Advertisement
Guest User

Chuuko Jilid 1 Epilog

a guest
Mar 19th, 2017
777
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 23.58 KB | None | 0 0
  1. - Epilog
  2.  
  3.  
  4. Seiring waktu berlalu, interogasi pun berakhir. Rupanya fajar sudah menyingsing.
  5.  
  6. Mentari hampir sepenuhnya naik melintasi ufuk timur, bersinar amat terang hingga menyilaukan mataku. Barangkali enggak apa-apa kalau hari ini aku bolos sekolah.
  7.  
  8. Sekarang, kami sedang berada di luar kantor polisi. Para orang tua dan wali kami yang juga buru-buru ikut dipanggil masih dimintai keterangan oleh pihak berwajib. Karena itu aku harus menunggu.
  9.  
  10. Biar bagaimanapun, aku masih punya keinginan untuk cepat-cepat naik kendaraan umum dan pulang ke rumah. Orang-orang seperti kami yang ingin menghirup udara segar begini malah harus duduk menunggu di luar.
  11.  
  12. "Maaf, ya, Aramiya."
  13.  
  14. "Sudah, enggak usah dipikirkan."
  15.  
  16. Seluruh tubuhku masih terasa nyeri, namun Ayame terus saja berusaha menenangkan hatiku. Terlebih, sewaktu kami tiba di kantor polisi tadi, Ayame mengikat kembali rambutnya menjadi 'twintail'. Padahal di-'ponytail' juga cukup lumayan, kok.
  17.  
  18. "Yuuka sungguh minta maaf ..., Aramiya ... juga Ayame."
  19.  
  20. Hatsushiba juga sudah keluar dari kantor polisi. Awalnya dia disangkakan bekerja sama dengan Songou, tapi aku dan Ayame membantah sangkaan tersebut. Alhasil, dia akhirnya dilepaskan dan keluar dari kantor polisi bersama kami.
  21.  
  22. Meski Songou enggak mengira apa yang bakal menimpanya, sepertinya dia juga menampik sangkaan bahwa Hatsushiba bekerja sama dengannya.
  23.  
  24. Berkat itu, menolong Hatsushiba pun menjadi lebih mudah.
  25.  
  26. "Yuuka sudah berbuat hal yang tidak bisa dimaafkan."
  27.  
  28. Namun tampaknya dia masih belum bisa menerimanya.
  29.  
  30. Mungkin dia sulit percaya kalau dirinya itu enggak bersalah.
  31.  
  32. "Selama ini Yuuka sudah mengabaikan Kotton ..., tapi Yuuka tidak menyangka kalau Naosumi akan menggunakan obat tidur, termasuk menyebarkan gosip buruk itu .... Yuuka justru menjauhi Kotton dan tidak sedikit pun berniat untuk menolong .... Bahkan Yuuka ikut menyeret Aramiya dalam situasi berbahaya ...!"
  33.  
  34. Hampir sepenuhnya benar kalau Hatsushiba dijadikan alat untuk membantu rencana Songou. Dia dipaksa untuk ikut menyebarkan gosip yang dibuat lelaki itu agar citra Ayame semakin memburuk. Karena pekerjaan ayahnya yang dijadikan ancaman, Hatsushiba pun terpaksa menuruti kemauan Songou. Waktu semakin berlalu, hingga membuat persoalan ini kian sulit untuk diselesaikan. Ditambah, gosip yang sudah terlanjur tersebar kini berkembang menjadi sebuah gosip baru. Sepertinya Songou juga turut andil dalam penyebaran gosip itu.
  35.  
  36. Dan sewaktu dibukanya penerimaan murid SMA untuk tahun ajaran baru, Songou mendaftar di sekolah yang sama dengan Ayame. Di sisi lain, Hatsushiba juga mengikuti jejak mereka berdua.
  37.  
  38. Namun ternyata Songou enggak diterima dan itu menjadi masalah buatnya. Karena itu dia menyuruh Hatsushiba untuk mengawasi Ayame dan mencegah setiap orang yang mau mendekatinya. Jadi sewaktu berhembus kabar tentang hubungan antara diriku dengan Ayame, Hatsushiba mulai berusaha memisahkan kami sembari melaporkannya pada Songou layaknya seorang mata-mata.
  39.  
  40. Saat Songou mengetahui hal tersebut, dia jadi kalap hingga insiden seperti ini pun terjadi.
  41.  
  42. Jika benar ayah Songou adalah seseorang yang terbiasa menggunakan kekuasaannya, maka hal ini bisa menjadi rumit. Namun tampaknya ayahnya itu orang baik-baik.
  43.  
  44. Pernyataannya soal berkuasa terhadap nasib pekerjaan ayah Hatsushiba ataupun dengan mudah lepas dari jeratan hukum itu sepertinya cuma isapan jempol belaka.
  45.  
  46. "Maaf ...."
  47.  
  48. Yah, menurutku Songou memang harus bertanggung jawab atas semua perbuatannya dan enggak ada yang boleh menghalanginya.
  49.  
  50. Meski begitu, yang sudah dilakukan Hatsushiba selama ini tetap enggak bisa dimaafkan. Seenggaknya dia bisa menemukan cara untuk menyelamatkan diri, walau sebenarnya aku enggak mengeluhkan hal itu.
  51.  
  52. "Hatsushiba, jangan salah sangka dulu. Terlepas dari niat baikmu, aku memang enggak berencana menolongmu. Tapi itu cuma karena memang harus dilakukan."
  53.  
  54. Hatsushiba melihatku sambil kebingungan.
  55.  
  56. "Dekat denganmu bakal lebih mudah menghilangkan semua gosip buruk tentang Ayame yang sudah menyebar ke seluruh sekolah."
  57.  
  58. "Menghilangkan semua gosip ...."
  59.  
  60. "Aku ingin menjernihkan semua kesalahpahaman orang-orang terhadap Ayame."
  61.  
  62. Di satu sisi, ini terasa seperti aku ikut campur tanpa alasan yang jelas, di sisi lain, aku ingin Ayame bisa bergaul dengan para murid di sekolah secara wajar.
  63.  
  64. Jika sekolah terasa enggak mengenakkan, maklum saja kalau dia sering bolos. Membuat suasana sekolah menjadi menyenangkan bakal cukup untuk membuat dia betah bersekolah.
  65.  
  66. Itu sebabnya, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghilangkan semua gosip buruk mengenai Ayame. Gadis ini bukanlah jenis orang yang bakal menjadi berandalan ataupun terlibat pada praktik jual diri. Kalau dikenal lebih dekat, dia merupakan pribadi yang menarik.
  67.  
  68. "Aramiya, ternyata itu yang kamu pikirkan sekarang?"
  69.  
  70. Tanya Ayame padaku dengan ekspresi terkejut.
  71.  
  72. "Kebetulan saja, mumpung ingat."
  73.  
  74. Lagi pula, kalau gosip-gosip tersebut sudah hilang, aku bakal lebih nyaman berada di dekatnya.
  75.  
  76. "Hatsushiba, ini masih belum terlambat. Mulai sekarang, kamu harus mengakui kesalahanmu dan menebus segala yang sudah kamu perbuat pada Ayame, paham?"
  77.  
  78. Berbuat begini mungkin terlihat berlebihan, tapi bukan berarti aku marah terhadap gadis ini. Aku justru merasa kasihan padanya.
  79.  
  80. "Aramiya ..., kamu memang hebat. Kamu mudah memaafkan orang lain."
  81.  
  82. "Ah, enggak juga."
  83.  
  84. "Meski kamu bicara begitu, Yuuka tetap menganggapmu hebat."
  85.  
  86. Selain itu, kupikir kehadiran Hatsushiba kini diperlukan untuk berada di sisi Ayame dalam kehidupan sekolahnya.
  87.  
  88. Itu sebabnya, meski kurasa kalau hukuman buatnya itu terlalu ringan, namun itu lebih menguntungkan bagi Ayame jika dia dan Hatsushiba bisa sama-sama melupakan kenangan buruk yang sudah terjadi. Dan sekaligus bisa lebih saling memahami dengan saling mengikhlaskan.
  89.  
  90. "... tapi."
  91.  
  92. "Bagaimana menurutmu, Ayame?"
  93.  
  94. Dan Ayame pun menjawab,
  95.  
  96. "... kalau Hatsushiba, bukan, kalau Yuuka mau memaafkanku ..., maka aku juga ... mau berbaikan lagi."
  97.  
  98. Ucapnya malu-malu.
  99.  
  100. Yah, lagi pula kedua gadis ini awalnya memang dekat.
  101.  
  102. Keduanya lalu perlahan menjaga jarak dan kehilangan alasan untuk kembali berbaikan.
  103.  
  104. "Kotton, kamu tidak perlu minta maaf! Yuuka .... Yuuka-lah yang sudah menjauhimu dan menyebarkan gosip buruk tentangmu ...! Maaf .... Yuuka sungguh minta maaf, Kotton ...."
  105.  
  106. "Saat aku jadi anak yang liar dulu, Yuuka tetap mau membantuku. Tapi, semuanya berubah dan aku enggak menyangka kalau kamu merasa seperti itu .... Maafkan aku ...."
  107.  
  108. Mereka berdua pun lalu saling berpelukan. Yah, sebenarnya sih, yang seperti ini terlihat wajar, tapi entah kenapa, bagiku ini seperti adegan 'yuri'.
  109.  
  110. "Yuuka sudah sering membuat Kotton terasingkan. Yuuka akan menebusnya dua kali lebih banyak saat bersamamu .... Dan tentang gosip-gosip itu ..., Yuuka sendiri yang akan memperbaiki semuanya ...."
  111.  
  112. "Aku juga akan kembali bersikap normal seperti dulu lagi .... Karena itu mulai sekarang, tetaplah jadi sahabatku seperti dulu ...."
  113.  
  114. Mereka saling berpelukan sejenak seakan berusaha mengisi celah kosong yang sudah bertahun-tahun ada sebelum menyesal karena terpisah satu sama lain.
  115.  
  116. Setelahnya, Hatsushiba berbalik menghadap ke arahku lagi.
  117.  
  118. "Terima kasih, Aramiya. Sekarang Yuuka sudah benar-benar tersadar."
  119.  
  120. "Syukurlah kalau kamu sudah sadar. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah menepati kata-katamu tadi."
  121.  
  122. "Jangan khawatir. Yuuka sekarang akan mengikuti Aramiya. Yuuka tidak akan membangkang seperti seekor anjing yang tidak akan menggigit tuannya. Segala perintah Aramiya akan Yuuka turuti. Katakan saja apa keinginanmu, Yuuka akan melakukannya."
  123.  
  124. "Ba-baiklah ...."
  125.  
  126. Kata-kata manis darinya berisi sebuah janji yang akan menuruti keinginanku, tapi entah kenapa, bulu kudukku merinding saat mendengarnya.
  127.  
  128. Baiklah, lagi pula, karena Hatsushiba kini sudah lebih bersemangat, bertindak di luar jalur bukanlah hal yang patut dilakukan.
  129.  
  130. "Kalau begitu, apa yang sudah terjadi enggak perlu lagi dipermasalahkan."
  131.  
  132. Ucap Ayame dengan ekspresi lega.
  133.  
  134. "Enggak, masih belum."
  135.  
  136. Saat aku mengatakan itu, Ayame dan Hatsushiba langsung menoleh ke arahku sambil berkata, "Eh?"
  137.  
  138. "Masih ada satu gosip tentang Ayame yang belum terselesaikan."
  139.  
  140. "Gosip yang mana?"
  141.  
  142. Hatsushiba memiringkan kepalanya karena bingung.
  143.  
  144. "Soal julukan 'bekas orang' yang ditujukan pada Ayame sejak dia SMP. Julukan itu masih disematkan padanya sampai sekarang, tapi penyebabnya juga masih belum jelas."
  145.  
  146. Tepat saat aku menjelaskannya,
  147.  
  148. "Hahaha."
  149.  
  150. Hatsushiba tertawa terbahak.
  151.  
  152. Sementara itu, Ayame menundukkan wajah dan memperlihatkan wajahnya yang sangat malu. Ditekannya bibirnya itu hingga membentuk garis datar.
  153.  
  154. "Eh, kenapa kamu tertawa?"
  155.  
  156. "Ah, eng, Aramiya, soal itu enggak usah begitu dipikirkan, ya."
  157.  
  158. Ayame sendiri sampai melambaikan tangannya seolah enggak ingin ada yang mengorek masa lalunya. Kenapa perilakunya sampai seperti itu?
  159.  
  160. "Tidak apa-apa, 'kan? Ceritakan saja. Lambat laun, orang seperti Aramiya juga nantinya akan tahu."
  161.  
  162. Di sisi lain, Hatsushiba mencoba meyakinkannya dengan wajah riang.
  163.  
  164. Ayame lalu menghela napas dan mulai menjelaskannya dengan wajah datar.
  165.  
  166. "Ceritanya bermula saat SD dulu, sewaktu aku memakai baju bekas dari saudariku ...."
  167.  
  168. "Eh, yang benar?!"
  169.  
  170. Kalau cuma karena itu, enggak mungkin ....
  171.  
  172. "Ya, enggak, lah! Itu semua gara-gara namaku."
  173.  
  174. "Nama?"
  175.  
  176. Ayame menggaruk pipinya pelan untuk mengurangi rasa malunya.
  177.  
  178. "Begini, aku sudah cerita kalau orang tuaku bercerai, 'kan? Ayame itu adalah marga ibuku."
  179.  
  180. Oh .... Eh, jadi ....
  181.  
  182. "Sebaliknya, marga ayahku adalah Tanaka."
  183.  
  184. Begitu.
  185.  
  186. "Jadi namamu saat itu adalah Tanaka Kotoko. Begitu, 'kan?"
  187.  
  188. Saat menyimpulkannya, Hatsushiba tampak sedang menahan tawa.
  189.  
  190. Ayame lalu lanjut menjelaskan seakan sedang mengungkapkan sebuah kebenaran.
  191.  
  192. "Orang-orang lalu mulai menyambungkan kata 'naka' dari Tanaka dan 'ko' dari Kotoko, yang kalau digabungkan bisa berarti 'bekas orang'* ...."
  193.  
  194. (*? (naka) dari ?? (tanaka) dan ? (ko) dari 古都子 (kotoko) jika digabungkan menjadi ?? (chuuko) yang berarti 'bekas orang)
  195.  
  196. Waduh,
  197.  
  198. ... boleh aku minta waktu sebentar sebelum berkomentar?
  199.  
  200. "Apa-apaan ituuuuuuuuuuuu?!"
  201.  
  202. Teriakku nyaring hingga terdengar sampai ke angkasa.
  203.  
  204. Aku sungguh enggak bisa menahan teriakanku. Jadi begitu ceritanya?! Siapa pula yang bisa menyangka hal semacam itu?!
  205.  
  206. "Supaya aku enggak sedih, makanya dulu para anak gadis di kelasku mulai memanggilku dengan nama Kotton."
  207.  
  208. "Oh, begitu ...."
  209.  
  210. Yah, Hatsushiba juga pernah cerita, 'Itu nama panggilan Ayame yang dibuat oleh Yuuka dan teman-teman supaya dia tidak sedih,' yang kupikir kalau itu dilatarbelakangi rasa kasihan atas perceraian orang tua Ayame. Ternyata selama ini aku sudah salah mengira. Enggak kusangka kalau itu berkaitan dengan sebutan 'bekas orang' itu ....
  211.  
  212. "Orang bodoh macam apa yang sampai tega membuat julukan aneh dan kejam begitu pada seorang gadis?"
  213.  
  214. Rasanya asal-usul julukan itu sebelumnya juga pernah disinggung oleh—
  215.  
  216.  
  217. ♦♦♦
  218.  
  219.  
  220. "Rupanya itu ulahmu!"
  221.  
  222. "Eh, maksudmu apa?!"
  223.  
  224. Aku sudah mengorbankan rasa kantukku untuk datang pagi-pagi ke sekolah supaya bisa menanyakan soal ini langsung pada Tozaki.
  225.  
  226. Awalnya aku berniat untuk bolos sekolah, tapi setelah kuketahui kebenarannya, aku jadi enggak punya niat untuk bolos hari ini.
  227.  
  228. Bisa dibilang, anak ini adalah akar masalah sebenarnya! Kalau ini sebuah 'eroge', yang seperti ini biasanya disebut, 'menyembunyikan petunjuk sebaik mungkin'.
  229.  
  230. Kami bertiga lalu menggiring Tozaki ke anak tangga gedung sekolah yang jarang dilalui orang.
  231.  
  232. "Julukan 'bekas orang' yang ditujukan ke Ayame itu gara-gara kamu, 'kan?!"
  233.  
  234. "Eh ..., hah? Kok bisa aku?"
  235.  
  236. Apa dia masih berlagak pura-pura enggak tahu?
  237.  
  238. Hatsushiba pun ikut memicingkan matanya dan menatap tajam ke arah Tozaki."
  239.  
  240. "Ya, itu memang kamu, Tozaki. Kamu dulu sering bernyanyi, 'Naka dari tanaka, dan ko dari kotoko, digabung menjadi bekas orang (chuuko), bekas orang, gadis bekas orang—' begitu, bukan?"
  241.  
  242. Lirik lagunya payah banget. Jauh lebih payah dibanding saat aku menyanyikan lagu 'Mendadak Hatiku Tergerak'.
  243.  
  244. Sesaat setelah Hatsushiba bicara, Tozaki tiba-tiba menepukkan tangannya dengan nyaring.
  245.  
  246. "Oh, aku ingat! Itu memang aku."
  247.  
  248. Dia sudah enggak lupa lagi sekarang. Biasanya pelaku penindasan terhadap orang lain itu enggak bakal merenungi dampak hasil perbuatannya pada sang korban. Meski begitu, perbuatannya tersebut tetaplah jahat.
  249.  
  250. "Yah, soalnya kupikir itu ... lucu ..., Mbak ...."
  251.  
  252. Ayame lalu memancarkan aura berandalnya dan menatap bengis ke arah Tozaki sambil tersenyum kejam.
  253.  
  254. Auranya sampai terpancar deras ke sekitar meski dia enggak mengatakan apa-apa.
  255.  
  256. "Eh, eh, eh, eh, eh, eh, eh, eh, eh ...."
  257.  
  258. Aku mendekat pada Tozaki dan mengunci kedua lengannya dari belakang.
  259.  
  260. "Ayame, lakukan ala kadarnya saja. Enggak usah sampai membuat gosip baru."
  261.  
  262. "Ala kadarnya itu maksudnya apa?! A-ayolah, kumohon! Am-am-ampuni aku!"
  263.  
  264. Tozaki meraung hingga bergema ke seluruh sudut anak tangga.
  265.  
  266. Kemudian kulepaskan kuncianku dari Tozaki yang kini terlihat sedang menderita.
  267.  
  268. "Kalau kamu mau bekerja sama membantu kami, kamu akan dilepaskan."
  269.  
  270. "Sungguh?! Aramiya sang juru selamat! Hamba siap menerima perintah!"
  271.  
  272. "Hmm? Barusan kamu bilang kalau siap menerima perintah, 'kan? Baiklah."
  273.  
  274. Sambil memandang Tozaki yang tampak sedang memohon pertolongan dewa, aku berkata,
  275.  
  276. "Kamu harus membantu kami menghilangkan semua gosip buruk yang ditujukan pada Ayame."
  277.  
  278. "Perkataan Baginda adalah titah bagi hamba! Eh .... Meng-menghilangkan semua gosip?"
  279.  
  280. "Benar, menghilangkan semua gosip yang sudah terlanjur menyebar ke seluruh sekolah. Termasuk gosip soal 'bekas orang' dan praktik jual diri itu. Gosip-gosip tersebut enggak punya sumber yang valid."
  281.  
  282. "Oh, jadi sumbernya enggak valid, toh? Tapi gosip tersebut sekarang sudah dianggap seperti cerita sungguhan. Jadi sulit rasa—"
  283.  
  284. "Ayame, kamu masih mau memukulnya?"
  285.  
  286. "Setop! Tolong jangan pakai kekerasan! Oke, oke! Meski menyelam ke dasar lautan ataupun melintasi kobaran api, bakal kulakukan!"
  287.  
  288. Tegasnya seolah anjing yang sedang dikandangkan. Baiklah, ini artinya dia setuju.
  289.  
  290. "Syukurlah kalau kamu bisa mengerti. Tapi kalau sampai berkhianat, kamu tahu sendiri akibatnya, 'kan?"
  291.  
  292. "Baik, Mas! Baik, Mbak!"
  293.  
  294. Anak ini sepertinya mulai berlebihan, tapi enggak apa-apa, deh. Seenggaknya aku bisa melepaskan kuncianku pada lengannya.
  295.  
  296. "Tadi kamu bilang kalau mau menghilangkan semua gosip buruk Ayame. Lalu bagaimana caranya? Apa berkeliling sekolah sambil mengumumkan yang sebenarnya ke semua orang, begitu?"
  297.  
  298. Tozaki menoleh menghadapku dengan wajah penuh rasa ingin tahu.
  299.  
  300. "Hmm .... Berkeliling sekolah sambil memberi pengumuman .... Cara seperti itu bisa menimbulkan masalah. Lagi pula, orang-orang juga enggak bakal begitu percaya."
  301.  
  302. "Ya sudah, bagaimana kalau kita diskusikan ini di kelas saja?"
  303.  
  304. "Kita mungkin perlu membuat perencanaannya sekarang. Tapi kalau mendiskusikannya di dalam kelas, takutnya nanti kita dianggap sedang merencanakan sesuatu yang buruk. Saranku, lebih baik kita diskusikan di tempat yang lebih punya privasi."
  305.  
  306. "Memangnya di mana lagi? Apa ada tempat di mana kita bisa duduk dengan nyaman bersama?"
  307.  
  308. Di saat itu, Ayame mulai bicara tanpa pikir panjang.
  309.  
  310. "Bagaimana kalau di ruang ekskul yang sering dipakai Aramiya?"
  311.  
  312. "Eh, tunggu, ruangan itu—"
  313.  
  314. Bisa-bisanya mengajukan ruangan itu?! Itu adalah surgaku! Seenaknya mau merebut tempat itu dari—
  315.  
  316. "Oh, boleh juga. Lagi pula, ruangan itu cukup luas."
  317.  
  318. "Hei, tunggu, Hatsushiba."
  319.  
  320. "Benarkah itu, Aramiya? Jadi kamu punya ruang ekskul, toh. Ya sudah, di situ saja."
  321.  
  322. "Tunggu, Tozaki! Apa kamu mau coba balas dendam soal tadi, hah?! Apa mau kutinju perutmu?!"
  323.  
  324. "Lo, bukankah niatmu itu mau menolong Ayame? Jangan setengah-setengah dong."
  325.  
  326. Ternyata dia masih punya nyali untuk berkoar. Rasanya ingin kutampar saja wajahnya itu.
  327.  
  328. Di sisi lain, Ayame langsung memalingkan pandangan karena merasa bersalah. Dia mungkin jadi enggak enak hati karena sudah bicara tanpa berpikir dulu. Tapi nasi sudah menjadi bubur.
  329.  
  330. Karena dia sampai bersikap begitu, aku pun cuma bisa terima saja ....
  331.  
  332. "... astaga ..., oke, baiklah .... Tapi awas saja kamu kalau masalah ini sudah kelar."
  333.  
  334. Aku sudah banyak berkorban. Memberi izin pada orang lain untuk memasuki wilayah keramatku adalah hal yang harus mereka syukuri.
  335.  
  336. "Siap! Jadi mulai sekarang kita akan menghilangkan gosip buruk mengenai Kotton. Apa boleh misi ini kita namakan 'Gossip Sweeper'?"
  337.  
  338. Entah dia barusan sedang mengigau atau apa, yang jelas kini dia tampak senang sekali. Apa enggak ada lagi nama yang enggak terlalu mencolok seperti tadi?
  339.  
  340. "Aku juga enggak tahu mesti berbuat apa ..., tapi karena yang dijuluki 'bekas orang' itu aku, maka aku akan berusaha sebaik-baiknya."
  341.  
  342. "Bagus, kita mulai misi ini besok. Hari ini cukup kita isi dengan hal menyenangkan saja. Tozaki, besok tolong siapkan seenggaknya sepuluh rencana, ya?"
  343.  
  344. "Se-sepuluh?! Oi, itu kebanyakan—"
  345.  
  346. "Ayame, aku baru saja menemukan samsak daging."
  347.  
  348. "Waduh! Oke, oke! Itu biar aku yang urus! Memakai kekerasan itu enggak keren, tahu?!"
  349.  
  350. Sementara ini, lebih baik menjadikan Ayame sebagai tameng supaya Tozaki mau mendengarkan. Ternyata itu cukup ampuh.
  351.  
  352. Meski lama-kelamaan aku jadi kasihan padanya, tapi anggap saja itu karma buatnya karena sudah membuat julukan sekejam itu pada seorang gadis. Biarkan saja, deh.
  353.  
  354. "Kita bakal adakan rapat untuk mencari cara menghilangkan gosip buruk seputar Ayame termasuk soal praktik jual dirinya. Selain itu, kita juga bakal membahas cara agar dia bisa menjalani masa SMA-nya tanpa ada orang bodoh yang mencari gara-gara padanya. Kalau misi utama kita belum terlaksana, hidup Ayame bakal sama saja seperti sebelumnya. Kita bakal atasi ini sebelum liburan musim panas dimulai. Mulai sekarang ini semua adalah tujuan kita."
  355.  
  356. Soalnya saat musim panas, banyak 'game-game' bagus yang dirilis. Itu sebabnya misi ini harus tuntas sebelum musim panas dimulai.
  357.  
  358. "Siap. Tunggu saja, Kotton. Akan kupastikan masa-masa SMA-mu bakal menyenangkan hingga kita lulus nanti!"
  359.  
  360. Pipi Ayame perlahan semakin memerah karena malu.
  361.  
  362. "Teman-teman, maaf sampai membuat kalian bersusah payah demi aku ...."
  363.  
  364. "Enggak usah terlalu dipikirkan, Ayame. Sebenarnya ini bukan cuma demi kamu. Aku cuma enggak suka gosip yang beredar tentangmu itu sangat jauh dari kebenaran."
  365.  
  366. Setelah selesai mengatakannya, baik Hatsushiba maupun Tozaki sama-sama memandangku layaknya seorang gadis 'tsundere'.
  367.  
  368. "Kenapa kalian melihatku seperti itu?!"
  369.  
  370. Sebaliknya, Ayame justru tersenyum seolah sedang melihal hal jenaka.
  371.  
  372. Bisa dibilang kalau selama di sekolah ini waktuku banyak kuhabiskan dengan tidur di kelas, tapi anggap saja kalau masa-masa itu sudah berlalu.
  373.  
  374.  
  375. ♦♦♦
  376.  
  377.  
  378. Setelah pelajaran berakhir, aku pun pulang bareng Ayame.
  379.  
  380. Hari ini aku benar-benar capek sampai-sampai harus meninggalkan kegiatan ekskul-ku. Hatsushiba juga harus segera pulang karena ada pekerjaan mengisi suara yang sedang menunggunya.
  381.  
  382. "Tolong jaga Kotton, ya."
  383.  
  384. Dia mengingatkanku. Rasanya perih juga saat dia berkata begitu.
  385.  
  386. "Sudah, sudah. Jangan terlalu berlebihan."
  387.  
  388. "Iya, betul."
  389.  
  390. Aku setuju dengan Ayame.
  391.  
  392. "Aramiya, habis ini kamu mau apa?"
  393.  
  394. "Aku cuma mau pulang terus tidur. Rasanya capek banget ...."
  395.  
  396. "Iya, aku juga merasa mengantuk."
  397.  
  398. Ini bukan pertama kalinya aku bergadang semalaman. Aku bahkan sering enggak sengaja tertidur selama pelajaran. Tapi untuk kali ini, aku merasa seperti habis-habisan.
  399.  
  400. Bagian di mana aku dipukuli ini masih terasa sakit.
  401.  
  402. ... tapi yang paling parah adalah saat aku hampir disodomi .... Jujur, aku masih syok. Entah, mungkin kalau saat itu aku enggak sadarkan diri ..., apa kesucianku sudah terenggut? Mungkin seperti inilah yang dirasakan Ayame dulu. Dia mungkin jauh lebih terguncang dibandingkan aku.
  403.  
  404. "Hei."
  405.  
  406. Tegur Ayame tanpa memberiku kesempatan untuk sadar secara penuh.
  407.  
  408. "Hmm?"
  409.  
  410. "Bagaimana kalau ...."
  411.  
  412. Ayame lalu menundukkan kepalanya. Dia tampak khawatir ingin berbicara.
  413.  
  414. "Bagaimana kalau aku memang enggak perawan, apa kamu masih mau menolongku?"
  415.  
  416. "... jangan tanya yang aneh-aneh."
  417.  
  418. "Ayolah. Aku benar-benar penasaran."
  419.  
  420. Oh, aku paham maksudnya.
  421.  
  422. Kalau melihat ada seorang gadis yang sedang terancam di hadapan kita, kita pasti bakal segera berusaha menyelamatkannya.
  423.  
  424. Enggak peduli dia masih perawan atau enggak.
  425.  
  426. Kalau dipikir lagi, penyebab aku membenci gadis yang sudah enggak perawan adalah karena mereka yang memperdayaiku. Tapi saat aku mulai duduk di bangku SMP, pikiranku pun sudah mulai dewasa. Kalau bukan itu penyebabnya, berarti itu karena gadis jalang yang ternyata sudah punya pacar itu yang terus saja membuat alasan padaku.*
  427.  
  428. (*Fujiaki Shiori, tokoh wanita dalam 'eroge' yang dimainkan Seiichi sebelumnya.)
  429.  
  430. Yah, aku yang dulu memang angkuh dan bodoh. Selama ini aku mencari gadis perawan seakan itu harapan terakhirku. Mungkin selama ini aku begitu mengharap seorang perawan datang dan membuatku bahagia.
  431.  
  432. Tapi aku malah bertemu dengan tipe yang kubenci dan mulai melakukan banyak hal bersamanya. Meski begitu, sisi dalam diriku sudah berubah hingga enggak bisa kugambarkan dengan pasti.
  433.  
  434. "Memangnya ada yang sudi menolong?"
  435.  
  436. Sebenarnya aku enggak sanggup menjawabnya, karena itu aku asal bicara saja.
  437.  
  438. "Oh, yang benar?"
  439.  
  440. Meski aku menjawab seperti tadi pun, Ayame masih terlihat senang.
  441.  
  442. Kurasa gadis ini sudah begitu bersemangat.
  443.  
  444. "Ya sudah. Boleh aku minta satu hal padamu?"
  445.  
  446. Ucapnya ragu-ragu padaku.
  447.  
  448. ... yah, untuk hari ini saja, aku bakal menuruti keinginannya karena dia sudah menolongku.
  449.  
  450. "Yah, kalau itu enggak memberatkanku, enggak masalah."
  451.  
  452. "Ka-kalau begitu ...."
  453.  
  454. Memangnya dia mau minta apa?
  455.  
  456. Memintaku untuk jadi pacarnya? Memintaku untuk membelikannya 'eroge'? Atau memintaku kencan dengannya?
  457.  
  458. Asal itu enggak di luar kemampuanku, aku, sih, siap saja ....
  459.  
  460. "Boleh aku minta nomor ponsel dan alamat surel-mu?"
  461.  
  462. Ternyata dia meminta hal yang biasa-biasa saja.
  463.  
  464. "Eh? Nomor ponsel dan alamat surel ...?"
  465.  
  466. "I-iya. Enggak boleh, ya?"
  467.  
  468. "Bukan, bukannya enggak boleh, tapi .... Baiklah, nih."
  469.  
  470. "Syukurlah ...."
  471.  
  472. Dia langsung tersenyum bahagia.
  473.  
  474. Melihatnya tersenyum begini membuat hatiku terenyuh. Padahal yang dimintanya itu cuma hal kecil.
  475.  
  476. Itu sesuatu yang bisa didapatkannya kapan pun dia minta.
  477.  
  478. Kebetulan saja, kami belum pernah saling bertukar nomor ponsel. Kenapa hal semacam ini malah sebegitunya dia minta?
  479.  
  480. "Dengan ini, aku bisa menghubungimu kapan pun, Aramiya. Aku pun bisa mengirim SMS padamu."
  481.  
  482. "Apa kamu sesenang itu?"
  483.  
  484. "Ya, aku senang."
  485.  
  486. Dia memencet tombol-tombol di ponsel-nya itu dengan wajah bahagia. Setelahnya, dia menyambungkan ponsel-nya dengan ponsel-ku via 'infrared'.
  487.  
  488. Setelah tersambung, dengan kedua tangannya, dia pegang ponsel-nya tersebut dengan hati-hati.
  489.  
  490. Sial, setiap gerak-gerik maupun ekspresinya itu terlihat menggemaskan.
  491.  
  492. "...."
  493.  
  494. Sampai saat ini aku masih berkutat pada idealisme 2D yang kuanut.
  495.  
  496. Enggak kusangka bisa sampai sedekat ini dengan gadis 3D.
  497.  
  498. Akan tetapi, saat memandang Ayame, 'harapan itu' perlahan semakin membesar.
  499.  
  500. Yah ....
  501.  
  502. Suatu hari, bakal ada masanya di mana aku bisa akrab dengan dunia 3D.
  503.  
  504. Bakal ada masanya di mana Ayame mampu melintasi batas antara dunia 2D dengan dunia 3D, dan menjadi gadis yang kuimpikan.
  505.  
  506. Entah seperti apa masa depan yang bakal menghampiriku ....
  507.  
  508. "Sesampainya di rumah, aku SMS, ya!"
  509.  
  510. "Oke."
  511.  
  512. "Dibalas, lo."
  513.  
  514. "Iya, kalau aku enggak tidur."
  515.  
  516. Meski begitu ....
  517.  
  518. Hubungan kami ini sedikit demi sedikit mungkin bakal maju selangkah lebih jauh.
  519.  
  520. Dan meski kami enggak bisa mencapai garis finisnya ....
  521.  
  522. Atau entah apa garis finis itu memang ada ....
  523.  
  524. Tapi untuk saat ini kurasa itu bukanlah masalah.
  525.  
  526. Karena sewaktu kuhabiskan waktuku bersamanya, aku merasa segalanya jadi menyenangkan.
  527.  
  528. "Soalnya aku perlu memberitahumu kalau kini aku sedang jatuh cinta!"
  529.  
  530. Ayame pun lalu tersenyum ceria di hadapanku.
  531.  
  532. (https://goo.gl/8LvvjJ)
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement