Advertisement
arsel

TUHAN MENURUT EMHA AINUN NAJIB

Apr 28th, 2012
171
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 22.66 KB | None | 0 0
  1. TUHAN MENURUT EMHA AINUN NAJIB
  2. Tuhan Ndak Butuh Apa-apa
  3.  
  4. Sejumlah parpol mengalami perkembangan, sejumlah parpol mengalami penurunan, dsb. Tadi malam saya didatangi teman-teman PKS dan mereka, selama menjelang pemilu, disinisi oleh sesama partai Islam, karena caleg mereka yang di Irian Jaya, 30% adalah penganut Katolik, dan jumlahnya cukup besar. Itu dijadikan alat untuk menjelekkan PKS dst.
  5.  
  6. Apakah PKS termasuk yang akan membawa syariat Islam? Seandainya PKS pun membawa syariat Islam, saya setuju-setuju saja syariat Islam diterapkan.
  7.  
  8. Tahu nggak syariat Islam itu apa?
  9.  
  10. Syariat Islam itu adalah sebuah otoritas yang membuat orang Kristen bisa menjadi orang Kristen. Syariat Islam adalah, Anda mau milih gatoloco, pilihlah gatoloco. Yang mau milih agamanya Anand Krishna, pilihlah Anand Krishna. Itulah syariat Islam. Syariat Islam adalah satu peluang dimana setiap manusia, "laa ikrahaa fiddiin qad tabbayyanaa rusydu minal ghaiy", sudah jelas baik dan buruk bagi setiap orang dengan keyakinannya masing-masing dan setiap orang berhak memilih pilihannya masing-masing. Dan itu dijamin oleh syariat Islam.
  11.  
  12. Jadi kalau ada syariat Islam kok memaksa orang jadi Islam, itu bukan syariat Islam. Asal syariat Islam seperti itu ya ndak masalah, to? Kalau mau maling, malingo sak karep-mu, cuman kalau ketemon aku, tak kaplok, gitu saja...
  13.  
  14. Artinya hukum berlaku, akal sehat berlaku, cinta berlaku, kebencian berlaku, tapi masing-masing dengan resikonya sendiri-sendiri. Benci boleh nggak? Boleh-boleh juga, cuman ada resikonya. Anda ngentutin Tuhan itu boleh kok, dengan resiko masuk neraka... Tiap hari pekerjaan Tuhan dihina kan?
  15.  
  16. Orang bikin karya seni dengan gambar bagus, musik bagus, tapi tidak ada yang untuk Tuhan sama sekali. Padahal yang kasih kreativitas Tuhan, yang kasih warna Tuhan, yang kasih semua Tuhan, tapi tidak ada yang untuk Tuhan sama sekali. Dan Tuhan setiap hari dihina dan Tuhan setiap hari tidak merasa terhina oleh hinaan itu.
  17.  
  18. Jadi Tuhan tidak butuh Anda, mau baik mau buruk, Tuhan tidak butuh, itu urusanmu masing-masing, engkaulah yang butuh. Kalau kamu sembahyang taat sama Dia, Tuhan tidak besar kepala, dan tidak menjadi lebih besar. Anda benci sama Tuhan, dan berkhianat sama Tuhan, Tuhan ndak pathe'en juga, sak karep-mu... Tuhan itu tidak butuh apa-apa dan tidak akan berkurang kebesaran-Nya maupun keagungan-Nya oleh segala kelakuan kita. Tuhan tidak butuh demokratis, Tuhan tidak terikat sama siapa-siapa. Mau diktator boleh, mau demokratis boleh, wong punya-punyaKu sendiri, Aku buat-buat sendiri. Jadi Dia berhak untuk diktator. Tuhan itu, satu-satunya yang berhak untuk diktator.
  19.  
  20. Anand Krishna ditakdirkan untuk hidup di Indonesia, terserah Tuhan, tidak ditaruh di Etiophia, tidak ditaruh dimana, itu terserah Tuhan. Tergantung negosiasi kalian sama Tuhan, dan terserah Dia juga.
  21.  
  22. Ndak ada masalah kan itu?
  23.  
  24. Emha Ainun Najib
  25. Kenduri Cinta, 09 April 2004
  26. "Jakarta jauh lebih pantas mendapat bencana itu dibanding Aceh. Jadi, kenapa Aceh, bukan aku dan Jakarta?"
  27. "Penderitaan adalah setoran termahal dari manusia kepada Tuhannya sehingga derajat orang Aceh ditinggikan, sementara kalian ditinggalkan untuk terus menjalani kerendahan."
  28. Gunung Jangan Pula Meletus
  29. Oleh Emha Ainun Nadjib
  30. KHUSUS untuk bencana Aceh, saya terpaksa menemui Kiai Sudrun. Apakah kata mampu mengucapkan kedahsyatannya? Apakah sastra mampu menuturkan kedalaman dukanya? Apakah ilmu sanggup menemukan dan menghitung nilai-nilai kandungannya?
  31. Wajah Sudrun yang buruk dengan air liur yang selalu mengalir pelan dari salah satu sudut bibirnya hampir membuatku marah. Karena tak bisa kubedakan apakah ia sedang berduka atau tidak. Sebab, barang siapa tidak berduka oleh ngerinya bencana itu dan oleh kesengsaraan para korban yang jiwanya luluh lantak terkeping- keping, akan kubunuh.
  32. "Jakarta jauh lebih pantas mendapat bencana itu dibanding Aceh!," aku menyerbu.
  33. "Kamu juga tak kalah pantas memperoleh kehancuran," Sudrun menyambut dengan kata- kata yang, seperti biasa, menyakitkan hati.
  34. "Jadi, kenapa Aceh, bukan aku dan Jakarta?"
  35. "Karena kalian berjodoh dengan kebusukan dunia, sedang rakyat Aceh dinikahkan dengan surga."
  36. "Orang Aceh-lah yang selama bertahun-tahun terakhir amat dan paling menderita dibanding kita senegara, kenapa masih ditenggelamkan ke kubangan kesengsaraan sedalam itu?"
  37. "Penderitaan adalah setoran termahal dari manusia kepada Tuhannya sehingga derajat orang Aceh ditinggikan, sementara kalian ditinggalkan untuk terus menjalani kerendahan."
  38. "Termasuk Kiai...."
  39. Cuh! Ludahnya melompat menciprati mukaku. Sudah biasa begini. Sejak dahulu kala. Kuusap dengan kesabaran.
  40. "Kalau itu hukuman, apa salah mereka? Kalau itu peringatan, kenapa tidak kepada gerombolan maling dan koruptor di Jakarta? Kalau itu ujian, apa Tuhan masih kurang kenyang melihat kebingungan dan ketakutan rakyat Aceh selama ini, di tengah perang politik dan militer tak berkesudahan?"
  41. Sudrun tertawa terkekeh-kekeh. Tidak kumengerti apa yang lucu dari kata-kataku. Badannya terguncang-guncang.
  42. "Kamu mempersoalkan Tuhan? Mempertanyakan tindakan Tuhan? Mempersalahkan ketidakadilan Tuhan?" katanya.
  43. Aku menjawab tegas, "Ya."
  44. "Kalau Tuhan diam saja bagaimana?"
  45. "Akan terus kupertanyakan. Dan aku tahu seluruh bangsa Indonesia akan terus mempertanyakan."
  46. "Sampai kapan?"
  47. "Sampai kapan pun!"
  48. "Sampai mati?"
  49. "Ya!"
  50. "Kapan kamu mati?"
  51. "Gila!"
  52. "Kamu yang gila. Kurang waras akalmu. Lebih baik kamu mempertanyakan kenapa ilmumu sampai tidak mengetahui akan ada gempa di Aceh. Kamu bahkan tidak tahu apa yang akan kamu katakan sendiri lima menit mendatang. Kamu juga tidak tahu berapa jumlah bulu ketiakmu. Kamu pengecut. Untuk apa mempertanyakan tindakan Tuhan. Kenapa kamu tidak melawanNya. Kenapa kamu memberontak secara tegas kepada Tuhan. Kami menyingkir dari bumiNya, pindah dari alam semestaNya, kemudian kamu tabuh genderang perang menantangNya!"
  53. "“Aku ini, Kiai!" teriakku, "datang kemari, untuk merundingkan hal-hal yang bisa menghindarkanku dari tindakan menuduh Tuhan adalah diktator dan otoriter...."
  54. Sudrun malah melompat- lompat. Yang tertawa sekarang seluruh tubuhnya. Bibirnya melebar-lebar ke kiri-kanan mengejekku.
  55. "Kamu jahat," katanya, "karena ingin menghindar dari kewajiban."
  56. "Kewajiban apa?"
  57. "Kewajiban ilmiah untuk mengakui bahwa Tuhan itu diktator dan otoriter. Kewajiban untuk mengakuinya, menemukan logikanya, lalu belajar menerimanya, dan akhirnya memperoleh kenikmatan mengikhlaskannya. Tuhan-lah satu-satunya yang ada, yang berhak bersikap diktator dan otoriter, sebagaimana pelukis berhak menyayang lukisannya atau merobek-robek dan mencampakkannya ke tempat sampah. Tuhan tidak berkewajiban apa- apa karena ia tidak berutang kepada siapa-siapa, dan keberadaanNya tidak atas saham dan andil siapa pun. Tuhan tidak terikat oleh baik buruk karena justru Dialah yang menciptakan baik buruk. Tuhan tidak harus patuh kepada benar atau salah, karena benar dan salah yang harus taat kepadaNya. Ainun, Ainun, apa yang kamu lakukan ini? Sini, sini..."-ia meraih lengan saya dan menyeret ke tembok-"Kupinjamkan dinding ini kepadamu...."
  58. "Apa maksud Kiai?," aku tidak paham.
  59. "Pakailah sesukamu."
  60. "Emang untuk apa?"
  61. "Misalnya untuk membenturkan kepalamu...."
  62. "Sinting!"
  63. "Membenturkan kepala ke tembok adalah tahap awal pembelajaran yang terbaik untuk cara berpikir yang kau tempuh."
  64. Ia membawaku duduk kembali.
  65. "Atau kamu saja yang jadi Tuhan, dan kamu atur nasib terbaik untuk manusia menurut pertimbanganmu?," ia pegang bagian atas bajuku.
  66. "Kamu tahu Muhammad?", ia meneruskan, "Tahu? Muhammad Rasulullah shallallahu ’alaihi wa alihi wasallah, tahu? Ia manusia mutiara yang memilih hidup sebagai orang jelata. Tidak pernah makan kenyang lebih dari tiga hari, karena sesudah hari kedua ia tak punya makanan lagi. Ia menjahit bajunya sendiri dan menambal sandalnya sendiri. Panjang rumahnya 4,80 cm, lebar 4,62 cm. Ia manusia yang paling dicintai Tuhan dan paling mencintai Tuhan, tetapi oleh Tuhan orang kampung Thaif diizinkan melemparinya dengan batu yang membuat jidatnya berdarah. Ia bahkan dibiarkan oleh Tuhan sakit sangat panas badan oleh racun Zaenab wanita Yahudi. Cucunya yang pertama diizinkan Tuhan mati diracun istrinya sendiri. Dan cucunya yang kedua dibiarkan oleh Tuhan dipenggal kepalanya kemudian kepala itu diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer sehingga ada dua kuburannya. Muhammad dijamin surganya, tetapi ia selalu takut kepada Tuhan sehingga menangis di setiap sujudnya. Sedangkan kalian yang pekerjaannya mencuri, kelakuannya penuh kerendahan budaya, yang politik kalian busuk, perhatian kalian kepada Tuhan setengah-setengah, menginginkan nasib lebih enak dibanding Muhammad? Dan kalau kalian ditimpa bencana, Tuhan yang kalian salahkan?"
  67. Tangan Sudrun mendorong badan saya keras-keras sehingga saya jatuh ke belakang.
  68. "Kiai," kata saya agak pelan, "Aku ingin mempertahankan keyakinan bahwa icon utama eksistensi Tuhan adalah sifat Rahman dan Rahim...."
  69. "Sangat benar demikian," jawabnya, "Apa yang membuatmu tidak yakin?"
  70. "Ya Aceh itu, Kiai, Aceh.... Untuk Aceh-lah aku bersedia Kiai ludahi."
  71. "Aku tidak meludahimu. Yang terjadi bukan aku meludahimu. Yang terjadi adalah bahwa kamu pantas diludahi."
  72. "Terserah Kiai, asal Rahman Rahim itu...."
  73. "Rahman cinta meluas, Rahim cinta mendalam. Rahman cinta sosial, Rahim cinta lubuk hati. Kenapa?"
  74. "Aceh, Kiai, Aceh."
  75. "Rahman menjilat Aceh dari lautan, Rahim mengisap Aceh dari bawah bumi. Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera dipisahkan oleh Tuhan dari dunia. Ribuan malaikat mengangkut mereka langsung ke surga dengan rumah-rumah cahaya yang telah tersedia. Kepada saudara- saudara mereka yang ditinggalkan, porak poranda kampung dan kota mereka adalah medan pendadaran total bagi kebesaran kepribadian manusia Aceh, karena sesudah ini Tuhan menolong mereka untuk bangkit dan menemukan kembali kependekaran mereka. Kejadian tersebut dibikin sedahsyat itu sehingga mengatasi segala tema Aceh Indonesia yang menyengsarakan mereka selama ini. Rakyat Aceh dan Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang memenjarakan mereka selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu, sehingga akan lahir keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua pihak".
  76. "Tetapi terlalu mengerikan, Kiai, dan kesengsaraan para korban sukar dibayangkan akan mampu tertanggungkan."
  77. "Dunia bukan tempat utama pementasan manusia. Kalau bagimu orang yang tidak mati adalah selamat sehingga yang mati kamu sebut tidak selamat, buang dulu Tuhan dan akhirat dari konsep nilai hidupmu. Kalau bagimu rumah tidak ambruk, harta tidak sirna, dan nyawa tidak melayang, itulah kebaikan; sementara yang sebaliknya adalah keburukan– berhentilah memprotes Tuhan, karena toh Tuhan tak berlaku di dalam skala berpikirmu, karena bagimu kehidupan berhenti ketika kamu mati."
  78. "Tetapi kenapa Tuhan mengambil hamba-hambaNya yang tak berdosa, sementara membiarkan para penjahat negara dan pencoleng masyarakat hidup nikmat sejahtera?"
  79. "Mungkin Tuhan tidak puas kalau keberadaan para pencoleng itu di neraka kelak tidak terlalu lama. Jadi dibiarkan dulu mereka memperbanyak dosa dan kebodohannya. Bukankah cukup banyak tokoh negerimu yang baik yang justru Tuhan bersegera mengambilnya, sementara yang kamu doakan agar cepat mati karena luar biasa jahatnya kepada rakyatnya malah panjang umurnya?"
  80. "Gusti Gung Binathoro!," saya mengeluh, "Kami semua dan saya sendiri, Kiai, tidaklah memiliki kecanggihan dan ketajaman berpikir setakaran dengan yang disuguhkan oleh perilaku Tuhan."
  81. "Kamu jangan tiba-tiba seperti tidak pernah tahu bagaimana pola perilaku Tuhan. Kalau hati manusia berpenyakit, dan ia membiarkan terus penyakit itu sehingga politiknya memuakkan, ekonominya nggraras dan kebudayaannya penuh penghinaan atas martabat diri manusia sendiri-maka Tuhan justru menambahi penyakit itu, sambil menunggu mereka dengan bencana yang sejati yang jauh lebih dahsyat. Yang di Aceh bukan bencana pada pandangan Tuhan. Itu adalah pemuliaan bagi mereka yang nyawanya diambil malaikat, serta pencerahan dan pembangkitan bagi yang masih dibiarkan hidup."
  82. "Bagi kami yang awam, semua itu tetap tampak sebagai ketidakadilan...."
  83. "Alangkah dungunya kamu!" Sudrun membentak, "Sedangkan ayam menjadi riang hatinya dan bersyukur jika ia disembelih untuk kenikmatan manusia meski ayam tidak memiliki kesadaran untuk mengetahui, ia sedang riang dan bersyukur."
  84. "Jadi, para koruptor dan penindas rakyat tetap aman sejahtera hidupnya?"
  85. "Sampai siang ini, ya. Sebenarnya Tuhan masih sayang kepada mereka sehingga selama satu dua bulan terakhir ini diberi peringatan berturut-turut, baik berupa bencana alam, teknologi dan manusia, dengan frekuensi jauh lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, karena itu semua tidak menjadi pelajaran, mungkin itu menjadikan Tuhan mengambil keputusan untuk memberi peringatan dalam bentuk lebih dahsyat. Kalau kedahsyatan Aceh belum mengguncangkan jiwa Jakarta untuk mulai belajar menundukkan muka, ada kemungkinan...."
  86. "Jangan pula gunung akan meletus, Kiai!" aku memotong, karena ngeri membayangkan lanjutan kalimat Sudrun.
  87. "Bilang sendiri sana sama gunung!" ujar Sudrun sambil berdiri dan ngeloyor meninggalkan saya.
  88. "Kiai!" aku meloncat mendekatinya, "Tolong katakan kepada Tuhan agar beristirahat sebentar dari menakdirkan bencana-bencana alam...."
  89. "Kenapa kau sebut bencana alam? Kalau yang kau salahkan adalah Tuhan, kenapa tak kau pakai istilah bencana Tuhan?"
  90. Sudrun benar-benar tak bisa kutahan. Lari menghilang.
  91. Emha Ainun Nadjib Budayawan
  92. Syair Penjual Kacang
  93. Senin, 10 September, 2007 in Artikel
  94.  
  95.  
  96.  
  97. Al-Habib, seorang yang dikasihi oleh banyak orang dan senantiasa didambakan kemuliaan hatinya, malam itu mengimami shalat Isya’ suatu jamaah yang terdiri dari para pejabat negara dan pemuka masyarakat.
  98. Berbeda dengan adatnya, sesudah tahiyyat akhir diakhiri dengan salam, Al-Habib langsung membalikkan tubuhnya, menghadapkan wajahnya kepada para jamaah dan menyorotkan matanya tajam-tajam.
  99. ”Salah satu dari kalian keluarlah sejenak dari ruangan ini,” katanya, ”Di halaman depan sedang berdiri seorang penjual kacang godok. Keluarkan sebagian dari uang kalian, belilah barang beberapa bungkus.”
  100. Beberapa orang langsung berdiri dan berlari keluar, dan kembali ke ruangan beberapa saat kemudian.
  101. ”Makanlah kalian semua,” lanjut Al-Habib, ”Makanlah biji-biji kacang itu, yang diciptakan oleh Allah dengan kemuliaan, yang dijual oleh kemuliaan, dan dibeli oleh kemuliaan.”
  102. Para jamaah tak begitu memahami kata-kata Al-Habib, sehingga sambil menguliti dan memakan kacang, wajah mereka tampak kosong.
  103. ”Setiap penerimaan dan pengeluaran uang,” kata Al-Habib, ”hendaklah dipertimbangkan berdasarkan nilai kemuliaan. Bagaimana mencari uang, bagaimana sifat proses datangnya uang ke saku kalian, untuk apa dan kepada siapa uang itu dibelanjakan atau diberikan, akan menjadi ibadah yang tinggi derajatnya apabila diberangkatkan dari perhitungan untuk memperoleh kemuliaan.”
  104. ”Tetapi ya Habib,” seseorang bertanya, ”apa hubungannya antara kita beli kacang malam ini dengan kemuliaan?”
  105. Al-Habib menjawab, ”Penjual kacang itu bekerja sampai nanti larut malam atau bahkan sampai menjelang pagi. Ia menyusuri jalanan, menembus gang-gang kota dan kampung-kampung. Di malam hari pada umumnya orang tidur, tetapi penjual kacang itu amat yakin bahwa Allah membagi rejeki bahkan kepada seekor nyamuk pun. Itu taqwa namanya.
  106. Berbeda dari sebagian kalian yang sering tak yakin akan kemurahan Allah, sehingga cemas dan untuk menghilangkan kecemasan dalam hidupnya ia lantas melakukan korupsi, menjilat atasan serta bersedia melakukan dosa apa pun saja asal mendatangkan uang.”
  107. Suasana menjadi hening. Para jamaah menundukkan kepala dalam-dalam. Dan Al-Habib meneruskan, ”Istri dan anak penjual kacang itu menunggu di rumah, menunggu dua atau tiga rupiah hasil kerja semalaman. Mereka ikhlas dalam keadaan itu. Penjual kacang itu tidak mencuri atau memperoleh uang secara jalan pintas lainnya. Kalau ia punya situasi mental pencuri, tidaklah ia akan tahan berjam-jam berjualan.”
  108. ”Punyakah kalian ketahanan mental setinggi itu?” Al-Habib bertanya, ”Lebih muliakah kalian dibanding penjual kacang itu, atau ia lebih mulia dari kalian? Lebih rendahkah derajat penjual kacang itu dibandingkan kalian, atau di mata Allah ia lebih tinggi maqam-nya dari kalian? Kalau demikian, kenapa di hati kalian selalu ada perasaan dan anggapan bahwa seorang penjual kacang adalah orang rendah dan orang kecil?”
  109. Dan ketika akhirnya Al-Habib mengatakan, ”Mahamulia Allah yang menciptakan kacang, sangat mulia si penjual itu dalam pekerjaannya, serta mulia pulalah kalian yang membeli kacang berdasar makrifat terhadap kemuliaan…” – salah seorang berteriak, melompat dan memeluk tubuh Al-Habib erat-erat.
  110. 1987 (Emha Ainun Nadjib)
  111. CARA MENGECILKAN PERUT
  112. WEBSITE INI MEMBAHAS CARA MENGECILKAN PERUT YANG TERBAIK DAN YANG PALING SEDERHANA HINGGA CARA PENGECILAN PERUT YANG MODERN. GUNAKAN FITUR SEARCH UNTUK MENCARI METODE YANG ANDA INGINKAN. SEMUA METODE DALAM WEBSITE INI MERUPAKAN HASIL REKOMENDASI PARA MEMBER MILIS.
  113. Enter your search terms Submit search form
  114.  
  115. Web
  116. CARA MENGECILKAN PERUT
  117.  
  118.  
  119.  
  120. « Home | [Xtra-L_Community_Indonesia] Undangan dari Cosmo M... »
  121.  
  122. 2008년 1월 30일 수요일
  123. [Xtra-L_Community_Indonesia] Tulisan Emha Ainun Nadjib
  124. berikut adalah tulisan Cak Nun di Koran Sindo 18 Jan 2008. Menjelang
  125. wafatnya Pak Harto :
  126. ------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
  127. Selamat Tinggal Pak Harto
  128. SAAT berumur 4-9 tahun,kalau malam saya tidur di langgar (musala).
  129. Kalau tidur siang, saya memilih di kuburan atau tepi sungai, tanggul
  130. Kali Gede.Ayah saya punya sekolah dasar (SD),tetapi saya bersekolah
  131. di sekolah tetangga desa jauh.
  132. Berangkat dan pulang melintas tiga kali hamparan sawah, dan pada
  133. suatu siang yang sangat terik, karena haus, tiba-tiba saja saya
  134. mengambil sebuah krai (mentimun hijau) dan langsung saya makan.
  135. Ternyata ada pemilik sawah itu,marah- marah, meneriaki saya sebagai
  136. pencuri dan saya lari pontang-panting.
  137. Sampai rumah,sambil gemetar saya ke langgar dan salat dhuhur untuk
  138. minta ampun kepada Allah.Tetapi rupanya Ibu saya sudah menunggu di
  139. luar langgar. Begitu saya selesai salat, beliau langsung ambil
  140. tangan saya sambil menjewer telinga saya: diseret ke jalan, sampai
  141. jauh, ternyata menuju rumah Pak Tani pemilik tanaman krai.
  142. Saya disuruh menceritakan kembali kepada Pak Tani apa yang saya
  143. lakukan, kemudian saya harus minta maaf. Ibu saya juga menambahkan
  144. permintaan maaf kepada Pak Tani krai. Baru kemudian Ibu saya
  145. tersenyum, mengajak saya pulang,langsung diantar ke langgar lagi dan
  146. diperintahkan untuk salat ashar,kemudian membaca istighfar 1.000
  147. kali.
  148. Itulah yang pada tanggal 21 Mei 1999 saya lakukan kepada Pak
  149. Harto.Saya bertemu beliau dan bilang "Pak Harto sekarang ini
  150. Sampeyan bicara apa saja di forum apa saja dan di media mana saja
  151. tak akan dipercaya siapa pun." "Tetapi masih ada satu forum yang
  152. terbuka bagi Pak Harto, yakni 'Forum Ikrar Husnul Khatimah (akhir
  153. yang baik)',Pak Harto bertekad untuk membayar semua dosa dan
  154. memastikan mengakhiri sisa kehidupan dengan kebaikan- kebaikan".
  155. Kami ngobrol sejenak kemudian merumuskan 4 (empat) sumpah Soeharto
  156. kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan rakyat Indonesia: Bahwa
  157. saya,Soeharto, bersumpah tidak akan pernah menjadi Presiden Republik
  158. Indonesia lagi. Bahwa saya, Soeharto, bersumpah tidak akan pernah
  159. turut campur dalam setiap proses pemilihan Presiden Republik
  160. Indonesia.
  161. Bahwa saya, Soeharto, bersumpah siap dan ikhlas diadili oleh
  162. pengadilan negara untuk mempertanggungjawab kan segala kesalahan
  163. saya selama 32 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia. Bahwa
  164. saya,Soeharto, bersumpah siap dan ikhlas mengembalikan harta rakyat
  165. yang dibuktikan oleh pengadilan negara.
  166. Beliau menandatanganinya, kemudian saya tinggali beberapa wirid dan
  167. rencana membacakan sumpah itu melalui sebuah upacara di Masjid
  168. Baiturrahim DPR pada 21 Mei 1999. Beberapa media menyebut rencana
  169. acara itu dengan istilah "taubat nasuha"- Pak Harto saya ajak
  170. bertobat, begitulah-tanpa saya pernah menyebut kata itu. Sejumlah
  171. pengamat politik nasional mewaspadai hal itu dengan menyimpulkan
  172. bahwa "Emha adalah mesin politiknya Soeharto di bidang agama dan
  173. berusaha menghindarkan Soeharto dari pengadilan negara".
  174. Sangat rasional tudingan itu menurut ilmu politik konvensional,
  175. tetapi sebab utama kesimpulan itu adalah karena politisi itu tidak
  176. pernah mencuri krai seperti saya. Pak Harto ke Baiturrahim pada 21
  177. Mei 1999 itu, seperti saya salat dhuhur sehabis mencuri krai. Ibu
  178. menertawakan saya karena Tuhan baru mengampuni dosa seseorang kalau
  179. yang berdosa sudah mempertanggungjawab kan dosanya kepada orang yang
  180. didosai- dalam kasus Pak Harto berarti seluruh bangsa Indonesia.
  181. Sesudah Pak Harto bersumpah dan pasti tanpa saya suruh beliau tidak
  182. terlalu durhaka untuk tidak minta ampun kepada Allah. Sebagaimana
  183. terkandung dalam butir wirid-wirid yang saya berikan yang berisi
  184. pertobatan, namun tak pernah saya katakan kepada Pak Harto hal-hal
  185. mengenai tobat, apalagi taubatan nasuha.
  186. Kalau api padam si api tak perlu bikin laporan atau pernyataan bahwa
  187. dia padam. Tetapi permohonan ampun Pak Harto kepada Allah tak akan
  188. diterima sebelum dia mempertanggungjawab kan kesalahannya kepada
  189. rakyat Indonesia. Artinya, momentum ikrar husnul khatimah itu
  190. menegaskan dan mempercepat keharusan adanya pengadilan kepada Pak
  191. Harto.
  192. Kalau tak ada pengadilan atas Pak Harto, maka husnul khatimah tak
  193. akan tercapai. Namun, berhubung tidak ada pihak yang percaya pada
  194. logika dan policy saya itu, terutama para pengamat politik, maka
  195. beberapa saat sesampainya saya dan banyak teman di Masjid
  196. Baiturrahim DPR saya mengambil keputusan untuk menelepon Pak
  197. Harto,"Selamat tinggal di rumah Pak, Pak Harto ndak usah ke
  198. Baiturrahim deh.
  199. Pak Harto ikrar dan wiridan sendiri saja di rumah." Kemudian kepada
  200. hadirin dan wartawan yang datang pagi itu saya omong barang satu
  201. sampai dua menit: "Saudarasaudara, acara ikrar husnul khatimah saya
  202. batalkan, saya minta Pak Harto tidak usah datang. Saya akan
  203. mempertimbangkan akan melaksanakan acara itu atau tidak nanti
  204. sesudah Anda dan para pendekar republik menyeret Pak Harto ke
  205. pengadilan.Saya menyiapkan satu jari-jari saya untuk dipotong kalau
  206. sampai terjadi Pak Harto duduk di kursi terdakwa pengadilan negara
  207. Republik Indonesia".
  208. Kemudian era reformasi makin marak. Indonesia makin jaya. Demokrasi
  209. dan kemajuan bangsa tak terbendung. Indonesia memancarkan cahaya,
  210. meningkat derajat kebangsaannya dan martabat kenegaraannya.
  211. Dunia makin hormat dan segan kepada NKRI.Setiap kali Soeharto sakit,
  212. para pahlawan riuh rendah teriak-teriak akan mengadilinya. Begitu
  213. Pak Harto sehat, mereka serak suaranya sehingga tidak teriak lagi.
  214. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunggu Pak Harto koma
  215. dulu untuk mengutus orangnya menawarkan ini itu kepada keluarga
  216. Cendana. Kadang-kadang ingin ada perkelahian besar yang jantan dan
  217. lanang, sebab teater mengancam orang pingsan dan mendemo orang koma
  218. sudah overload.(*)
  219. EMHA AINUN NADJIB
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement