kalau kondisimu masih tidak memungkinkan, lebih baik tidur saja. Nanti biar aku yang bilang ke wali kelasmu. Pokoknya, jangan terlalu memaksakan diri, ya."
  1252.  
  1253. Ucap Kiriko-senpai yang kemudian meninggalkan ruang UKS.
  1254.  
  1255. Setelahnya, bel penanda berakhirnya 'homeroom' pun berbunyi.
  1256.  
  1257. Meski begitu, perutku masih terasa melilit. Mungkin aku harus istirahat sedikit lebih lama lagi.
  1258.  
  1259. Hari ini ada acara promosi khusus. Tapi, meski acaranya sudah dimulai, waktu yang tersisa juga masih banyak.
  1260.  
  1261. "Aramiya, kamu tidak apa-apa?" "Aramiya, kamu enggak apa-apa?"
  1262.  
  1263. Terdengar dua orang gadis memasuki ruang UKS. Sudah pasti mereka adalah Ayame dan Hatsushiba.
  1264.  
  1265. Mereka berdua masing-masing memengang ujung tali tasku di sisi kiri dan kanan.
  1266.  
  1267. "... terima kasih sekali sudah membawakan tasku, tapi apa enggak cukup satu orang saja yang membawanya ...?"
  1268.  
  1269. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
  1270.  
  1271. "Soalnya Hatsushiba enggak mau melepaskannya." "Soalnya Ayame tidak mau melepaskannya."
  1272.  
  1273. Mereka berdua pun saling klaim satu sama lain.
  1274.  
  1275. Karena itu aku bertanya pada mereka kenapa bisa sampai jadi begitu. Rupanya ceritanya seperti ini,
  1276.  
  1277. Awalnya mereka berdua hendak mengunjungiku ke ruang UKS, namun terjadilah kekisruhan di antara mereka soal siapa yang membawakan tasku yang masih tertinggal di kelas.
  1278.  
  1279. Dan selagi mereka meributkan soal tas tersebut,
  1280.  
  1281. "Ah, eng ..., kenapa enggak kalian bawa sama-sama saja? Kalau berebutan begitu, nanti tasnya bisa robek dan isinya bisa berhamburan ke mana-mana, 'kan?"
  1282.  
  1283. Ucap Tozaki memberi saran pada mereka berdua.
  1284.  
  1285. Akhirnya, mereka berdua sepakat untuk membawa tasku bersama-sama. Kerja bagus, Tozaki. Akan kutambahkan poin kasih sayang untukmu.
  1286.  
  1287. "Sekali lagi, terima kasih untuk kalian berdua."
  1288.  
  1289. Aku sudah mengucapkan terima kasih, namun mereka segera menampakkan wajah sedih.
  1290.  
  1291. "Gara-gara aku terus memaksamu makan, kamu jadi begini ...."
  1292.  
  1293. "Yuuka minta maaf. Padahal Yuuka tahu kalau Ayame sudah membuatkanmu bekal, tapi Yuuka tetap tidak mau mengalah."
  1294.  
  1295. Mereka seolah menunjukkan kalau kehebohan sewaktu istirahat siang tadi cuma sebuah sandiwara.
  1296.  
  1297. "Akulah yang memutuskan untuk makan. Lagi pula, semua yang kumakan tadi sangatlah lezat. Karena itu, kalian enggak perlu meminta maaf. Akulah yang harusnya meminta maaf karena sudah membuat kalian kesusahan."
  1298.  
  1299. Aku benar-benar ingin membawakan kotoran kuku mereka dan merebusnya supaya dimakan oleh adik perempuanku. Perempuan macam apa yang bahkan membuat telur dadar saja rasanya enggak ada enak-enaknya? Genius dari mananya? Sampai aku selesai makan pun, dia tetap enggak memberi tahu bahan apa saja yang dia campurkan dalam telur dadar itu. Yang pasti, untuk sementara waktu, lidahku mengalami kerusakan .... Sebenarnya, cuma berpikir untuk membandingkannya dengan masakan mereka saja sudah enggak rasional.
  1300.  
  1301. "Kamu masih belum bisa bergerak?"
  1302.  
  1303. Tanya Ayame penuh perhatian. Argh ..., kalau sudah begini, aku jadi bingung mesti berbuat apa.
  1304.  
  1305. "Kalau kupaksakan sedikit, masih bisa, kok."
  1306.  
  1307. "Oh, jangan, jangan dipaksa. Aku ..., aku akan tetap di sini sampai kamu mendingan."
  1308.  
  1309. ... gadis ini tampaknya mengatakan hal yang bisa membuatku tersipu.
  1310.  
  1311. Sial. Wajahku mulai memerah.
  1312.  
  1313. "Ayame, kamu mendadak berubah dari yang biasanya ...."
  1314.  
  1315. Seketika itu Hatsushiba berkata dengan wajah datar.
  1316.  
  1317. Sebenarnya, ketimbang disebut wajah datar, aku lebih merasa kalau suaranya itu tersembunyi oleh emosi datar yang kompleks.
  1318.  
  1319. "Hatsushiba ...."
  1320.  
  1321. Tanpa sengaja Ayame membuat suara penuh ragu.
  1322.  
  1323. "Tapi Yuuka tidak akan menyerah, Yuuka tidak ingin begitu saja kalah."
  1324.  
  1325. Hatsushiba lalu tersenyum manis. Suaranya kembali seperti biasanya.
  1326.  
  1327. Suara itu enggak terdengar seperti tadi lagi. Jadi ada apa dengan itu?
  1328.  
  1329. "... enggak ada yang bakal menang ataupun kalah. Soalnya kalian berdua bukanlah tipeku."
  1330.  
  1331. "Aramiya, kamu memang kejam."
  1332.  
  1333. Hatsushiba lalu tertawa kecil dengan suara menggemaskan seolah mencoba mengabaikan perkataanku tadi.
  1334.  
  1335. "Aku ..., aku juga sudah memutuskan akan terus berusaha menjadi gadis impianmu sampai perhatianmu tertuju padaku."
  1336.  
  1337. Ayame pun menyerukan upayanya tanpa maksud ingin menyerah.
  1338.  
  1339. Ada apa dengan gadis-gadis ini? Kumohon, kembali ke monitor saja sana!
  1340.  
  1341. "Sudah kubilang, aku enggak bakal tertarik pada kalian berdua."
  1342.  
  1343. "Hahaha, Aramiya ini memang suka bercanda, ya?"
  1344.  
  1345. "Begitukah? Kalau begitu aku enggak akan main-main padamu, Aramiya."
  1346.  
  1347. "Biarpun begitu, Yuuka tetap suka padamu."
  1348.  
  1349. "Enggak, akulah yang suka padamu, Aramiya."
  1350.  
  1351. "Terserah kalian!"
  1352.  
  1353. "Sepertinya Aramiya sedang tidak ingin Yuuka gombal, ya?"
  1354.  
  1355. "Kelihatannya sih, begitu. Syukur, deh."
  1356.  
  1357. "Sudah, sudah! Jangan berisik!"
  1358.  
  1359. Kenapa kali ini mereka berdua terdengar seperti saling bersahutan?! Bukankah ini tambah mempertegas kalau mereka sebenarnya akrab satu sama lain?!
  1360.  
  1361. "Ya ampun ...."
  1362.  
  1363. Selagi aku memikirkan hal itu, tiba-tiba kudengar suara menggema yang enggak asing di ruang UKS ini.
  1364.  
  1365. "Ah."
  1366.  
  1367. Hatsushiba segera mengambil ponsel-nya dan memandang ke arah layarnya. Dia pun langsung termenung.
  1368.  
  1369. "Maaf, Yuuka permisi sebentar."
  1370.  
  1371. Ucap Hatsushiba sembari berjalan ke luar ruangan.
  1372.  
  1373. Aku enggak sengaja menguping dan mendengar dia berkata, "Yuuka masih di sekolah," juga, "... masih belum selesai,".
  1374.  
  1375. Apa dia enggak bisa lebih tenang sewaktu menelepon?
  1376.  
  1377. "Hatsushiba mungkin masih sibuk dengan profesi pengisi suaranya."
  1378.  
  1379. Terang Ayame.
  1380.  
  1381. Oh, itu memang benar.
  1382.  
  1383. "Barusan kulihat kalau wajahnya itu tampak kesusahan. Apa pekerjaannya itu enggak punya toleransi?"
  1384.  
  1385. "Bukan, bukan begitu. Sejak SD dulu, dia sendirilah yang bilang kalau dia ingin menjadi seorang pengisi suara."
  1386.  
  1387. "Eh, sejak SD dulu?"
  1388.  
  1389. "Yang kutahu, ayahnya dulu pernah memuji kalau dia punya suara yang bagus, dan sejak saat itulah dia berkeinginan menjadi pengisi suara. Begitu katanya padaku dulu sambil tersenyum."
  1390.  
  1391. Ekspresi wajah Ayame berubah jadi lembut.
  1392.  
  1393. Kini aku berpikir bahwa ternyata kedua gadis ini sebenarnya adalan teman dekat. Tapi apa benar demikian ...?
  1394.  
  1395. "... sepertinya kamu kenal baik dengan Hatsushiba, ya?"
  1396.  
  1397. "Iya, kami berteman sejak kami satu kelas sewaktu SD dulu. Bahkan, kami sering bermain bersama."
  1398.  
  1399. Sewaktu mendengarnya, aku jadi teringat yang dikatakan Hatsushiba waktu itu.
  1400.  
  1401. 'Iya, Yuuka dulu satu SD dengannya. Bahkan hingga SMP pun kami masih sering bermain bersama.'
  1402.  
  1403. Kira-kira seperti itu yang diucapkannya.
  1404.  
  1405. Tapi untuk ukuran orang yang sudah saling kenal sedari SD ..., mereka berdua tampak seperti menjaga jarak satu sama lain.
  1406.  
  1407. Atau itu karena waktu yang sudah terlalu lama berlalu, sehingga mereka menjadi seperti ini?
  1408.  
  1409. "Anu ...."
  1410.  
  1411. Hatsushiba kembali masuk ke dalam ruang UKS. Sambil mengeluarkan suara kelelahan yang enggak cocok untuk ukuran seorang pengisi suara, dia pun menunjukkan wajah cemas.
  1412.  
  1413. "Maaf, Yuuka sedang ada pekerjaan mengisi suara, jadi Yuuka pulang duluan, ya."
  1414.  
  1415. "Sampai ketemu lagi, Hatsushiba. Makan siang hari ini benar-benar enak."
  1416.  
  1417. "Terima kasih pujiannya, Aramiya. Jangan macam-macam sama Ayame, ya!"
  1418.  
  1419. "Enggak mungkin, lah. Sudah, buruan pulang sana!"
  1420.  
  1421. "Kamu memang kejam. Ya sudah, Yuuka pulang dulu. Ayame, jangan ambil kesempatan saat Yuuka tidak ada, ya!"
  1422.  
  1423. Ayame enggak mengatakan apa-apa setelah diberi peringatan tersebut.
  1424.  
  1425. Hatsushiba kemudian pergi dari ruang UKS sambil membawa tasnya sendiri.
  1426.  
  1427. Yang tersisa di ruangan ini tinggal aku dan Ayame saja. Wajah Ayame tampak sedikit termangu.
  1428.  
  1429. "Apa dia begini ... karena kejadian waktu itu?"
  1430.  
  1431. Dengan ekspresi murung, dia mengatakan hal itu sambil meletakkan kedua tangannya di dada.
  1432.  
  1433. "Memangnya ada apa?"
  1434.  
  1435. "Ah, eng ..., yah ..., aku pernah membahayakan seseorang yang berharga baginya .... Eh, maaf. Bisakah kamu berpura-pura enggak pernah mendengar hal ini?"
  1436.  
  1437. Dalam hati aku merasa ragu, namun kupikir kalau Ayame enggak mungkin bakal mau menceritakannya.
  1438.  
  1439. Aku bisa terima kalau dia memang ingin seterusnya memendam hal tersebut, tapi karena aku sedang enggak ada kerjaan, aku bakal terus menanyainya.
  1440.  
  1441. "Baiklah, kalau begitu, aku mau tanya soal ini, apa dulu kamu sering bermain bersama Hatsushiba?"
  1442.  
  1443. "Oh, hmm, iya ..., tapi itu saat kami masih kecil."
  1444.  
  1445. "Apa saja yang kalian mainkan bersama?"
  1446.  
  1447. "Kami biasanya bermain di taman umum atau terkadang bergantian di rumah masing-masing."
  1448.  
  1449. Wah, seperti yang dikatakannya tadi, mereka memang terdengar seperti teman dekat.
  1450.  
  1451. "Namun setelah kami mulai masuk SMP, kami mulai menjauh satu sama lain."
  1452.  
  1453. Seperti yang diduga, dia lalu menampakkan ekspresi sedih. Apa sejak saat itu dia mulai sering menyendiri?
  1454.  
  1455. Tapi hal itu sudah lama berlalu, jadi enggak mungkin aku menanyakan itu lagi padanya.
  1456.  
  1457. "... yah, aku enggak bakal menanyakan hal yang bisa menyinggungmu, tapi jika ada yang mau kamu ceritakan, maka ceritakan saja. Kamu sudah membuatkanku bekal, karena itu, kalau ada yang mau kamu keluhkan atau mintai saran, maka dengan senang hati kudengarkan. Hal yang bagus jika kamu mau berbagi denganku."
  1458.  
  1459. Ayame tampak kebingungan.
  1460.  
  1461. "... kenapa hari ini sikapmu baik sekali?"
  1462.  
  1463. Bisa dikatakan kalau dia belum memercayaiku sepenuhnya.
  1464.  
  1465. "Karena sebuah kewajiban bagiku untuk membalas kebaikanmu. Biar bagaimanapun, dari luar aku ini tetap manusia biasa, walau ada sisi diriku yang enggak peduli dengan dunia 3D."
  1466.  
  1467. "... berkata seperti tadi, maksudnya apa? Lalu, 'dari luar' itu ...."
  1468.  
  1469. "Lupakan saja."
  1470.  
  1471. Saat aku mengatakan hal tadi, wajah Ayame tampak sedikit lebih cerah.
  1472.  
  1473. "Hmm, baiklah."
  1474.  
  1475. Jawabnya lirih namun terasa tulus.
  1476.  
  1477. "... omong-omong, apa enggak sebaiknya kamu pulang duluan saja?"
  1478.  
  1479. "Enggak. Biarpun di rumah, enggak ada yang bisa kulakukan juga."
  1480.  
  1481. Saat mengatakannya, Ayame menarik sebuah kursi supaya bisa duduk di dekatku.
  1482.  
  1483. ... awalnya kupikir kalau saat ini dia sedang mengepalkan tangannya dan bersiap untuk memukul, karena itu aku cuma bisa pasrah saja.
  1484.  
  1485. Namun bisa kukatakan jika di dalam 'eroge', ruang UKS ini bisa diibaratkan sebagai hotel melati kedua di dalam sekolah ....
  1486.  
  1487. Sedangkan hotel melati pertamanya adalah gudang di dalam gedung olahraga. Di sana ada bermacam fasilitas penunjang seperti matras, peti lompat dan beberapa perlengkapan lainnya.
  1488.  
  1489. ... dia enggak akan macam-macam denganku, 'kan? Kalau satu lawan satu begini, aku enggak bakal bisa menang melawan Ayame.
  1490.  
  1491. Takdir yang menyedihkan bagi seseorang yang senantiasa mengurung diri di kamarnya sendiri seperti diriku ini.
  1492.  
  1493. "Bagaimana perutmu?"
  1494.  
  1495. "Masih belum mendingan."
  1496.  
  1497. "Oh, begitu."
  1498.  
  1499. Ketika dia mengatakannya, dia langsung pindah duduk ke pinggir ranjangku. Lalu diletakkannya tangannya itu ke atas selimut yang menutupi perutku.
  1500.  
  1501. "Eh?"
  1502.  
  1503. (https://goo.gl/FSQ70k)
  1504.  
  1505. Ayame kemudian tanpa ragu menggosok-gosokkan tangannya di tempat tadi hingga membuatku salah tingkah.
  1506.  
  1507. ... ah .... Aku merasa nyaman. Rasanya lebih nyaman ketimbang melakukannya sendiri.
  1508.  
  1509. Sensasi yang enggak bisa kurasakan dalam dunia 2D ini lumayan juga.
  1510.  
  1511. "Kamu suka?"
  1512.  
  1513. "Hmm, enaknya."
  1514.  
  1515. "Ini pengalaman pertamaku. Jadi aku kurang percaya diri soal ini."
  1516.  
  1517. "Aku suka, kok."
  1518.  
  1519. "Benarkah ...? Aku juga bisa merasakan reaksimu saat kamu suka kubeginikan."
  1520.  
  1521. Gadis ini suka sekali mengatakan hal yang bisa membuatku tersipu.
  1522.  
  1523. Perutku dengan senangnya mengembang dan mengempis menyesuaikan irama. Tampaknya Ayame juga diam-diam menikmati pergerakan perutku ini.
  1524.  
  1525. Namun ketika semua terasa sedikit lebih baik, mendadak isi dalam perutku serasa berbarengan bergerak ke bawah.
  1526.  
  1527. "Aduh ..., maaf, tiba-tiba mau keluar!"
  1528.  
  1529. Musuh menyerang.
  1530.  
  1531. "Eh, tunggu, jangan dikeluarkan dulu!"
  1532.  
  1533. "Maaf, aku sudah enggak tahan!"
  1534.  
  1535. Argh, aku harus segera ke toilet.
  1536.  
  1537. Dan tepat di saat aku baru mengangkat separuh tubuhku—
  1538.  
  1539. "Kalian ...! Apa yang kalian lakukan di ruang UKS yang sakral ini, hah?!
  1540.  
  1541. Mendadak pintu ruang UKS dibuka dengan sekuat tenaga oleh Kiriko-senpai yang kemudian bergegas masuk ke dalam.
  1542.  
  1543. Beliau datang dengan wajah murka ..., lalu ekspresi itu segera berganti setelahnya.
  1544.  
  1545. Aku enggak kesalahpahaman macam apa yang beliau pikirkan. Meski begitu, aku enggak peduli lagi. Aku harus buru-buru ke toilet.
  1546.  
  1547. "Fiuh ...."
  1548.  
  1549. Leganya .... Mengeluarkan sebanyak ini membawa rasa nyaman tersendiri.
  1550.  
  1551. Omong-omong, Kiriko-senpai tadi salah paham soal apa, ya?
  1552.  
  1553. Kucoba mengingat lagi pembicaraanku dengan Ayame tadi.
  1554.  
  1555. "Hmm, enaknya," "Ini pengalaman pertamaku. Jadi aku kurang percaya diri soal ini," "Aku juga bisa merasakan reaksimu saat kamu suka kubeginikan," "... maaf, tiba-tiba mau keluar!" "... aku sudah enggak tahan!"
  1556.  
  1557. ... hmm, memang rasanya janggal, sih, kalau pembicaraan itu didengarkan dari luar. Kesalahpahaman barusan pasti gara-gara pembicaraan tersebut.
  1558.  
  1559. Itu sebabnya aku harus meminta orang-orang supaya bisa membedakan cara bicara mereka padaku di depan yang lainnya.
  1560.  
  1561. ... hal-hal yang berbau 18 tahun ke atas itu sangat sensitif bagi Kiriko-senpai. Sembari memikirkannya, aku berjalan kembali ke ruang UKS. Tiba-tiba,
  1562.  
  1563. "Tolong jangan lagi mengatakan hal-hal aneh di ruang UKS yang bisa membuat orang salah paham!"
  1564.  
  1565. Bagian atas kepalaku dipukul ke bawah oleh Kiriko-senpai yang wajahnya sudah memerah. Kenapa dunia ini tampak enggak adil padaku?
  1566.  
  1567.  
  1568. ♦♦♦
  1569.  
  1570.  
  1571. Rasa sakit di perutku sudah mereda, jadi aku bisa melakukan kerja paruh waktuku dengan lebih efisien.
  1572.  
  1573. Sepulangnya dari bekerja, aku mampir dulu ke sebuah kedai nasi daging. Aku ingin mengisi perutku terlebih dahulu. Walau siang tadi aku sudah makan terlalu banyak, tapi setelah bekerja begini, rasanya lapar juga. Bahan bakar untuk mesin tubuhku ini cepat terkuras.
  1574.  
  1575. Biasanya kalau sepulang bekerja begini, aku bakal makan malam di rumah, tapi karena ibuku tadi mengirim SMS, 「Hari ini kamu makan malamnya di luar saja,」 makanya, mau enggak mau harus keluar uang juga.
  1576.  
  1577. Saat harus menyisihkan pendapatan kerja paruh waktuku untuk hal semacam ini, aku jadi merasa sedih. Biar bagaimanapun, karena hal ini hidupku serasa seperti enggak ada gunanya. Aku punya ponsel lipat dan ponsel cerdas yang bisa kugunakan untuk ber-internet. Kiriko-senpai-lah yang menanggung biaya dari kedua perangkat tersebut. Ponsel cerdasku ini memakai paket internet tanpa batas, tapi pernah suatu kali, aku meminta rincian bulanan biaya pemakaian total keduanya yang ternyata seluruhnya berjumlah lebih dari sepuluh ribu yen.
  1578.  
  1579. Jumlah sebesar itu cukup untuk membeli sebuah 'eroge'. Karena itu aku pernah meminta beliau supaya aku enggak usah lagi memakai kedua ponsel tersebut dan meminta ganti biaya sepuluh ribu yen itu. Namun ideku pun ditolak dengan ucapan, "Jangan mimpi!".
  1580.  
  1581. "Eh ...."
  1582.  
  1583. Awalnya aku berencana untuk langsung pulang setelah meninggalkan kedai, namun enggak disangka aku melihat seseorang yang kukenal.
  1584.  
  1585. Kali ini bukanlah Ayame, melainkan Hatsushiba. Terlihat jika dia enggak sedang memakai seragam sekolah. Yang dia kenakan adalah gaun malam yang dipadukan dengan kardigan dan rok mini. Penampilannya seperti seorang wanita dewasa.
  1586.  
  1587. Apa dia baru selesai dari pekerjaannya sebagai pengisi suara? Dia kini sedang bersama seorang lelaki, tapi lelaki itu enggak terlihat seperti manajernya.
  1588.  
  1589. Jika dilihat, tampaknya mereka dalam suasana yang kurang bagus. Mungkin bukanlah hal yang baik jika melihat mereka dalam keadaan begini.
  1590.  
  1591. Lelaki itu tampak sedang mengatakan sesuatu pada Hatsushiba, sedangkan Hatsushiba sendiri terlihat mendengarkan dan tampak seolah ketakutan.
  1592.  
  1593. Itu karena jika Hatsushiba menampakkan sikap cerianya, maka ingatan tentang ekspresi wajahnya itu bakal semakin tergambar di dalam pikiran.
  1594.  
  1595. ... tapi sepertinya bukan karena itu. Jika diperhatikan lagi, sepertinya aku tahu siapa lelaki di dekatnya itu.
  1596.  
  1597. Bukankah dia orang yang dulu pernah hampir memerkosa Ayame dan menyerangku sebelumnya?
  1598.  
  1599. Kalau enggak salah namanya itu ....
  1600.  
  1601. 'Bukan urusanmu, Songou. Pergi sana!'
  1602.  
  1603. Itu dia, Ayame memanggilnya Songou. Apa Hatsushiba juga kenal dia?
  1604.  
  1605. ... aku punya firasat kalau ada suatu masalah yang sedang terjadi.
  1606.  
  1607. Diam-diam aku jadi penasaran tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Biarpun begitu, aku enggak bisa mendengarnya.
  1608.  
  1609. Berusaha mendekatkan posisiku pada mereka bisa berujung pada perubahan situasi saat ini, dan situasi tersebut bisa mendatangkan masalah padaku.
  1610.  
  1611. Setelahnya, mereka pun selesai berbicara, dan si lelaki berbalik pergi dari Hatsushiba— namun tampaknya Hatsushiba menarik bagian belakang baju lelaki tersebut hingga seolah tergambar adegan seorang gadis yang baru dicampakkan yang ingin meminta penjelasan dari sang lelaki.
  1612.  
  1613. Wajah Hatsushiba menjadi pucat. Dia mencoba ingin mengatakan sesuatu untuk membujuk lelaki tersebut, namun sang lelaki mengibaskan tangannya dan melepas genggaman tangan Hatsushiba. Lelaki itu kemudian lenyap dalam ramainya pusat perbelanjaan.
  1614.  
  1615. Yang tertinggal kini cuma Hatsushiba seorang. Kepalanya menunduk ke bawah disertai tatapan sedih. Dia tampak begitu terpukul.
  1616.  
  1617. "Fiuh ...."
  1618.  
  1619. Aku berdesah. Biasanya dalam sebuah 'eroge', sang protagonis bakal disarankan agar jangan mencampuri urusan orang lain ..., tapi karena saat ini keadaannya sudah seperti hendak menuju ke sebuah adegan penting, aku merasa jadi ingin ikut campur. Soalnya kalau enggak, bisa-bisa ini berujung pada akhir yang buruk.
  1620.  
  1621. Lagi pula, aku masih khawatir soal alasan kenapa Hatsushiba sampai menampakkan ekspresi seperti tadi. Begitu juga soal dirinya bisa berhubungan dengan lelaki yang dulu hampir memerkosa Ayame. Yah, ini bukan karena aku peduli dengan Hatsushiba, sih.
  1622.  
  1623. ... tetap saja aku harus membalas kebaikannya saat memberiku bekal siang tadi. Meski kecil, kebaikan semacam itu sulit untuk dilupakan.
  1624.  
  1625. Aku berjalan mendekat pada Hatsushiba kemudian menyapanya. Dia pun terkejut lalu menoleh ke arahku.
  1626.  
  1627. Tampak sebuah ekspresi ketakutan tergambar di wajahnya, namun ketika tahu kalau yang menyapa adalah aku, dia langsung bernapas lega.
  1628.  
  1629. "Ya ampun, Aramiya .... Bikin kaget saja. Syukurlah ternyata itu kamu."
  1630.  
  1631. "Malam sudah larut begini, kenapa kamu masih ada di luar? Apa jangan-jangan kamu punya hubungan dengan pelaku kriminal di jalanan, ya?"
  1632.  
  1633. "Untuk apa juga Yuuka harus berbuat seperti itu? Aramiya sendiri, kenapa selarut ini masih ada di jalanan?"
  1634.  
  1635. "Aku baru selesai kerja paruh waktu."
  1636.  
  1637. "Eh, Aramiya juga punya kerjaan sampingan, toh."
  1638.  
  1639. "... lo, kamu baru tahu?"
  1640.  
  1641. Rasanya hampir seluruh teman sekelasku tahu soal itu, deh.
  1642.  
  1643. Sewaktu aku baru masuk kerja, teman-teman sekelasku — terutama yang lelaki — mendatangiku dan meminta untuk ditraktir makan, walau sebenarnya uang sanguku hanya bisa untuk membeli lima botol air mineral saja.
  1644.  
  1645. Padahal waktu itu dia bilang kalau dia sudah menyukaiku sejak kelas satu, jadi kupikir kalau dia sudah tahu .... Tapi terserahlah, aku enggak peduli.
  1646.  
  1647. "Aku bekerja paruh waktu di sebuah mini market buat mengumpulkan uang agar bisa membeli DVD 'game'."
  1648.  
  1649. "Sepertinya kamu hobi sekali dengan 'game'."
  1650.  
  1651. "Iya lah. Aku suka sekali dunia 2D"
  1652.  
  1653. "... memangnya kamu tidak suka gadis sungguhan?"
  1654.  
  1655. "Sama sekali enggak."
  1656.  
  1657. Sewaktu Hatsushiba menanyakan soal itu, wajahnya tampak penasaran dan terlihat sedikit kesepian.
  1658.  
  1659. "Apa dulu ada sesuatu terjadi padamu hingga kamu jadi seperti ini?"
  1660.  
  1661. "Hmm ..., pernah ada suatu kejadian saat aku SD dulu. Yah, seperti terus dikhianati sampai seenggaknya tiga kali, dan itu membuatku trauma."
  1662.  
  1663. Dengan lirih, Hatsushiba kembali bertanya,
  1664.  
  1665. "Lalu, apa sekarang kamu sudah mampu memaafkannya?"
  1666.  
  1667. Itu sebuah pertanyaan yang enggak perlu lagi aku berpikir untuk menjawabnya.
  1668.  
  1669. "Enggak bakal .... Tapi bagaimanapun juga, karena kejadian itu pulalah aku jadi mulai menggandrungi 'game'. Jika demikian, mungkin aku masih bisa memaafkan. Aku cuma marah dengan diriku sendiri bukan karena kejadian tersebut."
  1670.  
  1671. "Bukan malah kebalikannya?"
  1672.  
  1673. Dia menanggapi dingin jawabanku tadi.
  1674.  
  1675. "Hatsushiba, apa kamu juga punya sesuatu yang enggak bisa kamu maafkan?"
  1676.  
  1677. "Bukan soal dimaafkan atau tidaknya, sih. Tapi ini masalah yang sedikit rumit."
  1678.  
  1679. Mungkin karena kejadian yang dialami sebelumnya tadi, kini dia terlihat rapuh. Kucoba untuk mengungkit soal 'itu' sedikit.
  1680.  
  1681. "Apa jangan-jangan itu—"
  1682.  
  1683. Belum sempat aku menyinggung soal Ayame, Hatsushiba langsung memotong perkataanku.
  1684.  
  1685. "Hahaha, kalian para lelaki memang suka ingin tahu masa lalu orang, ya? Perempuan itu tidak suka dibegitukan, tahu?"
  1686.  
  1687. Ternyata dia masih pandai menyembunyikan kartunya.
  1688.  
  1689. "Oh, maaf. Aku enggak bakal tanya lagi."
  1690.  
  1691. Kalau begitu aku harus mengganti topik yang enggak terlalu menyinggungnya. Soalnya, kapan lagi ada kesempatan menanyainya seperti ini?
  1692.  
  1693. "Hatsushiba, apa kamu lelah dengan pekerjaanmu sebagai pengisi suara?"
  1694.  
  1695. "Tidak, kok ...."
  1696.  
  1697. "Lelaki yang kulihat bersamamu tadi enggak terlihat seperti manajermu."
  1698.  
  1699. "Eh, kamu sempat melihatnya?"
  1700.  
  1701. "Aku melihatnya ketika dia baru mau pergi."
  1702.  
  1703. Aku sedikit berbohong agar Hatsushiba enggak terlalu waspada kepadaku.
  1704.  
  1705. Biarpun begitu, aku juga enggak tahu yang mereka bicarakan tadi. Jadi enggak bedanya juga.
  1706.  
  1707. "Kami sudah berteman sedari kecil. Orang tua kami juga sudah saling akrab satu sama lain. Bahkan rumah kami pun berdekatan."
  1708.  
  1709. "Hmm ...."
  1710.  
  1711. "Cemburu, ya?"
  1712.  
  1713. "Enggak."
  1714.  
  1715. "Ternyata seperti ini rasanya dicemburui .... Ini pertama kalinya Yuuka mengalami yang seperti ini."
  1716.  
  1717. Tatap mata Hatsushiba memandangku dengan tenang.
  1718.  
  1719. "'Berteman sedari kecil', berarti lelaki tadi juga satu SD denganmu, ya?"
  1720.  
  1721. "Saat itu dia masuk ke SD swasta, jadi kami tidak satu SD. Tapi dulu kami sempat satu SMP."
  1722.  
  1723. Aku sempat mengira kalau mereka satu SD. Ayame, Tozaki juga Hatsushiba mungkin dulu bersekolah di SD negeri. Itu berarti lelaki tadi bersekolah di SD swasta lalu lulus dan masuk ke SMP Negeri.
  1724.  
  1725. Harus kuakui kalau hal itu terdengar aneh, soalnya tempat kami tinggal ini punya beberapa rayon sekolah. Jadi sebenarnya hal yang enggak perlu jika tahu-tahu pindah dari sekolah swasta ke sekolah negeri. Menurutku, kebanyakan orang yang dari awal memilih masuk ke sekolah swasta bakal melanjutkan jenjang pendidikannya ke sekolah swasta juga.
  1726.  
  1727. ... yah, mungkin ini cuma pendapat sinisku saja. Mungkin saat itu dia enggak berhasil lulus ujian masuk sekolah swasta.
  1728.  
  1729. "Baiklah, Yuuka pulang dulu, ya? Walau Yuuka sebenarnya ingin pulangnya diantar oleh Aramiya."
  1730.  
  1731. "Hmm, ada yang mau kubeli dulu sebelum pulang."
  1732.  
  1733. "Memangnya mau beli apa? Yuuka ikut, dong."
  1734.  
  1735. "'Eroge'"
  1736.  
  1737. "... wah, Yuuka lewat saja, deh. Tapi kapan-kapan Yuuka mungkin mau."
  1738.  
  1739. Justru lebih bahaya kalau dia ikut. Lain kali aku harus punya alasan tepat supaya dia enggak mau ikut.
  1740.  
  1741. "Yah, terpaksa pulang sendirian, nih. Tidak apa-apa, besok Yuuka juga masih bisa ketemu. Dadah, Aramiya."
  1742.  
  1743. "Dah, sampai ketemu besok dan jangan galau, ya."
  1744.  
  1745. "... kok tahu kalau Yuuka sedang galau?"
  1746.  
  1747. "Yah, asal tebak saja, sih."
  1748.  
  1749. "Tidak mungkin kamu bisa tahu kalau kamu tidak suka sama Yuuka. Ya, 'kan?"
  1750.  
  1751. "Mau melawak, ya? Sudah, pulang sana!"
  1752.  
  1753. "Hahaha. Dadah."
  1754.  
  1755. Sambil melambaikan tangan, dia ucapkan salam perpisahan itu kemudian pulang.
  1756.  
  1757. Mumpung aku masih berada di luar, kuarahkan langkahku ini menuju toko yang menjual 'eroge'.
  1758.  
  1759. Semoga saja toko yang mau kudatangi ini masih buka.
  1760.  
  1761.  
  1762. ♦♦♦
  1763.  
  1764.  
  1765. Aku melewati area perkakas elektrik untuk menuju area yang menjual 'game' 18 tahun ke atas di toko grosir ini.
  1766.  
  1767. Masing-masing area dipisahkan oleh sebuah sekat. Pintu masuk area yang kudatangi ini ditutupi oleh kain bergantung agar pemandangan di dalam enggak sampai kelihatan dari luar. Tanpa ragu, aku memasuki area tersebut. Aku berusaha berbaur dengan para pengunjung di sini yang tampaknya merupakan orang-orang yang sudah bekerja.
  1768.  
  1769. ... aku sadar kalau yang kulakukan ini bukanlah hal baik.
  1770.  
  1771. "Eh ...."
  1772.  
  1773. Meski begitu, aku lebih enggak menyangka bertemu orang yang kukenal di sini.
  1774.  
  1775. "... ah, Ara ... miya?"
  1776.  
  1777. Itu Ayame. Walau dia sedang memakai topi untuk menutupi matanya ditambah dengan sebuah syal, aku masih bisa mengenalinya. Dan meski dia mengenakan celana jins dipadu dengan kaos berlengan panjang yang enggak mencolok, wajahnya dan gaya rambutnya tetap terlalu menarik perhatian.
  1778.  
  1779. Selain itu, di tangannya sedang menenteng kotak berisi 'eroge'. Biar bagaimanapun, gadis ini pasti terlihat mencurigakan.
  1780.  
  1781. 'Game' yang sedang dibawanya itu berjudul .... Ah, sudahlah.
  1782.  
  1783. Yah, aku benar-benar enggak menyangka kalau dia bisa ada di sini.
  1784.  
  1785. Tapi perawakan tubuhnya itu enggak terlihat seperti anak di bawah umur juga, sih. Jadi kayaknya sulit untuk ketahuan.
  1786.  
  1787. "...."
  1788.  
  1789. Kami berdua langsung terdiam, oh, bukan, tepatnya, mau enggak mau kami harus saling diam.
  1790.  
  1791. Menurutku, saat bertemu dengan orang yang kita kenal di dalam toko 'eroge' atau semacamnya, hal yang sudah dipahami oleh masing-masing orang kalau kita enggak boleh saling sapa. Begitulah, walau sebenarnya aku juga enggak yakin.
  1792.  
  1793. Itu sebabnya aku cuma bisa memeriksa keadaan untuk berjaga kalau-kalau ada orang lain lagi yang kukenal.
  1794.  
  1795. "...!"
  1796.  
  1797. Namun dia segera menggaet erat lenganku dan membawaku pergi.
  1798.  
  1799. Aku lalu menatapnya seolah ingin berkata, 'Jangan!'.
  1800.  
  1801. Tapi dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ampun ...!
  1802.  
  1803. Alhasil, kami pun keluar dari toko dengan diriku yang belum membeli apa-apa.
  1804.  
  1805. "Sedang apa kamu di sini?"
  1806.  
  1807. Saat aku menanyakannya, wajah Ayame langsung memerah.
  1808.  
  1809. "Yah, aku baru saja menamatkan salah satu 'game', jadi aku mau beli 'game' lanjutannya ...."
  1810.  
  1811. "Maksudmu 'game' yang 'itu'?"
  1812.  
  1813. Itu adalah 'game' yang membuatku malu sendiri saat menyebutkan judulnya.
  1814.  
  1815. "Bukan, bukan, bukan! Ini baru saja aku pilih dan kebetulan Aramiya datang di saat bersamaan ...! Ini bukan seperti yang kamu pikirkan!"
  1816.  
  1817. "Iya, iya."
  1818.  
  1819. "Percayalah padaku ...."
  1820.  
  1821. Ayame tertegun sambil berlinangan air mata. Baru pertama kali ini aku melihat dirinya sampai setertekan ini. Soalnya selama ini aku sudah terlalu sering melihat dirinya yang dalam keadaan marah.
  1822.  
  1823. "Tenang saja, aku belum menyebarkan hal ini ke siapa-siapa, kok."
  1824.  
  1825. Aku bukanlah orang yang punya pikiran jahat. Itu karena aku sendiri memiliki koleksi 'eroge' dan enggak ingin sampai ada orang lain tahu."
  1826.  
  1827. "Aku enggak mau kalau kamu sampai berpikiran yang aneh tentangku."
  1828.  
  1829. "Iya, iya, aku cuma bercanda. Lagi pula, kamu enggak terlihat seperti orang yang hobi dengan 'game' semacam itu."
  1830.  
  1831. "Eh, kamu cuma bercanda? Jahatnya!"
  1832.  
  1833. Ucap Ayame sembari tersenyum lega. Keadaannya kini sudah lebih baik, syukurlah. Gadis ini memang penuh dengan berbagai emosi.
  1834.  
  1835. Ketika di dalam toko tadi, bisa kulihat kalau dirinya tampak bosan, dan kini, dengan ekspresi yang sekarang, ini merupakan hal yang baru bagiku.
  1836.  
  1837. Kami terus berjalan hingga sampai di persimpangan.
  1838.  
  1839. "Aku duluan, ya, Aramiya."
  1840.  
  1841. "Oke, selamat beristirahat, ya, Ayame."
  1842.  
  1843. Saat aku mengatakan itu, Ayame terlihat sedikit terkejut, dan dengan wajah yang tampak senang itu dia membalas,
  1844.  
  1845. "Selamat beristirahat juga, ya, Aramiya."
  1846.  
  1847. Sosok Ayame pun perlahan menghilang dalam sunyinya malam yang sudah larut ini.
  1848.  
  1849. Aku sempat merasa kalau tetap berada di sini, aku bakal bertemu lagi hal-hal buruk yang enggak kuinginkan, karena itu aku bergegas untuk pulang ke rumah.
  1850.  
  1851.  
  1852. ♦♦♦
  1853.  
  1854.  
  1855. Hari ini enggak bakal ada permasalahan lagi seperti kemarin. Aku enggak bakal menanggapi lagi setiap pandangan ataupun gosip yang beredar hingga 'homeroom' di jam terakhir.
  1856.  
  1857. Aku bersiap untuk menghadapi jam pelajaran hari ini dengan pikiran damai. Mungkin aku sudah terbiasa dalam menghadapi berbagai macam pandangan orang di sekitar. Kalau memang begitu, maka hal lainnya bukanlah masalah. Yang kuinginkan saat ini cuma ketenangan.
  1858.  
  1859. "Kakak sayang~! Sudah punya sapu tangan atau tisu belum? Kalau belum, Yuuka kasih, ya."
  1860.  
  1861. Darah tiba-tiba mengucur dari hidungku. Kenapa bisa begini?! Kenapa masa-masa damai yang mau kubangun ini sebegitu rapuhnya?!
  1862.  
  1863. "Hatsushiba, cukup!"
  1864.  
  1865. Cara bicaranya yang begitu menggemaskan membuatku sampai di titik jengkel jika aku mendengarkannya lagi. Ini sudah melebihi batas dari sebuah keimutan. Meskipun begitu, aku masih belum mampu menghadapi Hatsushiba dengan baik hingga sulit untukku membencinya. Hmm, jika aku harus mendengarkannya disertai dengan iringan musik, bagaimana jadinya, ya?
  1866.  
  1867. "Kakak, padahal kamu senang kalau dipanggil seperti ini, 'kan~?"
  1868.  
  1869. Jika suara menggemaskan itu kembali menyapaku, orang-orang bisa salah paham nanti.
  1870.  
  1871. Adik perempuanku memang bersekolah di sini, tapi dia enggak pernah memanggilku dengan cara semenggemaskan itu. Makanya, cuma segelintir orang saja yang tahu soal tersebut.
  1872.  
  1873. Teman-teman sekelasku yang lain masih belum menyadari tentang yang terjadi sekarang ini. Bahkan di kumpulan para gadis, cuma Ayame saja yang bersikap seolah hal ini cuma sebuah candaan.
  1874.  
  1875. "Ini bukan soal aku suka atau enggak."
  1876.  
  1877. "Kalau begitu, bukan masalah dong, Kak? Yuuka akan selalu memerhatikan Kakak."
  1878.  
  1879. Lama-lama aku capek menanggapinya.
  1880.  
  1881. Segera kubawa Hatsushiba keluar dari kelas menuju ke anak tangga yang jarang dilewati orang.
  1882.  
  1883. Meski itu sudah jadi tempat keramat bagiku untuk menenangkan diri, tapi belakangan, sepinya tempat ini mulai terlihat seperti peninggalan purbakala.
  1884.  
  1885. "Tolong jangan memanggilku seperti itu lagi saat banyak orang di kelas!"
  1886.  
  1887. "Lo, kenapa?"
  1888.  
  1889. "Karena aku dikenal sebagai 'otaku' di kelas!"
  1890.  
  1891. Namun harus kuakui kalau sudah lama aku enggak pernah dipanggil 'kakak' lagi. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku dipanggil begitu.
  1892.  
  1893. Dua tahun terakhir ini, adik perempuanku sering memanggilku dengan sebutan jejaka letoi. Bahkan sebelum itu dia pernah memanggilku berengsek, walau sebelumnya lagi dia juga pernah memanggilku kakak. Kenangan sewaktu dia memanggilku kakak itu sudah lama berlalu. Saat mengingatnya, aku merasa sedih sekali.
  1894.  
  1895. "Begini saja, jangan panggil lagi aku dengan sebutan kakak lagi, paham?"
  1896.  
  1897. "Kalau Yuuka panggil abang, boleh? Atau mas, begitu?
  1898.  
  1899. "Itu sama saja! Sudah, berhenti bahas kakak-kakakan lagi!"
  1900.  
  1901. "Kakanda?"
  1902.  
  1903. "Itu malah lebih parah!
  1904.  
  1905. "Ya sudah, Jejaka Letoi!"
  1906.  
  1907. "Hei! Memangnya kamu adikku?!
  1908.  
  1909. Dia pun sempat menambahkan hal-hal yang begitu mengejek diriku. Dia memang layak menjadi seorang pengisi suara.
  1910.  
  1911. "Hahaha, bercanda, bercanda."
  1912.  
  1913. Tiba-tiba dia kembali ke cara bicaranya yang semula.
  1914.  
  1915. "'Hatsushiba, sepertinya kamu senang mempermainkanku, ya?'"
  1916.  
  1917. Dia mengatakannya seolah memerankan diriku yang hendak memprotesnya. Tapi kalau kupikir lagi, kelakuannya tadi cukup aneh 'kan? Apa ada yang salah di otaknya?
  1918.  
  1919. Awalnya kupikir kalau dia bakal menjadi orang yang lebih baik dari ini, namun nyatanya, dia lebih gila dari yang kukira.
  1920.  
  1921. Apa mungkin dia orang yang naif? ... seenggaknya ini lebih baik daripada sikap sedihnya kemarin.
  1922.  
  1923. "Jadi, itu benar? Soal kamu yang disuruh oleh guru untuk menemani Ayame itu ternyata benar?"
  1924.  
  1925. Hatsushiba lalu menanyakan hal itu tanpa aku sempat mengalihkan ke pembahasan utama.
  1926.  
  1927. "... kamu dengar dari mana?"
  1928.  
  1929. Saat aku bereaksi seperti itu, senyum di Hatsushiba semakin mengembang.
  1930.  
  1931. "Yuuka hanya asal tebak, kok. Tapi sikapmu tadi sudah membuktikan kalau itu ternyata benar."
  1932.  
  1933. "... kenapa kamu berpikir begitu?"
  1934.  
  1935. "Soalnya sewaktu pelajaran musik kemarin, saat Yuuka bertanya, 'Apa ada orang yang menyuruhmu?' wajahmu tampak sedikit ragu. Jadi Yuuka pikir, mungkin saja itu alasannya."
  1936.  
  1937. Dia bisa melihat keraguan dalam diriku saat itu juga? Matanya benar-benar jeli.
  1938.  
  1939. "Boleh Yuuka minta penjelasan? Apa Yuuka perlu tanya soal ini pada murid lain?
  1940.  
  1941. "Jangan! Oke, pertama-tama, itu bukanlah satu-satunya alasan kenapa aku menemani Ayame."
  1942.  
  1943. "... sungguh? Lalu karena apa lagi?"
  1944.  
  1945. "Yah, bagaimana menjelaskannya, ya?"
  1946.  
  1947. "Apa jangan-jangan kamu memang suka dengan Ayame?"
  1948.  
  1949. "Jangan bercanda. Enggak usah bawa-bawa urusan para makhluk 3D di depanku."
  1950.  
  1951. Aku enggak merasa kalau ini yang namanya cinta. Jika perasaan ini kualami sewaktu aku SD dulu, mungkin aku bisa menganggapnya cinta.
  1952.  
  1953. "Hmm, kalau Yuuka tidak tahu alasannya, bisa-bisa Yuuka stres sendiri."
  1954.  
  1955. "Kalau perasaanmu hancur, aku justru lebih senang."
  1956.  
  1957. "Maksudmu Yuuka? Itu tidak mungkin."
  1958.  
  1959. "Walau kamu bisa mengatakannya sambil tersenyum, itu enggak bakal membantu."
  1960.  
  1961. Kalau kupikir-pikir lagi, sepertinya gadis ini perhatian banget soal Ayame.
  1962.  
  1963. Apa dia takut kalau aku dan Ayame bakal benar berpacaran? Aku bisa paham, sih, tapi—
  1964.  
  1965. ... baiklah, biar kucoba.
  1966.  
  1967. "Boleh kutanya, apa yang membuatmu sampai suka padaku?"
  1968.  
  1969. "Kalau ditanya seperti itu, rasanya susah untuk disembunyikan lagi. Entah sejak kapan, mata Yuuka selalu saja tertuju padamu."
  1970.  
  1971. "Maksudnya seperti cinta pada pandangan pertama, begitu?"
  1972.  
  1973. "Wah, jadi Aramiya suka nuansa yang seperti itu, ya?"
  1974.  
  1975. Hah? Aku enggak pernah tahu yang begitu-begituan.
  1976.  
  1977. Baiklah, mulai sekarang aku perlu semacam keberanian dan keahlian berakting, yang ketika orang-orang melihatnya, mereka bakal berkata, 'Ayo, kamu bisa!' hal semacam ini membuatku teringat akan 'eroge' yang merupakan makananku sehari-hari. Aku cuma perlu bersikap seperti sang protagonis yang suka menggoda.
  1978.  
  1979. Apa aku mampu mengecoh Hatsushiba ...? Tapi, meski aku ketahuan sekalipun, itu enggak akan jadi masalah.
  1980.  
  1981. "Kalau begitu ...."
  1982.  
  1983. "Hmm?"
  1984.  
  1985. "Aku boleh menciummu, 'kan?"
  1986.  
  1987. "Eh?"
  1988.  
  1989. Aku maju satu langkah mendekati Hatsushiba.
  1990.  
  1991. "Yah, rupanya aku jadi sedikit tertarik."
  1992.  
  1993. Aku lalu memegang kedua lengan Hatsushiba agar dia enggak bisa pergi.
  1994.  
  1995. "Aku jadi sedikit tertarik dengan gadis sungguhan. Lagi pula, kamu juga menyukaiku, 'kan?"
  1996.  
  1997. "Eh? Yuuka pikir kamu tidak suka dengan gadis 3D ...."
  1998.  
  1999. "Hatsushiba, kuakui kalau awalnya aku memang enggak suka. Tapi ternyata aku salah."
  2000.  
  2001. Aku mengatakannya seolah ini semua terjadi gara-gara Hatsushiba.
  2002.  
  2003. "Ka, kamu bercanda, ya? Ini pasti bohong ...! Yuuka tahu kalau kamu cuma main-main ...!"
  2004.  
  2005. "Biarkan aku menciummu supaya kamu tahu kalau aku serius."
  2006.  
  2007. Kueratkan pegangan tanganku di kedua lengan Hatsushiba, kupojokkan dia ke dinding lalu kumajukan kepalaku mendekatinya.
  2008.  
  2009. Tepat di saat itu,
  2010.  
  2011. "Tidak! Hentikan! Jangan dekat—"
  2012.  
  2013. Hatsushiba menolak dengan ekspresi ketakutan di wajahnya. Dia mendorongku dengan kuat seolah menunjukkan keengganannya.
  2014.  
  2015. Kulepaskan lengannya dan bergerak menjauh dari Hatsushiba.
  2016.  
  2017. "Ah ..., maaf, bu, bukan Yuuka merasa jijik, tapi itu terlalu tiba-tiba, dan Yuuka ingin melakukannya saat kita berdua sudah benar-benar saling cinta ...."
  2018.  
  2019. Hatsushiba kembali tersenyum sambil berbicara pelan.
  2020.  
  2021. Dia kembali bersikap seperti biasanya setelah sempat menunjukkan reaksi penolakannya terhadapku beberapa saat lalu.
  2022.  
  2023. Malah kini dia bersikap seolah menutupi pandangan hinanya yang ditunjukkannya padaku tadi.
  2024.  
  2025. Aku cuma menguji apa dia benar-benar menyukaiku atau enggak. Tapi yang kudapatkan ini lebih dari perkiraanku.
  2026.  
  2027. ... lagi pula, itu bukan alasan yang cukup kuat baginya untuk bersikap begitu padaku. Berkata kalau dia ingin melakukannya saat kami berdua sudah benar-benar saling cinta — walau terlihat wajar, tapi apa itu benar-benar wajar?
  2028.  
  2029. Tapi kalau memang dia mau menolak, harusnya dia bisa memakai cara yang lebih baik, 'kan?
  2030.  
  2031. "Ara ... miya ...?"
  2032.  
  2033. Tiba-tiba kudengar suara yang enggak asing di telingaku dan langsung berbalik untuk memeriksanya.
  2034.  
  2035. Dalam keadaan yang tampak linglung, Ayame rupanya sedang berdiri di sana .... Apa sudah sejak tadi dia melihatku melakukan ini?
  2036.  
  2037. "...!"
  2038.  
  2039. Ayame lalu berlari tanpa mengatakan apa pun. Sial, kelihatannya dia benar-benar salah paham.
  2040.  
  2041. "Maaf, Hatsushiba. Mulai sekarang aku enggak bakal lagi melakukan apa pun untuk membuktikan perasaanmu!"
  2042.  
  2043. Aku membungkuk di depan Hatsushiba untuk meminta maaf lalu setelahnya segera berlari sekuat tenaga untuk mengejar Ayame.
  2044.  
  2045. Ayame berlari dengan sangat kencang. Jangankan menangkapnya, sosoknya sendiri sudah keburu hilang dari pandangan.
  2046.  
  2047. Aku cuma sempat melihatnya melewati kelas kami. Apa jangan-jangan dia enggak bakal masuk ke kelas?
  2048.  
  2049. Beberapa saat kemudian, bel pun berbunyi.
  2050.  
  2051. "Hah .... Hah .... Sial! Bel jam pertama sudah berbunyi ...."
  2052.  
  2053. Aku harus bagaimana? Kalau aku membiarkannya salah paham, bisa-bisa dia makin menjauh dariku. Yah, walau sebenarnya itulah yang kuharapkan.
  2054.  
  2055. Tapi aku merasa bertanggung jawab kalau sampai seperti itu. Kenapa sekarang aku mengejarnya? Ini sudah di luar dari tugas yang diberikan Kiriko-senpai padaku. Aku enggak menyangka bila akhirnya aku merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh sang protagonis ketika mengejar sang tokoh wanita dalam 'eroge'.
  2056.  
  2057. Astaga, apa aku sudah benar-benar gila?!
  2058.  
  2059. "Mungkin sesekali aku harus bolos ...."
  2060.  
  2061. Aku sudah memutuskannya. Sial, ini pertama kalinya aku bolos pelajaran!
  2062.  
  2063. Lagi pula, gadis itu bolos ke mana?
  2064.  
  2065. Di sekolah ini para gurunya punya jadwal tugas untuk berpatroli di sekitar area sekolah. Jadi kemungkinan untuk dia tertangkap juga cukup tinggi.
  2066.  
  2067. Kalau begitu, apa ada tempat di sekolah ini yang berada di luar jangkauan patroli guru?
  2068.  
  2069. Kalau di ruang rapat ...? Rasanya enggak mungkin Ayame mau ke sana.
  2070.  
  2071. Bagaimana kalau di lapangan yang sepi itu, bisa saja—
  2072.  
  2073. "Ketemu."
  2074.  
  2075. Ayame sedang duduk dan tampak murung.
  2076.  
  2077. "Ara ... miya ...."
  2078.  
  2079. Di sini, tepat di belakang gedung sekolah yang jarang dilewati murid-murid, yang juga merupakan tempat Ayame menyatakan perasaannya padaku dulu.
  2080.  
  2081. Jika ditanya soal tempat yang paling jarang disinggahi murid bahkan guru di sekolah ini, aku pasti langsung menyebut tempat ini.
  2082.  
  2083. Ayame terlihat kelelahan, apa dia sudah kehabisan tenaga untuk berlari.
  2084.  
  2085. "Aku harus menjelaskan padamu kalau yang kamu lihat tadi itu cuma salah paham."
  2086.  
  2087. "A-apa kamu bilang?! Bu-bukannya tadi kamu mau menciumnya?!"
  2088.  
  2089. "Kelihatannya memang seperti itu, tapi dari awal aku enggak ada niat untuk melakukannya!"
  2090.  
  2091. "Lalu maksudnya apa?!"
  2092.  
  2093. Kemudian kuceritakan segalanya hingga detail kalau sebenarnya aku cuma menguji apa benar Hatsushiba memang menyukai diriku.
  2094.  
  2095. "Begitu rupanya."
  2096.  
  2097. Ayame lalu menghela napas lega.
  2098.  
  2099. Namun setelahnya, dia tiba-tiba tampak marah lalu berdiri mendekatiku dan suara '*plak*' bergema di udara. Pipiku terasa sakit.
  2100.  
  2101. Aku ditampar Ayame.
  2102.  
  2103. "Tapi kamu memang jahat .... Apa kamu enggak memikirkan bagaimana perasaan seorang gadis ...? Apa kamu enggak memikirkan bagaimana perasaan Hatsushiba?"
  2104.  
  2105. ... yang dikatakannya memang benar, perlakuanku terhadap Hatsushiba saat itu bagi seorang lelaki ..., bukan, tapi bagi seorang manusia sudah terasa amat kejam.
  2106.  
  2107. Aku enggak punya alasan untuk membantah. Aku sudah kelewatan.
  2108.  
  2109. Hal yang sudah terjadi ini, bahkan dengan alasan yang kubuat-buat ini, memang enggak pantas untuk dilakukan.
  2110.  
  2111. Ekspresi wajah Ayame saat menamparku tadi tampak dipenuhi amarah, namun sekaligus menunjukkan sebuah hal rumit yang enggak bisa dijelaskan. Kurasa ada cerita tersendiri tentang kenapa Ayame marah saat aku berbuat begitu pada Hatsushiba.
  2112.  
  2113. Ayame mungkin sedang mengingatkanku.
  2114.  
  2115. Soalnya saat dia menamparku tadi, mataku akhirnya terbuka. Ditambah, ketika ada seseorang memberitahuku sesuatu yang beralasan, aku merasa jadi lebih lega.
  2116.  
  2117. "Iya, aku sadar, aku salah. Aku harus meminta maaf padanya."
  2118.  
  2119. "... bagus."
  2120.  
  2121. "Nanti aku bakal meminta maaf langsung padanya."
  2122.  
  2123. Setelah itu, wajah Ayame tampak lebih tenang.
  2124.  
  2125. "Maaf sudah menamparmu. Sakit, enggak?"
  2126.  
  2127. "Enggak apa-apa."
  2128.  
  2129. Dia lalu menempelkan tangannya untuk mengelus-elus wajahku. Aku merasa lebih nyaman.
  2130.  
  2131. Cuaca pun ikut menjadi lebih cerah saat itu juga, karena itu kami berdua memutuskan untuk bolos bareng.
  2132.  
  2133. Walau aku cemas kalau Kiriko-senpai sampai tahu soal ini, tapi sekali-sekali juga enggak apa-apa, 'kan?
  2134.  
  2135. Ini pertama kalinya aku membolos pelajaran, itu sebabnya dalam hati aku masih merasa was-was.
  2136.  
  2137. Kami berdua duduk sambil bersenderan di tembok gedung belakang sekolah, dalam keadaan membolos pelajaran.
  2138.  
  2139. "Anu, Ayame. Ada yang mau kutanyakan."
  2140.  
  2141. "Hmm?"
  2142.  
  2143. "Apa Hatsushiba memang benar suka padaku?"
  2144.  
  2145. Dia lalu menampakkan ekspresi seperti hendak berkata, 'Eh ...?'.
  2146.  
  2147. "Bukankah dia sudah menyatakan cintanya padamu?"
  2148.  
  2149. "Benar, sih. Tapi atas dasar apa dia bisa suka padaku? Dia bilang kalau dia mulai suka sejak tahun lalu. Tapi aku enggak pernah sekali pun bicara padanya, dan aku enggak yakin kalau penampilanku juga bisa menarik hatinya."
  2150.  
  2151. Ditambah, jika menilai dari kejadian percobaan mencium Hatsushiba tadi, aku merasa kalau dia memang suka padaku.
  2152.  
  2153. "Be, begitukah? Tapi kurasa kamu cukup keren, kok."
  2154.  
  2155. Menarik atau enggaknya seseorang itu tergantung yang melihat, 'kan?
  2156.  
  2157. "Jangan menilai dari sudut pandang pribadi, dan enggak perlu juga berusaha membesarkan hatiku."
  2158.  
  2159. "Aku enggak berusaha membesarkan hatimu, kok ...."
  2160.  
  2161. Gumamnya.
  2162.  
  2163. "Apa kamu pernah menyelamatkannya seperti kamu menyelamatkanku waktu itu?"
  2164.  
  2165. "Aku yakin kalau enggak pernah ada kejadian seperti itu."
  2166.  
  2167. "Atau mungkin kamu saja yang lupa?"
  2168.  
  2169. "... entahlah."
  2170.  
  2171. Jika ternyata memang karena itu, aku masih bisa maklum.
  2172.  
  2173. Orang-orang sepertiku ini enggaklah menonjol dalam hal akademik, olahraga maupun penampilan dan perilaku. Jadi, sebuah hal yang enggak wajar jika tiba-tiba ada orang yang jatuh cinta padaku, terkecuali orang itu sudah kenal lama denganku.
  2174.  
  2175. "Kalau begitu aku enggak tahu kenapa dia suka padamu."
  2176.  
  2177. "Itulah yang buat aku bingung. Apa Hatsushiba orang yang gampang tertarik pada orang lain? Atau mungkin dia suka dengan tipe-tipe 'otaku'?"
  2178.  
  2179. Saat aku menanyakan hal itu, Ayame mulai berpikir sejenak kemudian berseru, "Ah!"
  2180.  
  2181. "Apa ada yang lain?"
  2182.  
  2183. "Dulu saat SD, sepertinya dia sering membanggakan soal dirinya yang sering dipuji oleh ayahnya. Saat teman-teman menggodanya, dia langsung bilang, 'Iya, dong. Yuuka memang father-con, kok!'"
  2184.  
  2185. Rupanya Hatsushiba seorang father-con. Jika seperti itu, berarti dia adalah tipikal orang yang bergantung pada orang lain. Yah, semalam saat aku pulang kerja dan melihat dirinya bersama Songou, sikapnya begitu terkekang seperti seseorang yang takut dicampakkan, sih .... Waduh, mulai ke mana-mana, jangan dipikirkan lagi, deh.
  2186.  
  2187. "Bukan, bukan itu maksudku .... Hal lain yang bukan mengenai obsesi Hatsushiba."
  2188.  
  2189. "Hmm, maksudmu yang seperti dia menyukai 'otaku', begitu? Entahlah, tapi kalau maksudnya itu teman lelaki sedari kecil, dia punya seseorang yang rumah dan orang tuanya saling dekat. Aku ingat kalau ayah mereka juga bekerja di perusahaan yang sama."
  2190.  
  2191. Oh, cerita ini sudah pernah kudengar dari Hatsushiba sendiri. Tapi soal ayah mereka yang bekerja di perusahaan yang sama, baru kali ini kudengar.
  2192.  
  2193. Ayame lalu melanjutkan penjelasannya dengan nada pelan.
  2194.  
  2195. "Waktu SD dulu, anak itu bersekolah di sekolah yang berbeda dengan kami. Itu sebabnya, Hatsushiba juga sering bercerita tentang anak itu .... Aku pun sempat berpikir kalau dia mungkin suka dengan anak itu. Yah, itu cuma pikiranku saja, sih."
  2196.  
  2197. "Begitu .... Apa anak itu yang bernama Songou, yang mendatangi kita kemarin?"
  2198.  
  2199. Saat aku mengucapkan nama itu, mata Ayame terbelalak hingga terlihat seperti telur angsa.
  2200.  
  2201. "Ke-kenapa kamu bisa tahu?"
  2202.  
  2203. "Aku pernah melihat dia bicara berdua dengan Hatsushiba. Dan aku juga sudah bertanya soal itu pada Hatsushiba untuk memastikannya sendiri."
  2204.  
  2205. Lelaki yang dulu hendak memerkosa Ayame itu ternyata teman sedari kecil Hatsushiba. Badannya besar dan suaranya berat, persis seperti yang dikatakan Tozaki. Dan meski cuma sebentar, lelaki itu pernah menjadi pacar Ayame.
  2206.  
  2207. "Lalu apa Songou itu—"
  2208.  
  2209. Baru saja hendak kutanyakan soal kebenaran dirinya yang pernah berpacaran dengan Songou, tiba-tiba terdengar teriakan—
  2210.  
  2211. "Seichiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii! Berani-beraninya kamu boloooooooooooooooooooos!"
  2212.  
  2213. Teriak Kiriko-senpai dari kejauhan disertai pemandangan dirinya yang berlari kencang ke arahku. Wajahnya tampak seperti seorang raksasa.
  2214.  
  2215. Bagaimana beliau bisa tahu aku di sini? Oh, pasti gara-gara GPS.
  2216.  
  2217. Sial, GPS di sini sangat akurat .... Harusnya kutinggalkan saja ponsel-ku di kelas sebelum pergi tadi.
  2218.  
  2219. Akhirnya, aku dan Ayame diseret ke ruangan konseling saat itu juga.
  2220.  
  2221. Kami pun dipaksa mendengarkan ceramah yang begitu panjang sampai akhirnya dilepaskan.
  2222.  
  2223.  
  2224. ♦♦♦
  2225.  
  2226. Kurenggangkan tubuhku setelah sekian lama berada di dalam ruang konseling .... Saat kami diceramahi tadi, Ayame berkeras kalau itu kesalahannya seorang sehingga membuat durasi ceramah tersebut bertambah semakin panjang. Tapi ada yang masih belum bisa kuceritakan pada Kiriko-senpai, sebuah kebenaran yang masih belum bisa kuutarakan.
  2227.  
  2228. "Maaf, ya, Aramiya ...."
  2229.  
  2230. "Eh, maaf untuk apa?"
  2231.  
  2232. "Yah, gara-gara mengejarku, kamu jadi seperti ini."
  2233.  
  2234. Oh, maksudnya soal membolos pelajaran?
  2235.  
  2236. "Enggak juga, hmm, gara-garanya lebih karena kesalahpahaman saja."
  2237.  
  2238. Kalau saja aku enggak menguji Hatsushiba, hal ini enggak bakal terjadi.
  2239.  
  2240. "... tapi kenapa kamu malah mengejarku?"
  2241.  
  2242. Aku ditanya mengenai sesuatu yang sudah tanpa sadar kulakukan.
  2243.  
  2244. "Jika dipikir lagi, kalau kamu membiarkanku salah paham, bukannya itu lebih baik buatmu ...?"
  2245.  
  2246. Bagaimana ini? Harus seperti apa aku menjawabnya?
  2247.  
  2248. ... ah, enggak, kenapa aku seresah ini? Jawab saja apa adanya.
  2249.  
  2250. "Membiarkanmu salah paham justru membuat pikiranku enggak tenang."
  2251.  
  2252. "... cara pikirmu itu rasanya sulit dimengerti, ya?"
  2253.  
  2254. "Enggak sesulit cara pikirmu."
  2255.  
  2256. "Apa kesempatanku untuk menjadi pacarmu kini sudah semakin terbuka lebar?"
  2257.  
  2258. Diam-diam dia terus memandangi wajahku.
  2259.  
  2260. "Enggak."
  2261.  
  2262. "...."
  2263.  
  2264. Ayame menyipitkan matanya karena enggak puas.
  2265.  
  2266. "Kalau begitu, jelaskan lagi seperti apa gadis impianmu itu."
  2267.  
  2268. "Buat apa aku harus menjelaskannya ke kamu?"
  2269.  
  2270. "Hmm, apa ada contohnya di dunia nyata?"
  2271.  
  2272. "Ya, enggak ada, lah."
  2273.  
  2274. "Sungguh? Padahal aku enggak masalah kalau bisa melihat seperti apa contoh gadis impianmu."
  2275.  
  2276. ... yang benar saja?
  2277.  
  2278. "... berarti kamu enggak bakal lari dariku atau membuatku kecewa, 'kan ...?"
  2279.  
  2280. Tapi kalau dipikir lagi, kriteria gadis impianku sebenarnya masih agak samar.
  2281.  
  2282. Tentu jika akhirnya aku bisa menemukannya, pasti itu akan terasa menyenangkan, tapi ....
  2283.  
  2284. "Enggak mungkin aku lari darimu atau membuatmu kecewa."
  2285.  
  2286. "... yah, aku masih belum terlalu yakin kalau kamu bisa sesetia itu."
  2287.  
  2288. Para manusia itu punya kecenderungan untuk berubah pikiran. Beda sekali dengan para tokoh 2D dalam 'game'.
  2289.  
  2290. Jika ada episode baru yang dirilis, itu bakal menyajikan sebuah cerita yang berbeda, meski begitu, cerita sebelumnya tetap ada di dalam satu dunia. Karena alur cerita yang dipilih untuk sebuah 'game' adalah alur yang memiliki cerita paling menarik.
  2291.  
  2292. Aku enggak tertarik dengan cerita sang protagonis yang akhirnya menikah dengan sang tokoh wanita dan hidup bahagia sampai lima puluh tahun ke depan. Sulit untuk memenuhi gaya hidup seperti itu.
  2293.  
  2294. Andai aku akhirnya harus mengakhiri masa lajangku, aku enggak bakal memilih jalan hidup seperti itu.
  2295.  
  2296. ... ah, aku baru ingat.
  2297.  
  2298. Kalau gosip tentang pekerjaan jual dirinya itu ternyata cuma cerita bohong, berarti Ayame masih perawan, dong.
  2299.  
  2300. Sampai dengan saat ini, belum ada bukti kalau dia pernah melakukannya. Biarpun begitu, cerita sesungguhnya tentang masa lalunya itu masih menjadi misteri.
  2301.  
  2302. Sebenarnya terserah, sih, kalau dia pernah pacaran atau enggak, lagi pula, enggak bakal ada lelaki yang berani mendekatinya.
  2303.  
  2304. Tapi hal tersebut masih mengganjal di pikiranku ....
  2305.  
  2306. "...."
  2307.  
  2308. Kuperiksa keadaan sekitar, dan rupanya enggak ada siapa-siapa di sini. Jika aku harus bertanya, inilah saat yang tepat.
  2309.  
  2310. "Anu, Ayame, boleh aku menanyakan sesuatu yang agak sensitif padamu?"
  2311.  
  2312. "Kamu ini kenapa? Kayaknya gigih sekali belakangan ini ...."
  2313.  
  2314. "Begini, apa kamu pernah melakukan pekerjaan jual diri seperti yang digosipkan orang-orang itu?"
  2315.  
  2316. Seusai menanyakannya, Ayame lalu tersenyum dan menjawab,
  2317.  
  2318. "Kamu mau ditampar lagi, ya? Atau sekalian saja kubuat babak belur?"
  2319.  
  2320. Sudah kuduga. Dia pun kini sedang mengepalkan tangannya. Pikiranku berkata kalau seharusnya aku enggak boleh menanyakan hal tadi.
  2321.  
  2322. Dari aku lahir, inilah pertama kalinya aku melihat langsung seorang gadis yang tersenyum dengan begitu menakutkannya.
  2323.  
  2324. "Tunggu, tunggu! Maaf kalau sudah menyinggungmu."
  2325.  
  2326. "Bukan, bukan karena aku tersinggung, aku hanya terkejut kalau ternyata kamu juga berpikiran seperti itu terhadapku. Aku sudah tahu dari dulu kalau orang-orang menggosipkanku seperti itu. Tapi siapa yang mau percaya ...?"
  2327.  
  2328. Wajahnya tampak jadi sedih.
  2329.  
  2330. Aku mungkin beruntung karena enggak sampai dipukuli.
  2331.  
  2332. Aku harus berterima kasih atas kepercayaannya terhadapku yang sudah terkumpul hingga sekarang.
  2333.  
  2334. "Yah, mau bagaimana lagi? Sudah banyak sekali orang yang menyebarkan gosip itu. Meski begitu, aku masih punya keyakinan kalau kamu enggak pernah melakukannya. Iya, 'kan?"
  2335.  
  2336. Saat aku mengatakannya, Ayame lalu menghela napas panjang.
  2337.  
  2338. "Biar dulu maupun sekarang, aku enggak pernah melakukannya. Sekali pun enggak pernah. Kamu puas?"
  2339.  
  2340. Ujarnya sambil menampakkan wajah serius.
  2341.  
  2342. "Begitu."
  2343.  
  2344. "Orang-orang yang jual diri itu melakukannya demi uang, 'kan? Aku enggak sebegitunya menginginkan uang banyak. Kalaupun aku benar-benar butuh, aku enggak akan sampai melakukannya."
  2345.  
  2346. Mungkin karena waktu itu ayahnya khawatir dan memberikan Ayame uang yang banyak, hingga orang-orang menganggap dia melakukan hal itu.
  2347.  
  2348. "Be-begitu rupanya."
  2349.  
  2350. Aku lalu menghela napas lega ... eh?
  2351.  
  2352. "Hmm? Apa kamu merasa lega?"
  2353.  
  2354. "Ya?"
  2355.  
  2356. "Apa kamu jadi lega karena aku enggak pernah berbuat begitu?"
  2357.  
  2358. "Eng, enggak, kok."
  2359.  
  2360. "Terus kenapa kamu tadi menghela napas?"
  2361.  
  2362. "Aku seperti itu karena merasa bersyukur enggak sampai dipukuli."
  2363.  
  2364. "Kamu berkata begitu padahal maksud sebenarnya lain begitu. 'Tsundere', ya?"
  2365.  
  2366. Enggak pernah kusangka seorang gadis preman menyebutku 'tsundere'.
  2367.  
  2368. "Kok bisa 'tsundere'?"
  2369.  
  2370. "Soalnya kelihatan banget, kok. Saat kamu sebenarnya mau bersikap lembut, aku jadi ikut merasa senang, lo."
  2371.  
  2372. "Enggak, itu cuma khayalanmu saja!"
  2373.  
  2374. Walau sesungguhnya ada benarnya juga.
  2375.  
  2376. "Ya, sudah."
  2377.  
  2378. Sial, sejak dia bermain 'eroge' sepertinya dia menjadi semakin hebat dalam hal kepekaan.
  2379.  
  2380. Jika dia benar enggak pernah melakukan pekerjaan jual diri itu, berarti dia memang masih perawan.
  2381.  
  2382. Lalu soal dirinya sewaktu awal masuk SMA yang sempat berpacaran itu ..., eh, bukannya itu saat kami masih kelas satu? Apa enggak terlalu dini untuk berpacaran di usia tersebut?
  2383.  
  2384. Sebenarnya kalau dipikir lagi, anak-anak zaman sekarang lebih cepat dewasa sebelum waktunya. Ditambah mereka lebih gampang mencerna informasi-informasi yang enggak sesuai umurnya.
  2385.  
  2386. "...?"
  2387.  
  2388. Tampak emosi Ayame tadi sempat melonjak. Rupanya itu bukan waktu yang tepat untuk menanyakan soal dia masih perawan atau enggak.
  2389.  
  2390. Bahkan sampai menanyakan kebenaran pekerjaan jual dirinya itu. Jelas saja dia marah.
  2391.  
  2392. "Huhuhu ...."
  2393.  
  2394. Sepertinya kini dirinya terlihat senang. Mendadak aku pun jadi tercengang.
  2395.  
  2396. Kenapa aku harus mencemaskan soal dirinya yang masih perawan atau enggak, ya ...?
  2397.  
  2398.  
  2399. ♦♦♦
  2400.  
  2401.  
  2402. Waktu sekolah pun berakhir dan aku sudah di tempat kerja paruh waktuku. Hari ini, pengunjung yang datang ke toko ini sedikit sekali, sampai-sampai bisa dihitung dengan jari.
  2403.  
  2404. Soal aku yang bolos pelajaran, Kiriko-senpai tetap merahasiakannya dari orang tuaku. Kurasa, beliau bakal menggunakan hal tersebut sebagai ancaman untuk memaksaku melakukan sesuatu yang gila lagi. Harus kuakui itu.
  2405.  
  2406. Beliau mengatakannya saat enggak ada Ayame di dekatku.
  2407.  
  2408. "Ini bukan karena kamu mencegah kelakuan Ayame, 'kan?"
  2409.  
  2410. Tiba-tiba aku mengelak.
  2411.  
  2412. Omong-omong, seusainya aku dari ruang konseling tadi, aku berencana meminta maaf pada Hatsushiba, tapi ternyata dia pulang duluan karena urusan pekerjaannya. Tozaki lalu menyerahkan kotak bekal berukuran separuh dari yang kemarin disertai sebuah kertas yang berisi tulisan,
  2413.  
  2414. "<Yuuka minta maaf.>"
  2415.  
  2416. Itu membuatku terduduk dan memikirkan tentang alasannya meminta maaf padaku.
  2417.  
  2418. Apa itu karena penolakannya tadi?
  2419.  
  2420. ... cuma itu saja alasan yang bisa kupikirkan sekarang.
  2421.  
  2422. Aku sendiri bingung. Namun belakangan ini, setiap kejadian yang menimpaku, rasanya saling berkaitan satu sama lain.
  2423.  
  2424. Ayame, Hatsushiba dan Tozaki dulunya satu SD.
  2425.  
  2426. Selain itu, Songou dan mereka rupanya sempat satu SMP.
  2427.  
  2428. Ayame dan Hatsushiba juga tampaknya berteman akrab sewaktu SD.
  2429.  
  2430. Hatsushiba dan Songou ternyata teman sedari kecil. Di sisi lain, Ayame dan Songou pernah berpacaran saat kelas satu SMA.
  2431.  
  2432. Sedikit demi sedikit, bisa mulai kulihat apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
  2433.  
  2434. Namun pemikiranku buyar seketika saat sebuah keranjang diletakkan dengan kasarnya ke meja kasir hingga terdengar bunyi *brak* yang keras. Orang macam apa yang enggak tahu sopan santun ini?
  2435.  
  2436. Kutengadahkan kepalaku.
  2437.  
  2438. "Eh?"
  2439.  
  2440. Rupanya itu Ayame .... Sudah berapa kali gadis ini kutemui dalam sehari ini, ya?
  2441.  
  2442. Akhirnya dia mengunjungi tempat kerja paruh waktuku. Tunggu, kapan dia masuk ke toko?
  2443.  
  2444. Yah, aku memang sempat beberapa menit enggak memerhatikan pengunjung yang datang, sih.
  2445.  
  2446. "Kenapa kamu di sini?!"
  2447.  
  2448. "Kotani-sensei yang menyuruhku."
  2449.  
  2450. Lagi-lagi Kiriko-senpai selalu ingin ikut campur urusan orang ....
  2451.  
  2452. "Memangnya kenapa? Aku ini juga pelanggan, 'kan?"
  2453.  
  2454. Ucapnya padaku sambil menyeringai. Apa-apaan itu? Memangnya dia iblis?
  2455.  
  2456. Tapi hari ini aku sudah bertanya yang aneh-aneh padanya sampai membuatnya marah. Jadi aku enggak boleh protes.
  2457.  
  2458. "Seratus tiga puluh yen per satuannya, kalau beli dua, harga spesial dua ratus tiga puluh dua yen—"
  2459.  
  2460. "Bagaimana dengan 'sushi'-nya?"
  2461.  
  2462. "Eh?"
  2463.  
  2464. "Apa nanti kamu akan menghangatkannya untukku?"
  2465.  
  2466. "... ah, apa ini mau dihangatkan dulu?"
  2467.  
  2468. "Oh, enggak, terima kasih."
  2469.  
  2470. Kalau begitu enggak usah pakai tanya! Ditambah, Ayame masih saja menampakkan seringainya. Sial, apa sebegitu bahagianya dia karena sudah menemukanku yang sedang bekerja paruh waktu? Apa mungkin ini pembalasannya atas perbuatanku sewaktu di sekolah tadi?
  2471.  
  2472. "Omong-omong, kapan kamu selesai bekerja?"
  2473.  
  2474. "Toko ini punya aturan ketat. Para karyawannya enggak boleh keluar saat jam kerja. Jadi, cepat bayar dan segeralah pergi."
  2475.  
  2476. "Iya, iya, maaf. Biasa saja, dong, bicaranya."
  2477.  
  2478. Ya, ampun.
  2479.  
  2480. "Lima belas menit lagi sif kerjaku berakhir."
  2481.  
  2482. "Ya, sudah, aku tunggu."
  2483.  
  2484. "Lo, buat apa?"
  2485.  
  2486. "Bukan apa-apa. Aku lagi enggak ada kerjaan. Aku mau duduk dan mengobrol apa saja."
  2487.  
  2488. Di samping naif, gadis ini juga terlalu berani. Kalau saja dia sosok 2D, aku enggak bakal protes.
  2489.  
  2490. "Total semuanya, delapan ratus tujuh puluh empat yen."
  2491.  
  2492. "Oh, aku bayarnya pakai NANACO-CHAN saja."
  2493.  
  2494. "Kalau begitu, silakan masukkan kartunya di sini."
  2495.  
  2496. ... setelah proses transaksi selesai, kuserahkan barang belanjaan tersebut pada sang pelanggan.
  2497.  
  2498. Tepat di saat itu, tampak seorang pelanggan remaja keluar melewati pintu otomatis toko tanpa membeli apa pun.
  2499.  
  2500. Dalam hati aku berkata, 'Terserahlah,' lagi pula, semua orang juga berhak keluar dari toko tanpa membeli apa-apa.
  2501.  
  2502. "Hei, kamu! Apa yang ada di sakumu itu?! Cepat keluarkan!"
  2503.  
  2504. Ayame berteriak ke arah pelanggan remaja tadi dan langsung mengejarnya.
  2505.  
  2506. Pelanggan tersebut pun terkejut hingga menoleh ke arah suara Ayame. Tampaknya dia juga masih anak SMA sama seperti kami. Wajahnya tampak tercengang.
  2507.  
  2508. Ayame lalu berjalan mendekat dengan langkah yang panjang dan menarik baju pelanggan itu. Wah, kasar sekali.
  2509.  
  2510. "Kubilang, cepat keluarkan!"
  2511.  
  2512. "Iya, iya!"
  2513.  
  2514. Rupanya benda yang disembunyikan dalam saku pelanggan tadi adalah bermacam makanan ringan dalam kemasan. Wah, ternyata dia memang pencuri.
  2515.  
  2516. "Hei, kamu tahu, enggak, susahnya cari uang? Apa kamu enggak malu, seenaknya saja mencuri yang bukan milikmu?
  2517.  
  2518. ... ini bukan waktunya untuk bersikap plin-plan.
  2519.  
  2520. Aku meminta tolong rekan kerjaku untuk memeriksa keadaan lalu menghubungi pemilik toko.
  2521.  
  2522. "Bos, ada masalah."
  2523.  
  2524. Aku harus segera berterima kasih dulu pada Ayame atas jasanya menangkap pencuri itu sebelum terjadi hal yang lebih buruk lagi.
  2525.  
  2526.  
  2527. ♦♦♦
  2528.  
  2529.  
  2530. "Nih. Ini ucapan terima kasih buat yang tadi."
  2531.  
  2532. Setelah selesai bekerja, aku keluar dari toko untuk menemui Ayame yang sedang duduk menungguku dan menyodorkannya sekaleng kopi.
  2533.  
  2534. "Terima kasih."
  2535.  
  2536. Dengan kedua tangannya, dia pegang kaleng itu dengan hati-hati.
  2537.  
  2538. "Aku sendiri enggak menyangka kalau ada pencuri."
  2539.  
  2540. "Aku bisa tahu tanpa perlu tanda-tanda yang jelas. Lagi pula, mencuri itu enggak bisa dibenarkan, apalagi mencurinya di tempat kerja Aramiya."
  2541.  
  2542. "Sepertinya kamu paham betul soal ini. Kalau dibiarkan pencuri itu mungkin bakal menjadi berandalan."
  2543.  
  2544. "... eng, aku dulu menjadi seorang berandal bukan karena keinginanku."
  2545.  
  2546. "Terus kenapa kamu bisa menjadi berandal?"
  2547.  
  2548. "Hari ini kamu banyak tanya, ya?"
  2549.  
  2550. "... itu perasaanmu saja."
  2551.  
  2552. Aku sudah bertanya soal pekerjaan jual dirinya hingga soal Hatsushiba. Sepertinya hari ini aku memang tampak begitu penasaran akan banyak hal ....
  2553.  
  2554. Padahal dalam hidupku ini harusnya sudah cukup rasa penasaranku tertuju cuma pada tokoh wanita saja.
  2555.  
  2556. "Akhirnya, kamu mulai tertarik juga padaku, 'kan?"
  2557.  
  2558. Ucapnya riang.
  2559.  
  2560. "Enggak, aku cuma ingin tahu saja."
  2561.  
  2562. "Kamu memang enggak peka."
  2563.  
  2564. Dia menyipitkan matanya, menatapku. Sepertinya hari ini pun dia sudah terlalu sering menatapku.
  2565.  
  2566. "Kalau kamu sepenasaran itu, harus ada bayarannya. Aku juga punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu. Kamu harus jawab dulu, baru gantian aku yang jawab."
  2567.  
  2568. Yah, sepertinya ide itu masih bisa diterima.
  2569.  
  2570. "Baiklah, aku bakal jawab pertanyaanmu."
  2571.  
  2572. "Oke, berarti ini janji, ya."
  2573.  
  2574. Ayame pun membuka kopi kalengan itu lalu menyeruputnya sebelum menoleh ke arahku.
  2575.  
  2576. "Bagaimana ceritanya Aramiya sampai sebegitu tertariknya dengan dunia 2D?"
  2577.  
  2578. Dia memulainya dengan pertanyaan semacam ini.
  2579.  
  2580. "Hmm, apa kamu bermaksud menanyakan soal kecanduanku terhadap 'eroge', begitu?"
  2581.  
  2582. "Tepat sekali."
  2583.  
  2584. Penyebabnya adalah hal yang enggak bisa kuceritakan ke sembarang orang. Ditambah, menceritakannya sendiri terasa seperti menunjukkan betapa apesnya diriku dulu.
  2585.  
  2586. Meski begitu, mungkin bukanlah masalah jika kuceritakan soal ini pada Ayame.
  2587.  
  2588. "Oh, iya. Kamu sudah tahu kalau aku enggak percaya dengan gadis 3D, 'kan?"
  2589.  
  2590. "Hmm, yah, begitulah ...."
  2591.  
  2592. Ayame dengan ragu mengangguk.
  2593.  
  2594. "Dari awal aku juga enggak suka dengan mereka."
  2595.  
  2596. "Apa jangan-jangan kamu sudah tertarik dengan 'eroge' sejak kamu masih SD, ya ...."
  2597.  
  2598. Aku enggak sampai berpikir seperti itu. Kalaupun itu benar, aku juga masih enggak boleh membeli 'eroge' di umur itu.
  2599.  
  2600. "Ini cerita semacam diriku yang pernah diperdaya oleh perempuan sewaktu SD dulu."
  2601.  
  2602. "Diperdaya? Maksudnya ...."
  2603.  
  2604. "Dulu aku pernah menerima surat cinta dari anak yang kusukai."
  2605.  
  2606. "Eh ...?!"
  2607.  
  2608. Oi, biasa saja, 'kali.
  2609.  
  2610. "Di surat itu tertulis, 'Datang, ya. Aku menunggumu,' saat itu aku merasa senang sekali, dan enggak pernah menyangka kalau itu ternyata jebakan."
  2611.  
  2612. Itu sebabnya, aku jadi begitu waspada saat menanggapi surat cinta dari Hatsushiba.
  2613.  
  2614. Kalau saja tempat janjiannya bukan di sekolah, aku pasti enggak bakal datang.
  2615.  
  2616. "... jadi kamu menunggu hal yang sia-sia?"
  2617.  
  2618. "Kalau cuma itu saja, sih, enggak apa-apa, tapi tempat janjian kami itu sebuah tempat di sekitar halte bus. Aku menunggu dirinya sampai malam, dan saat itu sedang musim dingin, hawa di luar rasanya dingin banget."
  2619.  
  2620. Sampai sekarang aku masih bisa merasakan betapa mati rasanya tanganku waktu itu.
  2621.  
  2622. "Hingga malam mulai larut, aku pun memutuskan untuk pulang saja, tapi sesampainya di halte, rupanya bus terakhir sudah keburu berangkat, jadi aku enggak punya transportasi lagi untuk pulang. Aku baru pertama kali berada di sekitar situ. Keadaan saat itu sangat gelap, dan karena merasa khawatir, aku terus berjalan mengikuti jalur yang sering dilewati kendaraan. Aku yakin kalau aku memang tersesat. Aku enggak menemukan satu pun pos polisi sepanjang perjalanan. Karena menggunakan bus sebagai transportasi, jadi aku cuma membawa uang elektronik saja tanpa membawa sedikit pun uang tunai. Itu sebabnya aku juga enggak bisa menggunakan telepon umum. Intinya, saat itu aku benar-benar enggak bisa meminta pertolongan pada siapa pun."
  2623.  
  2624. Kalau kupikir lagi, saat itu aku memang apes, sih, tapi itu rasanya lebih seperti aku sedang dikerjai. Ketika itu, yang bisa kupikirkan cuma terus berjalan untuk menemukan jalan pulang.
  2625.  
  2626. Nyatanya, kalau saat itu akhirnya bisa menemukan seseorang untuk dimintai tolong, kejadiannya enggak bakal berakhir seperti itu.
  2627.  
  2628. "Lalu apa yang terjadi ...?"
  2629.  
  2630. "Sayangnya, enggak ada satu pun polisi yang bisa menemukan dan membawaku pulang. Orang tuaku sudah membuat laporan kehilangan orang pada kepolisian, dan enggak terpikir kalau aku ternyata berada di tempat semacam itu. Saat itu aku masih memegang suratnya. Bahkan si pengirim dan anak-anak yang memperdayaiku itu tampaknya enggak tahu aku ada di mana. Akhirnya aku pun tertidur sampai pagi di bangku taman dan ditemukan polisi. Kalau dipikir lagi, beruntung bagiku enggak sampai mati kedinginan, walau rasanya aku seperti terkena radang paru-paru."
  2631.  
  2632. Ayame terlihat mengepalkan tangannya dengan ekspresi wajah geram.
  2633.  
  2634. Bisa kurasakan amarah yang hebat pada tatapannya seakan dirinya ingin mengamuk ....
  2635.  
  2636. "Apa setelahnya kamu dimarahi gara-gara hal itu?"
  2637.  
  2638. "Aku cuma dapat teguran saja, sih. Surat itu akhirnya kuserahkan pada guru, namun anak perempuan itu mengelak kalau dia enggak bermaksud mengirimkannya untukku dan enggak ada niat untuk menjahiliku. Ditambah, anak lain yang sebenarnya terlibat itu juga ikut membelanya."
  2639.  
  2640. Jika kuingat lagi, saat itu aku begitu membanggakan diri akan berbagai hal sampai membuat orang lain jengkel padaku.
  2641.  
  2642. Setelahnya, kudengar bisik-bisik orang di sekitarku yang mengatakan kalau anak lelaki yang dekat dengan perempuan itu yang memaksanya berbuat begitu padaku.
  2643.  
  2644. "Sebenarnya bukan cuma itu,"
  2645.  
  2646. Di satu sisi, cerita selanjutnya ini yang membuatku berubah.
  2647.  
  2648. "Eh, masih ada lagi?"
  2649.  
  2650. "Setelah itu aku masih terpedaya lagi dengan cara yang sama sampai dua kali sewaktu SD."
  2651.  
  2652. "Hah?!"
  2653.  
  2654. "Hei, enggak usah kaget begitu! Soalnya saat itu aku masih polos!"
  2655.  
  2656. "Enggak, enggak, aku enggak bermasud begitu ...."
  2657.  
  2658. "Saat pertama kali ditipu, aku menganggap kalau anak perempuan itu memang iblis. Tapi ketika aku ditipu lagi oleh anak perempuan lain dengan cara yang sama, aku berkesimpulan kalau siapa pun mereka, jika mereka bersekongkol, berarti mereka semua iblis."
  2659.  
  2660. Sewaktu aku terpedaya untuk ketiga kalinya, orang tuaku sudah angkat tangan terhadapku, cuma Kiriko-senpai saja yang tetap khawatir padaku. Beliau memberikanku ponsel untuk dibawa dan mengaktifkan GPS pada perangkat tersebut. Jadi kapan pun aku tersesat lagi, beliau bisa menjemputku sesegera mungkin.
  2661.  
  2662. Mungkin itu karena Kiriko-senpai merasa bersalah ketika tahu kalau aku menerima surat cinta dan beliau enggak sanggup memberi tahu kalau itu sebuah jebakan sehingga enggak sempat menghentikanku.
  2663.  
  2664. "Setelah kejadian itu, aku mulai melakukan hal-hal yang kurasa bisa membuatku senang. Aku pun jadi kecanduan dengan 'game' dan 'manga'. Lebih tepatnya, kecanduan dengan hal-hal yang di dalamnya ada tokoh wanita yang bersikap lembut dan enggak bakal mengkhianatiku. Secara enggak langsung, aku pun bisa mendapatkan pengalaman di bidang asmara dengan merasakan cinta sejati dari tokoh-tokoh tersebut."
  2665.  
  2666. Itu sebabnya, sedikit demi sedikit ketertarikan terhadap perempuan sungguhan perlahan mulai berkurang.
  2667.  
  2668. Soalnya semua tokoh wanita dalam 'game' punya daya tarik yang lebih baik dibanding gadis 3D di segala sisi.
  2669.  
  2670. Aku pun mulai mencari gadis polos nan ceria layaknya seorang malaikat.
  2671.  
  2672. Aku enggak mau berurusan dengan para iblis itu lagi.
  2673.  
  2674. "Berlanjut saat SMP, aku mulai memainkan 'galge' dan cukup menikmatinya. Tokoh-tokoh wanita di dalamnya begitu manis dipandang, dan saat aku mencari informasi soal 'game' tersebut, rupanya ada versi yang menyediakan konten untuk usia 18 tahun ke atas. Jadi, kupalsukan umurku dan memesan 'game' tersebut. Ternyata, aku malah ketagihan dengan jenis 'game' itu."
  2675.  
  2676. Saat itu uang saku yang kupunya sangat memprihatinkan.
  2677.  
  2678. Bahkan sampai sekarang pun rasanya aku masih kesulitan. Tapi dibandingkan dengan waktu aku kecil dulu, perbedaannya sudah seperti langit dan bumi.
  2679.  
  2680. "Oh, jadi itu sebabnya ...?"
  2681.  
  2682. "Untuk saat ini, aku enggak begitu membenci para perempuan seperti yang dulu. Walau begitu, aku sudah memutuskan kalau aku masih belum bisa berhubungan dengan mereka."
  2683.  
  2684. Kenyataannya, rasa benciku kini jauh lebih berkurang bukan karena aku bisa memaafkan mereka, melainkan karena ketertarikanku akan perempuan sungguhan juga lebih berkurang.
  2685.  
  2686. Dalam dunia 2D sendiri ada juga tokoh wanita yang saling memperdaya satu sama lainnya. Biarpun begitu, pada akhirnya mereka pun saling terbuka mengenai alasan mereka berbuat begitu dan kembali berteman. Kalau enggak, mereka akan terus melakukannya hingga ada tokoh lain yang mendamaikannya.
  2687.  
  2688. Namun dalam kehidupan nyata, para perempuan yang memperdayaiku itu enggak bakal mengakui kesalahannya apalagi meminta maaf padaku.
  2689.  
  2690. Jadi aku pun sudah menetapkan bahwa kriteria gadis yang kuimpikan itu adalah seorang perempuan polos yang masih perawan dan enggak pernah memiliki hubungan khusus dengan siapa pun.
  2691.  
  2692. Bisa kubilang kalau ini bukanlah hal yang aneh hingga aku tanpa ragu memilih mereka yang masih polos.
  2693.  
  2694. "Yah, itu adalah cerita yang selama ini kurahasiakan. Nah, kalau begitu sekarang giliranmu, Ayame."
  2695.  
  2696. "Ah, anu, sebelumnya ...."
  2697.  
  2698. "Hmm? Jangan bilang kalau kamu enggak jadi cerita."
  2699.  
  2700. "Bukan begitu."
  2701.  
  2702. Ayame lalu meletakkan kopi kalengannya di tanah lalu tiba-tiba memelukku. Kepalanya kini tepat menempel di dadaku.
  2703.  
  2704. (https://goo.gl/R2uFwz)
  2705.  
  2706. "He-hei ...?!"
  2707.  
  2708. "Jika ada orang yang melakukan hal semacam itu juga padaku, aku pasti akan merasa sakit hati"
  2709.  
  2710. Apa dia bermaksud mau mencoba menyamakan perasaannya?
  2711.  
  2712. "Enggak apa-apa. Lagi pula, aku enggak perlu seperti dikasihani begini ...."
  2713.  
  2714. "Maaf. Soalnya saat kudengar cerita itu darimu, tiba-tiba aku merasa marah."
  2715.  
  2716. "Kamu enggak salah ...."
  2717.  
  2718. "Iya, tapi biar bagaimanapun, harus ada seseorang yang bisa menghiburmu."
  2719.  
  2720. ... benar, rasanya begitu hangat. Kalau aku enggak mendapat pelukan seperti ini, mungkin aku masih sulit untuk mengikhlaskannya.
  2721.  
  2722. Apa sebuah pelukan itu memang terasa sehangat ini ...?
  2723.  
  2724. Pikiran itu melayang-layang di kepalaku. Waduh, aku malah jadi malu begini.
  2725.  
  2726. Ayame lalu melepaskan pelukannya dan tersenyum senang.
  2727.  
  2728. Aku pun jadi sangat tersipu hingga harus mengalihkannya dengan memaksa Ayame untuk bercerita untuk mengurangi debaran jantungku.
  2729.  
  2730. "Baiklah, sekarang giliranku. Tapi ini hanyalah cerita biasa."
  2731.  
  2732. Ayame kemudian mulai bercerita dengan ragu-ragu.
  2733.  
  2734. "Aku pernah cerita kalau kedua orang tuaku sudah bercerai, 'kan?"
  2735.  
  2736. "Ya, terus?"
  2737.  
  2738. "Sebelum itu terjadi, mereka berdua tampak begitu mesra. Kalau enggak salah, mungkin mereka sengaja menampakkan kemesraan mereka pada dunia luar, soalnya tiba-tiba saja, suatu hari mereka ingin bercerai. Aku terpisah dari ayah dan saudariku. Saat itu aku masih SD, dan rasanya benar-benar menyakitkan."
  2739.  
  2740. Ayame menampakkan ekspresi sedih seolah mengenang masa lalu selagi bercerita.
  2741.  
  2742. "Aku sama sekali enggak paham soal pembagian hak asuh. Ibuku pun selalu pulang larut malam. Itu sebabnya rumah selalu sepi setiap aku pulang sekolah. Sejak itu, karena suatu sebab yang enggak pasti, perlahan diriku mulai berubah."
  2743.  
  2744. "Sebab yang enggak pasti itu maksudnya ...."
  2745.  
  2746. "Aku malu kalau harus menjelaskannya. Yah, mungkin karena aku merasa enggak punya siapa-siapa lagi. Kenyataannya, aku memang jarang bertemu dengan ibuku. Suatu ketika, aku pernah memecahkan kaca jendela sekolah seakan aku ingin berbuat onar. Dan karena hal itu, ibuku dipanggil ke sekolah."
  2747.  
  2748. "...."
  2749.  
  2750. "Jadi karena saat itu aku masih naif, kupikir jika melakukan kenakalan aku akan bisa bertemu dengan ibuku. Itu benar-benar pikiran yang bodoh. Aku jadi sering bolos pelajaran dan terlibat perkelahian .... Aku begitu ingin bertemu ibuku hingga dengan sengaja melakukan kenakalan itu."
  2751.  
  2752. Meskipun bisa dimaklumi, tapi yang dilakukannya itu enggak lucu.
  2753.  
  2754. "Saat diriku masuk SMP, aku benar-benar menjadi seorang berandalan. Terlepas dari liarnya kelakuanku saat itu, aku pun sempat berpikir untuk mencuri sesuatu dari toko. Aku pergi ke pusat perbelanjaan dan melihat apakah rencanaku itu bisa berhasil, tapi ternyata, aku melihat ibuku yang saat itu sedang sakit, bekerja keras sampai bercucuran keringat demi mendapat sedikit upah untuk menghidupiku. Saat itu semuanya jadi terlihat jelas bagiku."
  2755.  
  2756. "Jadi, akhirnya kamu berencana membuka lembaran baru ..., begitu?"
  2757.  
  2758. "Ya, hal seperti itu terlintas di benakku. Aku merasa menyesal atas semua kebodohan yang sudah kulakukan. Ibuku pun sudah mulai saling berkomunikasi dengan ayahku. Karena itu aku bisa menemui kembali ayah dan saudariku. Ketika itu aku merasa kalau keadaan akhirnya mulai sedikit membaik."
  2759.  
  2760. Walau dia berkata ingin membuka lembaran baru ..., kenapa Ayame masih terlihat seperti berandalan hingga SMA?
  2761.  
  2762. Ayame lalu menjelaskan seolah menjawab pertanyaan dalam pikiranku tadi.
  2763.  
  2764. "Tapi ternyata ..., semuanya sudah terlambat. Berbagai dosa akibat diriku yang menjadi berandalan itu sudah terlanjur membekas. Aku juga sudah banyak membawa masalah bagi orang lain. Jadi kurasa, ini mungkin hukuman setimpal bagiku."
  2765.  
  2766. "...."
  2767.  
  2768. "Meski aku sudah mencoba memperbaiki pandangan orang-orang terhadapku, tetap saja enggak ada yang mau berhubungan denganku. Yang ada justru beberapa orang bodoh malah mulai mencari gara-gara denganku. Akibatnya, aku kembali menjadi sosok berandal tanpa bisa berhenti melawan. Karena itu aku mulai memakai anting-anting dan berpenampilan seperti berandal sungguhan, meski sebenarnya aku enggak mau .... Emosi dalam diriku pun ikut membuatku berkelakuan seperti berandalan liar."
  2769.  
  2770. "Karena itu kamu jadi bergerombol bersama berandal lainnya ...? Apa itu bisa meredam omongan orang lain terhadapmu?"
  2771.  
  2772. "Seenggaknya mereka yang mau cari gara-gara denganku benar-benar berkurang."
  2773.  
  2774. "... sejak saat itu?"
  2775.  
  2776. "Hmm?"
  2777.  
  2778. "Biasanya kamu bermasalah dengan orang lain itu karena sebuah alasan yang benar, 'kan? Contohnya karena mau melindungi orang, begitu."
  2779.  
  2780. "... kalau kamu berpikiran begitu, aku jadi senang mendengarnya. Sebenarnya, sih, enggak selalu seperti itu. Walau aku memang jengkel kalau melihat yang seperti itu, tapi aku memakai alasan tersebut hanya untuk meredakan emosiku saja."
  2781.  
  2782. "Yang benar?!"
  2783.  
  2784. "Kamu keras kepala juga, ya. Terserahlah, aku akan menganggap itu pujian kalau kamu memang berpikir begitu. Mulai sekarang aku akan lebih ikhlas lagi dalam menolong orang."
  2785.  
  2786. "Oh, aku bukan bermaksud menyuruhmu berbuat begitu."
  2787.  
  2788. "Iya, aku tahu. Soalnya sewaktu bersamamu, aku sadar jika tetap menjadi diriku yang dulu, aku akan kesusahan sendiri nantinya."
  2789.  
  2790. Entah apa itu alasan Ayame yang sebenarnya atau enggak. Aku sama sekali enggak tahu.
  2791.  
  2792. "Yah, begitu, deh."
  2793.  
  2794. Saat Ayame hendak membuka omongan kembali, lampu jalanan menyinari dirinya hingga membuatku melihat rona merah pada pipinya.
  2795.  
  2796. "Seperti itulah cerita sebenarnya. Akan tetapi, aku jadi kehilangan teman-temanku, termasuk Hatsushiba ...."
  2797.  
  2798. "...."
  2799.  
  2800. "Saat SMP, aku serasa diasingkan oleh orang sekitarku. Bahkan saat SMA pun aku tetap diperlakukan begitu. Enggak ada yang mau mendekatiku. Aku juga sadar kalau enggak ada gunanya tetap bersekolah. Satu-satunya alasanku tetap datang adalah karena ibuku selalu menyuruhku untuk ke sekolah. Seperti kamu tahu sendiri, aku masuk sekolah malah hanya menimbulkan masalah saja ... atau membolos seperti yang kulakukan tadi. Sekeras apa pun aku bertahan untuk bersekolah, tetap saja rasanya enggak pernah menyenangkan."
  2801.  
  2802. Selama bersekolah di SMA ini, aku memang enggak pernah melihat Ayame akrab dengan orang lain.
  2803.  
  2804. Kupikir, mungkin saja saat SMP dia mengalami hal yang sama seperti sekarang.
  2805.  
  2806. "Dan suatu hari seseorang datang menyelamatkanku."
  2807.  
  2808. "Eh?"
  2809.  
  2810. "Saat itu ada segerombolan orang bodoh mengejarku. Aku berlari sampai ke celah sempit hingga terkepung oleh mereka. Aku sempat merasa pasrah karena tampaknya sangat sulit bagiku untuk melepaskan diri. Sudah saatnya karma itu datang padaku. Hingga di saat itu aku tetap sendirian, dan berpikir andai saja ada seseorang yang datang menyelamatkanku .... Aku memikirkannya dan ternyata ...."
  2811.  
  2812. ... tunggu, jangan-jangan maksudnya itu ....
  2813.  
  2814. "Tiba-tiba saja ada seseorang yang muncul dan menelepon polisi untuk menyelamatkanku. Saat itu, entah bagaimana menjelaskannya. Aku memang enggak terlalu percaya akan adanya pertolongan Tuhan, tapi aku benar-benar yakin kalau inilah yang namanya takdir."
  2815.  
  2816. Yang dia maksud memang diriku— tapi Ayame sudah salah paham.
  2817.  
  2818. "Saat itu aku enggak bermaksud untuk menolongmu. Itu kulakukan demi keselamatanku sendiri."
  2819.  
  2820. Kukatakan yang sejujurnya pada gadis itu. Jika dia masih saja salah paham, aku harus segera menjelaskannya.
  2821.  
  2822. "Iya, aku tahu. Kalau kamu memang berniat menolongku, kamu enggak akan kabur ketika aku masih belum meminta tolong, 'kan? Tapi kamu malah kabur duluan tanpa sempat melihat keadaanku."
  2823.  
  2824. ... Ayame .... Ternyata dia sudah tahu.
  2825.  
  2826. "Lalu kenapa?"
  2827.  
  2828. "Meskipun begitu, aku tetap tertolong."
  2829.  
  2830. "Itu benar, tapi ...."
  2831.  
  2832. "Hingga sekarang aku merasa selalu diasingkan oleh orang-orang, tapi kamu datang menyelamatkanku. Aku enggak terlalu peduli meski kamu berkata enggak sengaja melakukannya."
  2833.  
  2834. ... aku mencoba bertanya pada diriku sendiri, dan aku hanya bisa membayangkannya saja, karena aku enggak pernah berada pada posisi seperti itu sebelumnya.
  2835.  
  2836. Dia mungkin merasakan hal yang sama seperti saat aku tersesat dan enggak ada siapa-siapa yang bisa menolongku.
  2837.  
  2838. Aku mulai bisa mengerti kenapa ia sampai rela melabuhkan hatiku untuk orang sepertiku ....
  2839.  
  2840. "Setelah itu pikiranku jadi enggak tenang dan selalu teralihkan, sampai-sampai aku bingung bagaimana menjelaskannya. Itu sebabnya kucoba untuk menyatakan cinta padamu ..., tapi ternyata, kamu hanya tertarik dengan gadis 2D saja. Sejak saat itu aku mulai berjuang mendapatkan hatimu."
  2841.  
  2842. Ayame kemudian berbalik menghadapku dengan wajah yang tampak tenang.
  2843.  
  2844. "Ketika itu mungkin aku masih bimbang dengan perasaanku."
  2845.  
  2846. Dia lalu menatap mataku.
  2847.  
  2848. "Tapi kalau boleh kuutarakan perasaanku yang sejujurnya sekarang ...."
  2849.  
  2850. Bibirnya tampak sedikit terbuka.
  2851.  
  2852. "Aku menyukaimu, Aramiya."
  2853.  
  2854. Ucapnya sederhana dan tegas dengan suara jelas yang disertai kesan kuat.
  2855.  
  2856. Kata-kata tersebut mengalir lewat suara yang membuat detak jantungku enggak keruan.
  2857.  
  2858. Ayame kali ini enggak meniru perilaku salah satu tokoh dalam 'eroge', melainkan menampakkan isi hatinya yang sesungguhnya.
  2859.  
  2860. Enggak boleh, aku enggak boleh bimbang.
  2861.  
  2862. "Ah, eng ...."
  2863.  
  2864. "Tentu saja kamu enggak harus menjawabnya saat ini juga. Jujur, aku sama sekali belum merasa menjadi seperti gadis impianmu. Itu sebabnya, aku akan berusaha mendekatimu, lebih dan lebih lagi."
  2865.  
  2866. Aku enggak mampu berkata apa-apa. Aku takut, jika dalam diriku nanti, aku bakal selalu merasa bangga karena dirinya yang selalu mengejarku, dan kelak suatu hari, dia pun bakal bosan denganku.
  2867.  
  2868. Namun kini, untuk pertama kalinya, isi hatinya yang sesungguhnya sudah tersampaikan langsung ke dalam hatiku.
  2869.  
  2870. Sial, jantungku berdetak semakin cepat.
  2871.  
  2872. Aku harus mengatakan sesuatu—
  2873.  
  2874. "Wah, ada Ayame."
  2875.  
  2876. Sebuah suara besar tiba-tiba menyela dari tempat yang enggak diduga. Aku dan Ayame segera menoleh ke arah sumber suara.
  2877.  
  2878. "Songou ...."
  2879.  
  2880. Erang Ayame.
  2881.  
  2882. Anak lelaki itu sedang berdiri sendirian di sana. Dia datang di saat yang enggak tepat.
  2883.  
  2884. Sepertinya dia sedang enggak bersama gerombolannya sekarang. Meski begitu, sebaiknya aku tetap menghubungi 110 untuk berjaga-jaga.
  2885.  
  2886. Aku sudah bersiap untuk menekan tombol ponselku.
  2887.  
  2888. "Kalian berdua sepertinya lagi bersenang-senang, ya? Baguslah."
  2889.  
  2890. "Kalau enggak ada urusannya denganmu, pergi sana!"
  2891.  
  2892. "Jelas ada, lah. Biasanya kamu pulang bareng sama aku, 'kan."
  2893.  
  2894. Ucapnya dengan ekspresi biasa. Rupanya lelaki ini memang pernah pacaran dengan Ayame.
  2895.  
  2896. Tapi di sisi lain, perlakuan Ayame terasa begitu kasar padanya. Apa karena dia mantan pacarnya sehingga dia bersikap sekasar itu.
  2897.  
  2898. "Pulang bareng, dengkulmu?! Aku enggak merasa pernah jadi pacarmu. Kamu saja yang tiba-tiba mendekatiku."
  2899.  
  2900. "Sudahlah, enggak usah malu."
  2901.  
  2902. Balas lelaki itu, kemudian melanjutkan,
  2903.  
  2904. "Lagi pula, kita sudah pernah saling buka-bukaan, 'kan?"
  2905.  
  2906. Ucapnya masih dengan ekspresi wajah seolah itu adalah hal biasa.
  2907.  
  2908. Pandanganku lalu tertuju pada Ayame.
  2909.  
  2910. "Itu bohooooooooooooooooooooooooooonnng!"
  2911.  
  2912. Wajahnya penuh dengan kemurkaan yang enggak pernah kulihat sebelumnya.
  2913.  
  2914. Tatapan matanya sangat tajam hingga bisa kurasakan nafsu membunuh dari dirinya.
  2915.  
  2916. Di sekitar tubuhnya seolah terpancar aura beringas yang siap untuk menerjang kapan saja.
  2917.  
  2918. ... eh, tunggu dulu, itu artinya ... kabar soal keperawanannya itu ...
  2919.  
  2920. "Itu benar, kok. Biarpun kamu menyangkalnya, bagian tubuhmu itu enggak akan kembali."
  2921.  
  2922. "Dasar gila! Harusnya kamu malu sama orang tuamu! Itu salahmu karena memakai cara licik itu padaku ...!"
  2923.  
  2924. "Terserah apa pun caranya, yang penting kamu dan aku bakal terus bersama."
  2925.  
  2926. "Enggak, enggak! Aku enggak terima!"
  2927.  
  2928. Ayame langsung berbalik seolah terdesak .... Apa maksudnya ini?
  2929.  
  2930. "Yah, harus kuakui kalau keahlianku masih payah. Soalnya saat itu kita masih belum cukup umur dan itu pengalaman pertama kita. Makanya aku menunggu sampai kamu tidur dulu. Habisnya nanti kamu marah, sih. Aku ini sudah lama suka sama kamu."
  2931.  
  2932. "... tutup mulutmu! Kalau enggak, kubunuh kamu!"
  2933.  
  2934. Songou yang sedari tadi memandang Ayame kini mengarahkan tatapannya ke arahku.
  2935.  
  2936. "Hei, kamu! Kamu yang pengecut di sana ...."
  2937.  
  2938. Tiba-tiba dia memanggilku dengan sebutan pengecut. Yah, aku memang pengecut, tapi memanggil polisi jauh lebih aman ketimbang sok berani.
  2939.  
  2940. "... ya?"
  2941.  
  2942. "Ada hubungan apa kamu sama Ayame?"
  2943.  
  2944. "... buat apa kuberi tahu?! Dasar preman kampung!"
  2945.  
  2946. "... oi! Siapa yang kamu maksud preman kampung?! Otaku menjijikkan kayak kamu itu enggak ada harganya .... Atau jangan-jangan babi ini mau menelepon polisi lagi?"
  2947.  
  2948. Lelaki itu masih saja berlagak seperti preman di depanku.
  2949.  
  2950. "Tunggu."
  2951.  
  2952. "Apa?"
  2953.  
  2954. "Kamu cuma menggertak saja, 'kan? Soalnya itu terlihat dari cara bicaramu."
  2955.  
  2956. "... oi, kamu jangan sok hebat, ya! Kalau mau, aku bisa menghajarmu sampai enggak punya selera makan lagi seumur hidup! Biarpun kamu memanggil polisi, hanya dengan satu kalimat saja, ayahku bisa membebaskanku dari segala tuduhan kriminal."
  2957.  
  2958. "Terus, kenapa kamu takut kalau aku memanggil polisi? Enggak hanya tadi, bahkan sebelumnya saja kamu lari."
  2959.  
  2960. "...."
  2961.  
  2962. Songou mengerutkan keningnya lalu berjalan menjauh, mengabaikan kata-kataku, entah karena enggak ingin berdebat atau memang dirinya tersindir. Tapi yang jelas, gaya lelaki ini memang sok mendramatisir.
  2963.  
  2964. Sosok Songou perlahan menghilang dalam gelapnya malam.
  2965.  
  2966. "A-Aramiya!"
  2967.  
  2968. Ayame tiba-tiba masuk ke dalam pandanganku.
  2969.  
  2970. "I-iya?"
  2971.  
  2972. "Enggak, aku enggak melakukannya ...!
  2973.  
  2974. "Eng, kamu enggak perlu sebegitunya menegaskan itu ...."
  2975.  
  2976. Aku juga sebenarnya enggak terlalu peduli. Iya, 'kan?
  2977.  
  2978. Entah kenapa, cuma karena memikirkan tentang lelaki macam itu pernah berpacaran dengan Ayame, bisa membuatku terganggu begini.
  2979.  
  2980. "Aku enggak melakukannya, aku enggak melakukannya, aku enggak melakukannya! Saat aku bangun pakaianku masih utuh dan aku enggak merasakan sakit apa-apa!"
  2981.  
  2982. Saat bangun? Apa artinya itu mereka tidur bersama?
  2983.  
  2984. Enggak, firasatku bilang kalau ceritanya enggak seperti itu ....
  2985.  
  2986. ... tapi jika dilihat dari pembicaraan antara Songou dan Ayame tadi, sepertinya hal itu memang pernah terjadi. Atau aku cuma memaksakan perasaanku saja?
  2987.  
  2988. Dan ketika aku memikirkan itu ....
  2989.  
  2990. "Ah ...."
  2991.  
  2992. Ayame lalu melihatku dengan tatapan sedih, kemudian dia berlari menjauh dariku.
  2993.  
  2994. ... aku sudah meninggalkan segala perasaan yang kubawa sejak dari toko tempatku bekerja paruh waktu tadi.
  2995.  
  2996. Perasaan seorang lelaki yang telah mendengarkan pernyataan cinta tulus dari seorang gadis, yang akhirnya itu hilang terbawa oleh angin lalu.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement