Advertisement
AkiraDegawa

After Life

Feb 8th, 2015
382
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 5.23 KB | None | 0 0
  1. Aku jatuh cinta pada seorang gadis. Salah satu mahasiswa baru. Rambutnya panjang dengan tubuh mungil namun tingkah yang jauh dari kata centil. Wajahnya merah merona, dengan bibir merah penuh. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada mata coklat itu. Saat itu aku berada di tempat favoritku, aku melihat dia melintas dengan senyum serta lesung pipit yang menghiasi wajahnya. Senyum gembira mahasiswa baru yang bertemu dengan teman-teman baru.
  2.  
  3. Jangan tanyakan mengapa pilihanku jatuh pada gadis itu. Aku pun tak tau. Rasanya seperti ada magnet besar yang selalu membuatku ingin memperhatikannya. Seperti ada ribuan tali yang mengikat pandangan mataku pada tingkah lakunya. Hey, cinta tak butuh alasan bukan?
  4.  
  5. Sayangnya aku hanya bisa mengamatinya dari jauh. Bukannya aku tidak berani menyapanya. Bukannya aku tak punyanya nyali untuk mendekatinya. Tapi aku hanya menjaga jarak, tak ingin dia menjauh dariku.
  6.  
  7. Well, ada rumor menyebalkan yang membuat banyak orang takut padaku. Padahal aku tak pernah berbuat jahat pada siapaun. Sendirian dan kesepian sudah jadi teman sejatiku. Dan aku tak mau dia ketakutan jika aku mendekatinya.
  8.  
  9. Hampir satu tahun aku hanya berdiam diri mengamatinya dari jauh. Semua hal tentang dirinya terekam jelas di dalam ingatanku. Bagaimana cara dia berjalan, makanan favoritnya, apa yang membuatnya kesal, yang membuatnya tertawa, yang membuatnya menjerit kegirangan. Aku tahu semua.
  10.  
  11. Perasaan ini semakin menyiksa ketika aku melihat beberapa laki-laki busuk mendekatinya. Beberapa dari mereka sering mengirimkan kado dan mengajaknya pulang bersama. Tentu saja dia menerima. Bukan berarti dia perempuan murahan yang mau jalan dengan siapa saja. Memang sudah sifatnya terbuka dengan banyak orang, sehingga dia disukai banyak orang.
  12.  
  13. Aku geram mendengar rumor dia resmi berpacaran dengan playboy otak udang yang hanya mengandalkan ketampanan dan kekayaan orang tuanya. Satu fakta yang membuatku semakin geram adalah pria itu hanya memainkan peran. Dia bertaruh dengan genk nya untuk mendapatkan gadisku. Dan gadisku tidak tau akan itu. Arrrgh! Aku benar-benar ingin menghancurkannya.
  14.  
  15. Suatu hari gadisku dan pacarnya itu pulang lambat dari kampus. Dengan mobil jaguar hitam, mereka melaju menjauhi pelataran kampus. Tanpa mereka tau, aku ada dalam mobil itu juga. rencana busuk yang sudah ku dengar dari percakapan genk itu harus digagalkan. Aku akan melindungi gadisku.
  16.  
  17. Mobil itu melaju kencang, dan melambat di daerah sepi. Gadisku memandang kekasihnya bingung. Namun dia berusaha santai. Ah, ya ampun. Aku benci dengan pikiran positifnya.
  18.  
  19. “Kenapa berenti, sayang?” suara indahnya mengalun merdu. Pertama kalinya aku dengar suaranya sedekat ini.
  20. Playboy itu pura-pura mencari sesuatu. “Dompet aku ketinggalan deh, Yang. Ke rumah aku dulu yuk? Ambil dompet terus baru kita jalan.”
  21. “Hmm... boleh...” ujar gadisku acuh. “Tapi jangan lama-lama ya, udah gerimis nih.”
  22. “Siap!” ada kilat licik di mata playboy itu.
  23. Cup! “Maaf ya, Honey...” dikecupnya pipi gadisku. Dan pipi itu merona.
  24. Melihat itu amarahku menumpuk. Tak bisa aku menahannya lagi. Suasanya dalam mobil itu semakin panas.
  25. “Honey, kamu ngerasa ada yang aneh nggak?” ujar si playboy ragu.
  26. “Nggak ada sih, Sayang. Cuma hawanya makin dingin. AC nya matiin aja ya.” Belum dipersilakan, tangan gadis ku sudah menyentuh panel AC dan menonaktifkannya.
  27. Aku merasakan playboy itu tahu keberadaanku. Dia mulai panik dan semuanya berlangsung cepat. Mobil itu menabrak membatas jalan dan terguling, truk dari arah berlawanan menerjangnya tanpa bisa menghindar.
  28. Aku hanya bisa tersenyum.
  29.  
  30. **After Life**
  31.  
  32. “Kau kan yang ada di mobil waktu itu?” Gadisku itu tersenyum padaku. Aku tak menjawab pertanyaanya.
  33. “Aku tahu sudah lama kamu perhatiin aku kan?” tak ada pipi dan bibir merah di wajahnya.
  34.  
  35. Mulutku masih bungkam. Tak mampu mengeluarkan rangkaian kalimat yang sudah aku siapkan jika benar-benar bertemu lagi dengannya.
  36.  
  37. “Namaku, Eve.” Aku memerjabkan mata saat dia menyebutkan namanya.
  38. “Edd,” balasku singkat. Menutupi kegugupan yang melanda.
  39. “So?”
  40. “I love you, Eve,” ujar ku spontan. Jika pipiku bisa merona, mungkin sekarang pasti sudah seperti udang rebus.
  41. Dia tertawa. “Well, aku tak bisa menjawab pernyataanmu, Edd”. Yang jelas aku akan membuatmu menderita sepanjang eksistensimu.”
  42. Kesalahan. Dia pasti sangat membenciku karena sudah membuatnya celaka.
  43. “But, I love you too, Edd.”
  44.  
  45. Aku terlonjak kaget saat dia memelukku.
  46.  
  47. "Bole aku tanya sesuatu?"
  48. "Apa?" ujarnya tanpa melepaskan pelukannya.
  49. "Bagaimana bisa kau mencintaiku? Sedangkan kau punya pacar saat masih manusia?" dahiku berkerut penasaran.
  50.  
  51. Dia tertawa kecil. "Kau hantu bodoh. Aku ini indigo. Sebenarnya aku tau kalau kamu memperhatikanku. Dan sangat menyebalkan sekali. Kamu dia mendekati aku. Padahal aku suka padamu."
  52. Aku melongo. "Kau bercanda. Jika aku mendekatimu. Jelas kamu akan takut. Aku ini hantu."
  53. Dia menepuk dahiku keras. "Hantu bodoh. Aku indigo. Aku sudah biasa melihat makhluk sepertimu saat aku masih manusia."
  54. Ah.. Sekarang aku sadar dimana kebodohanku. "Baiklah. Cukup dua kali kamu panggil aku hantu bodoh. Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Bagaimana mgkn kamu mencintaiku?"
  55. Dia tersenyum sebelum menjawab, "cinta tak butuh alasan bukan?"
  56.  
  57. TAMAT
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement