Advertisement
Guest User

Chuuko Jilid 1 Bab 4

a guest
Jan 12th, 2017
1,157
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 71.02 KB | None | 0 0
  1. Bab 4 - Yang Berhak Menjadi Gadis Impianku
  2.  
  3.  
  4. Hari ini Ayame enggak menampakkan dirinya di kelas. Kurasa itu mungkin karena kejadian kemarin.
  5.  
  6. "Hatsushiba sedang ada pekerjaan mengisi suara, jadi dia absen ke sekolah hari ini. Sial!"
  7.  
  8. Setelah sesi 'homeroom' berakhir, Tozaki mendatangiku untuk mengobrol.
  9.  
  10. "Memangnya itu ada hubungannya denganmu?"
  11.  
  12. Aku enggak perlu lagi panik ataupun gelagapan pada berbagai hal. Sudah cukup lama aku enggak merasa sedamai ini.
  13.  
  14. "Tozaki, cari makan siang, yuk?"
  15.  
  16. "Hmm, ayo!"
  17.  
  18. Sekarang sudah saatnya istirahat makan siang. Tozaki dan aku pergi ke kantin untuk mencari makan.
  19.  
  20. "Rasanya sudah lama banget aku enggak makan siang bareng kamu lagi, Aramiya."
  21.  
  22. "Ya, kamu benar juga."
  23.  
  24. Setelah memesan makanan, kami pun duduk saling berseberangan di antara meja kantin. Kulahap potongan dari 'sashimi' yang sudah kupesan tadi.
  25.  
  26. Di sisi lain, Tozaki sedang menikmati 'karaage' ayamnya.
  27.  
  28. Belakangan ini, yang kumakan saat istirahat makan siang adalah bekal buatan Ayame dan Hatsushiba, sehingga membuat lidah dan mulutku masih belum begitu selera pada makanan yang lain.
  29.  
  30. "Jadi bagaimana perkembangannya sekarang?"
  31.  
  32. "Entahlah, masih belum ada lagi."
  33.  
  34. Aku sudah menemukan fakta bahwa Ayame benar-benar enggak melakukan praktik jual diri seperti yang digosipkan. Lagi pula, biarpun kuceritakan soal itu, dia enggak bakal percaya.
  35.  
  36. Gosip yang beredar itu sudah terlalu meresap di ingatan seluruh penghuni sekolah.
  37.  
  38. "Aku mau tanya sesuatu padamu, Tozaki."
  39.  
  40. "Hmm?"
  41.  
  42. "Hatsushiba dan Ayame dulunya berteman, 'kan? Sebelum Ayame punya pacar?"
  43.  
  44. Tozaki yang sedang duduk sambil mengunyah 'karaage' ayamnya, mengacungkan sumpitnya ke atas.
  45.  
  46. "... yah, bisa dibilang begitu, sih. Mereka tampak selalu akrab sejak SD. Walaupun kini Ayame terlihat seolah jengkel, tapi Hatsushiba selalu ingin mengejarnya."
  47.  
  48. ... betul. Akhirnya aku mulai mendapatkan sedikit gambaran.
  49.  
  50. "Apa karena lelaki yang mengaku berpacaran dengan Ayame itu menggembar-gemborkan hubungannya, makanya sejak saat itu mereka berselisih?"
  51.  
  52. "Hmm, aku enggak begitu yakin, tapi sepertinya bukan itu masalahnya. Mereka sebelumnya memang terlihat sangat akrab, dan entah kenapa suatu hari mereka sudah enggak begitu dekat lagi. Bisa jadi karena hadirnya lelaki itu di antara mereka, akhirnya baik Ayame dan Hatsushiba jadi enggak saling bertegur sapa lagi."
  53.  
  54. Berarti Tozaki enggak tahu pasti soal pertengkaran antara Ayame dan Hatsushiba.
  55.  
  56. Aku sempat berpikir kalau sebenarnya Hatsushiba menyukai Songou berdasarkan cerita Ayame tempo hari. Tapi ceritanya malah berbalik ke Ayame yang berpacaran dengan Songou. Itu sebabnya mereka mungkin berselisih ... atau sesuatu semacam itu. Namun mungkin saja karena hal itu, Ayame akhirnya putus dengan Songou. Andai ini masuk kategori cinta segitiga, maka soal Ayame yang mau saja berpacaran dengan Songou itu justru terasa janggal.
  57.  
  58. Enggak, hal itu mungkin bagian rumitnya. Tapi semuanya sudah keburu terjadi.
  59.  
  60. Terlebih, saat-saat menyebarnya gosip soal status Ayame itu juga cukup janggal. Itu pasti menyebar dari mulut ke mulut.
  61.  
  62. "Hei, apa benar, gosip soal Ayame yang dijuluki 'bekas orang' itu sudah beredar sejak SD?"
  63.  
  64. "Ya, aku yakin sekali soal itu. Karena saat itu aku sudah sering mendengarnya."
  65.  
  66. Tozaki tampak sangat yakin meski dia enggak pernah tahu kebenarannya. Dan meski Ayame pernah melakukannya dengan Songou, itu enggak bakal mungkin terjadi saat mereka SD.
  67.  
  68. "Bagaimana ceritanya dia sampai mendapat julukan seperti itu saat SD?"
  69.  
  70. "Eh? Aku juga enggak begitu ingat, yang kutahu, saat itu dia sudah dijuluki begitu."
  71.  
  72. Apa karena dia menjadi berandal, orang-orang jadi mulai merendahkannya? Meski berpikir keras mencari jawabannya, aku tetap enggak akan tahu.
  73.  
  74. "Oh, satu lagi, apa lelaki yang bernama Songou itu pernah berusaha mendaftar di SMA ini juga?"
  75.  
  76. "Ya, dia memang pernah mau masuk SMA ini. Hmm, sepertinya hari ini kamu penasaran sekali, ya?"
  77.  
  78. Padahal aku cuma asal menebak, tapi ternyata tepat sasaran.
  79.  
  80. "Awalnya dia memang bersekolah di SD swasta, tapi hasil ujian akhir yang didapatnya ternyata buruk, sehingga dia cuma bisa masuk ke SMA negeri sama sepertiku. Saat aku tahu kalau dia ikut mendaftar di SMA yang sama denganku, aku jadi frustasi. Meski dia mengambil jalur ujian masuk, aku masih belum bisa tenang. Padahal dia tahu kalau dia sendiri enggak lolos seleksi masuk, tapi dia tetap bersikeras mau mengambil jalur ujian masuk."
  81.  
  82. Standar nilai ujian akhir yang diterima oleh sekolah ini sebenarnya enggak tinggi-tinggi amat. Itu artinya, intelijensi lelaki itu benar-benar parah.
  83.  
  84.  
  85. ♦♦♦
  86.  
  87.  
  88. Setelah selesai makan dengan Tozaki, aku lalu pergi ke ruang ekskul untuk mengambil 'flashdisk'.
  89.  
  90. Masih ada waktu tersisa sebelum istirahat makan siang berakhir. Aku masuk ke dalam gedung di mana ruang ekskul—
  91.  
  92. "Wah, sombong sekali." "Memangnya kamu siapa?"
  93.  
  94. Bisa kudengar suara kebencian dari suatu tempat, yang membuat perhatianku teralihkan ke asal suara tersebut.
  95.  
  96. Ada sekitar empat atau lima orang sedang mengelilingi seorang gadis.
  97.  
  98. Di sisi lain, gadis yang dikelilingi tersebut cuma bisa terdiam.
  99.  
  100. Enggak ada siapa-siapa lagi di sini. Terlepas dari hal itu, orang-orang yang sedang beristirahat juga enggak bakal mungkin kemari, karena di gedung ini, ruang yang dipakai cuma ruangan untuk kelas seni rupa saja. Harus menunggu hingga sekolah usai jika ingin melihat orang-orang lewat di sini.
  101.  
  102. Gadis yang dikelilingi itu sudah enggak mungkin bakal tertolong.
  103.  
  104. ... cuma saja, jangan menghalangi jalan orang begini.
  105.  
  106. Kalau si gadis itu enggak mau bicara, lebih baik selesaikan di lain waktu saja.
  107.  
  108. "Jangan bisanya hanya diam! Kamu itu sudah merebut pacar orang, tapi masih saja berlagak!"
  109.  
  110. "Yuuka tidak ada maksud begitu. Dianya saja yang menyatakan cintanya pada Yuuka ...."
  111.  
  112. Akhirnya si gadis tersebut bicara. Aku pun tahu siapa gadis itu.
  113.  
  114. ... yah, aku juga enggak bisa berbuat banyak. Sebenarnya aku enggak mau ikut campur, tapi kalau dibiarkan begini, aku juga enggak bisa masuk ke ruang ekskul.
  115.  
  116. Lagi pula, aku masih belum membalas bekal yang dia buatkan untukku. Ditambah, aku masih belum meminta maaf soal kejadian kemarin. Karena itu aku langsung mengirim sebuah pesan kepada seseorang yang bisa kuandalkan.
  117.  
  118. Enggak lama berselang, orang yang kumaksud itu pun datang.
  119.  
  120. "Hei, sedang apa kalian di sini?"
  121.  
  122. "Eh, kenapa si Kotani bisa kemari ...?"
  123.  
  124. "Oi! Apa kalian enggak pernah diajari memanggil nama guru dengan sopan, hah?! Apa kalian memang mau dibawa ke ruang konseling?!"
  125.  
  126. "Jangan, jangan! Ya sudah kalau begitu."
  127.  
  128. Mereka yang tadi mengelilingi gadis itu langsung segera keluar dari gedung. Kiriko-senpai memang hebat.
  129.  
  130. "Hatsushiba, kalau kamu enggak ada urusan lagi di sini, lebih baik balik ke kelas sekarang. Kamu juga, Seiichi."
  131.  
  132. Kiriko-senpai ikut memanggilku yang sedang bersembunyi di sela-sela gedung.
  133.  
  134. Harusnya beliau enggak perlu menyebut namaku segala. Hatsushiba jadi mendatangiku tanpa ragu.
  135.  
  136. "Aramiya?"
  137.  
  138. "Oh, rupanya pekerjaanmu sudah selesai? Kalau begitu aku pergi dulu."
  139.  
  140. Kuangkat tanganku dan tepat di saat aku hendak pergi, dia dengan cepat menangkap ikat pinggangku hingga mengeluarkan bunyi '*snap*'.
  141.  
  142. "Kamu kemari untuk menolong Yuuka, 'kan?"
  143.  
  144. "... kurang kerjaan banget kalau aku sampai begitu."
  145.  
  146. "Aramiya .... Kamu memang payah kalau berbohong."
  147.  
  148. "Sudah, jangan main-main. Yang penting kamu enggak merebut pacar orang, 'kan?"
  149.  
  150. "Yuuka tidak merebutnya, kok. Bahkan Yuuka tidak pernah cari perhatian sama dia. Tiba-tiba saja dia datang dan menyatakan cinta pada Yuuka .... Kalau boleh jujur, Yuuka sendiri tidak tahu nama lelaki itu."
  151.  
  152. Begitulah kalau punya wajah menarik. Bahkan orang enggak dikenal saja bisa tahu-tahu menyatakan cinta ....
  153.  
  154. Kami terus berbicara, tapi tangannya tetap enggak mau lepas dari ikat pinggangku.
  155.  
  156. "Oh, iya. Sekalian aku mau minta maaf atas kejadian kemarin."
  157.  
  158. "Maksudnya soal kamu yang mau mencium Yuuka itu? Tidak usah dipikirkan lagi, lebih baik kita tunggu sampai suasana yang pas datang dengan sendirinya. Bagaimana?"
  159.  
  160. 'Bagaimana'? Padahal aku enggak punya niat melakukan itu lagi.
  161.  
  162. "Bisa lepaskan aku?"
  163.  
  164. "Kalau begitu, biarkan Yuuka berterima kasih dulu."
  165.  
  166. "Sudah kubilang, aku enggak bermaksud menolongmu."
  167.  
  168. "Terserah apa pun alasannya, yang pasti kamu sudah menyelamatkan Yuuka."
  169.  
  170. "Kenapa bicaramu seperti Ayame?"
  171.  
  172. "Eh? Ayame juga pernah seperti ini?"
  173.  
  174. Lagi-lagi aku keceplosan.
  175.  
  176. "Anggap saja aku enggak pernah mengatakannya."
  177.  
  178. "Jangan pura-pura, katakan saja yang sejujurnya. Yuuka ingin tahu."
  179.  
  180. Waduh, gadis ini merepotkan sekali. Ya sudah, aku menyerah.
  181.  
  182. Aku lalu menempelkan jempol dengan telunjukku dan saling menggosokkan keduanya, kemudian menunjukkan itu tepat di depan Hatsushiba.
  183.  
  184. "Kamu mau minta bayaran?"
  185.  
  186. "Kamu juga pernah melakukan ini. Aku enggak mau uangmu, tapi aku mau menanyakan sesuatu sebagai gantinya."
  187.  
  188. "... soal apa?"
  189.  
  190. "Soal masa lalu. Kalau kamu enggak mau menceritakannya juga enggak apa-apa, sih."
  191.  
  192. Hatsushiba tampak sejenak berpikir kemudian mengangguk setuju.
  193.  
  194. "Baiklah, mau cerita di mana?"
  195.  
  196. "Di sekitar sini ada ruang ekskul. Kita ke sana saja."
  197.  
  198.  
  199. ♦♦♦
  200.  
  201.  
  202. Kami lalu masuk ke dalam ruang ekskul. Sambil kuceritakan soal sejarah ruangan ini, kami pun mengambil kursi untuk duduk.
  203.  
  204. "Oke. Sebenarnya kamu mau menanyakan soal Ayame, 'kan?"
  205.  
  206. Kemudian kujelaskan padanya soal aku yang menyelamatkan Ayame dari percobaan pemerkosaan di malam itu. Lalu soal bingungnya diriku atas ketertarikannya padaku hingga dia menyatakan cintanya padaku. Juga soal beberapa guru yang memohon pertolonganku untuk mengubah perilaku berandalnya. Namun hal-hal yang berhubungan dengan 'eroge' masih tetap kurahasiakan.
  207.  
  208. "Oh, begitu. Jadi kalian sungguh tidak pacaran."
  209.  
  210. "Sudah berapa kali kubilang kalau aku enggak punya hubungan spesial dengannya. Jadi, sekarang kamu sudah percaya?"
  211.  
  212. "Baiklah. Rupanya dia hanya berusaha mendekatimu saja. Syukurlah."
  213.  
  214. Baguslah kalau dia mengerti. Tapi aku masih belum tahu kenapa dia sampai bersyukur begitu.
  215.  
  216. "Bersyukur untuk apa?"
  217.  
  218. "Soalnya Yuuka sering lihat kalau kalian selalu bersama, jadi Yuuka pikir kalian benar-benar pacaran."
  219.  
  220. ... makanya jangan berpikir terlalu jauh.
  221.  
  222. "Sekarang giliranmu, Hatsushiba."
  223.  
  224. "Tanyanya jangan susah-susah, ya."
  225.  
  226. "Tolong jangan heboh dulu. Apa Songou adalah penyebab dirimu dan Ayame saling berselisih?"
  227.  
  228. Mata Hatsushiba terbelalak seakan enggak percaya dengan yang kukatakan. Itu lebih dari sekadar terkejut.
  229.  
  230. ... eh. Apa aku salah bertanya?
  231.  
  232. "Anu, kamu tahu dari mana nama itu? Padahal kalian tidak pernah satu sekolah, 'kan?"
  233.  
  234. "Tozaki sudah banyak bercerita padaku. Aku juga sudah mendengar soal Ayame darinya. Bahkan aku bertemu Songou kemarin.
  235.  
  236. "... kamu sudah bertemu dengan Naosumi?"
  237.  
  238. Punya teman satu angkatan memang bakal terasa menyenangkan sampai hal itu menjadi kurang mengenakkan. Apa dia enggak merasa sungkan?
  239.  
  240. "Tapi ..., Yuuka dan Kotton ... tidak saling berselisih."
  241.  
  242. "Eh, Kotton?"
  243.  
  244. Nama macam apa yang mirip sekali dengan bahan kain dari suatu tempat itu?
  245.  
  246. "Itu nama panggilan Ayame yang dibuat oleh Yuuka dan teman-teman supaya dia tidak sedih. Karena nama depannya Kotoko, jadi kami memanggilnya Kotton*. Dan dia juga sewaktu kecil suka sekali mengenakan pakaian berbahan katun."
  247.  
  248. (*Kotton (コットン) bisa berarti kapas atau katun)
  249.  
  250. Dia punya panggilan seperti itu? Alasan supaya dia tidak sedih itu pasti menyangkut soal perceraian orang tuanya.
  251.  
  252. Tapi kesampingkan dulu hal itu. Saat ini itu bukanlah hal yang terpenting.
  253.  
  254. "Hatsushiba, dari kata-katamu tadi, sepertinya ada hal yang cukup rumit. Ini bukan karena kamu menyukai Songou terus cemburu begitu, 'kan?"
  255.  
  256. Hatsushiba lalu sedikit menghela napas seolah kini ingin menjelaskan yang sesungguhnya.
  257.  
  258. "Begini, Aramiya, Yuuka dan Naosumi sama sekali tidak punya hubungan spesial."
  259.  
  260. "... apa kamu punya perasaan padanya?"
  261.  
  262. "Kami sudah sering bersama sejak pertama kali kenal. Yuuka juga suka membanggakannya, tapi itu tidak seperti Yuuka jatuh cinta dengan dia. Hmm ..., bagaimana menjelaskannya, ya? Itu lebih seperti dia adalah orang yang berada di atas jangkauan Yuuka, mana mungkin Yuuka bisa punya perasaan padanya."
  263.  
  264. "...."
  265.  
  266. 'Aku pun sempat berpikir kalau dia mungkin suka dengan anak itu. Yah, itu cuma pikiranku saja, sih.'
  267.  
  268. Ternyata Ayame pun bisa salah mengira. Orang-orang seperti kami ini memang enggak pandai soal menebak perasaan. Apa lagi aku.
  269.  
  270. Tapi rasanya cukup aneh saat dia berkata, 'Mana mungkin Yuuka bisa punya perasaan padanya'.
  271.  
  272. "Saat Naosumi SMP, dia juga sering berbuat onar, berkelahi, bahkan pernah sampai hampir dikeroyok lima orang. Untungnya aku berhasil mencegahnya sebelum itu terjadi."
  273.  
  274. "Lalu apa lagi?"
  275.  
  276. "Naosumi kerap berkata kalau dia jatuh cinta dengan Kotton, tapi Kotton menolaknya. Dan saat itulah hubungan di antara kami bertiga mulai merenggang .... Ya, kira-kira setelah itu."
  277.  
  278. "Kalau ini memang bukan cinta segitiga dan ternyata ada ketidakcocokan di antara keduanya, lalu apa yang terjadi pada mereka?"
  279.  
  280. "Yuuka tidak bisa menceritakannya .... Yang sudah Yuuka lakukan saat itu tidak bisa dimaafkan .... Hal-hal kejam itu, Yuuka yang melakukannya."
  281.  
  282. Setelah itu Hatsushiba enggak mengatakan apa-apa lagi.
  283.  
  284. Kurasa Hatsushiba begini karena dia disuruh oleh Songou.
  285.  
  286. Sewaktu aku terbaring di UKS saat itu, ada seseorang yang meneleponnya atau ketika aku baru selesai pulang kerja malam itu, tampak dia sedang menerima perintah dari Songou — atau begitulah yang kurasa. Kurasa aku enggak akan salah ....
  287.  
  288. Tapi jika itu benar, kenapa Hatsushiba mau saja menurutinya? Inilah yang enggak kumengerti.
  289.  
  290. Secara pribadi, kupikir kalau dia memang menyukainya makanya dia mau menurut. Tapi kalau dilihat dari reaksinya tadi, sepertinya dia sungguh-sungguh. Enggak, dia mungkin sudah mengaturnya supaya aku terpedaya. Yang jadi masalah ternyata bukan Songou saja.
  291.  
  292. "... anu, kalau memang enggak ada apa-apa lagi sekarang, bukankah ini sudah saatnya kamu bicara jujur pada Ayame? Kalian berdua masih bisa untuk berdamai, 'kan?"
  293.  
  294. Tampaknya luka yang membekas di antara Ayame dan Hatsushiba itu cukup dalam.
  295.  
  296. Tapi bukan enggak mungkin untuk berdamai kembali, 'kan .... Itulah yang kupikirkan.
  297.  
  298. "...."
  299.  
  300. Jangankan menjawab, Hatsushiba sama-sekali enggak mau membuka mulutnya.
  301.  
  302. ... omong-omong, kenapa pula aku harus ikut campur urusan mereka berdua.
  303.  
  304. Kurasa sejak Ayame menenangkan diriku, aku malah jadi cukup menyimpang.
  305.  
  306. Namun sampai di titik ini, aku ingin berbuat sesuatu terhadap gosip seputar Ayame.
  307.  
  308. "Hmm .... Setidaknya tolong jangan sebarkan lagi gosip soal Ayame. Sepertinya ada gadis yang enggak suka padanya dan menyebarkan gosip yang enggak benar tentangnya. Ya, 'kan?"
  309.  
  310. "... kenapa kamu sampai berpikir begitu?"
  311.  
  312. "Dari pengamatanku, sepertinya gadis itu memang ingin mengerjai Ayame."
  313.  
  314. Aku berusaha menyimpulkan dengan menyisihkan beberapa pilihan. Ini seperti mengukur kedalaman sungai dengan melemparkan batu ke dalamnya. Kepastian hasil ini bergantung pada reaksi Hatsushiba sendiri ....
  315.  
  316. "...."
  317.  
  318. Tidak ada reaksi. Kalau begitu aku tetap lanjut menekannya.
  319.  
  320. "Terlebih, setelah dia menyatakan cinta padaku, gosip antara diriku dengannya sudah tersebar ke mana-mana. Tapi gosip seputar Ayame yang dulu perlahan mulai enggak terdengar."
  321.  
  322. Soalnya gosip yang tersebar itu enggak berisi ajakan untuk lebih rajin bersekolah ataupun soal aku yang dikelilingi gadis-gadis.
  323.  
  324. "Tentang itu .... Sebenarnya Yuuka yang melakukannya dulu. Tapi yang Yuuka katakan itu hanya hal yang sebenarnya saja. Yuuka tidak pernah mengajak orang-orang agar menjauhi Kotton. Mereka mengatakan yang mereka anggap menarik untuk disebarkan saja. Yuuka melakukannya hanya karena ada sesuatu."
  325.  
  326. "Sesuatu?"
  327.  
  328. "Tapi Yuuka tidak pernah melakukan itu lagi saat SMA. Dan gosip yang beredar sekarang juga bukan dari Yuuka. Yuuka tidak tahu siapa orangnya. Sejak masuk SMA Yuuka lebih banyak menyendiri."
  329.  
  330. "... maksudnya?"
  331.  
  332. Masa, sih? Kalau Hatsushiba berkata jujur, berarti aku sudah berpikir terlalu jauh.
  333.  
  334. Hatsushiba menegaskannya sendiri kalau dia bukan sumber asal gosip tersebut. Entah benar atau bohong, aku enggak bisa memastikannya kalau cuma melihat ekspresinya saja ....
  335.  
  336. Bel penanda berakhirnya jam istirahat makan siang pun bergema dengan nyaringnya di segala penjuru sekolah.
  337.  
  338. "Yuuka harus balik ke kelas dulu."
  339.  
  340. Hatsushiba pun segera keluar dari ruang ekskul ketika enggak ada lagi pembicaraan di antara kami .... Ada apa ini?
  341.  
  342. Tinggal sedikit lagi aku bakal mengerti tentang persoalan yang sebenarnya. Jika benar, berarti ada seseorang di balik layar yang terus saja menyebarkan gosip tentang Ayame. Dan sejak Hatsushiba mendekatiku, bukankah Ayame tetap terasingkan? Atau masih ada seseorang lagi yang belum kuketahui? Apa orang tersebut diktator yang sebenarnya, yang bisa jadi itu Tozaki .... Rasanya enggak mungkin.
  343.  
  344. Kalau bisa disimpulkan, segalanya sudah mulai mengalir dengan lancar, namun ternyata masih ada saja yang menghalanginya.
  345.  
  346.  
  347. ♦♦♦
  348.  
  349.  
  350. Sepulang sekolah, aku enggak langsung berangkat ke tempat kerja paruh waktuku karena sudah bertukar jadwal dengan teman. Itu sebabnya aku pergi ke rumah Ayame. Aku pernah melewati area sekitaran ini sebelumnya, dan alamat rumahnya tercantum di daftar kontakku. Cuma dengan menyentuh layar ponsel, pencarian bisa langsung dilakukan.
  351.  
  352. "Oh, di sini rupanya."
  353.  
  354. Di hadapanku kini ada sebuah rumah bergaya lawas yang kemungkinan dibangun sekitar empat puluh tahun yang lalu.
  355.  
  356. Aku lalu memeriksa papan nama dan nomor rumahnya. Di situ tertulis 'Ayame', yang berarti ini tempat yang benar-benar mau kutuju.
  357.  
  358. Aku memikirkan alasan kenapa aku ke sini — sebelum terlalu banyak memikirkan yang enggak ada gunanya, kutetapkan hatiku untuk memencet bel hingga kudengar suara dari balik pintu rumah ini.
  359.  
  360. "Iya, sebentar."
  361.  
  362. Bisa kudengar suara yang enggak kukenal saat pintu hendak dibuka. Rupanya itu seorang wanita paruh baya.
  363.  
  364. Wajahnya tampak mirip dengan Ayame. Apa wanita ini ibunya?
  365.  
  366. "Saya Aramiya, teman sekelas Kotoko. Apa Kotoko ada di rumah?"
  367.  
  368. "Wah, teman sekelas, ya? Dia sekarang sedang di luar membeli sesuatu, tapi sebentar lagi juga balik. Masuk dulu, tunggunya di dalam saja, ya?"
  369.  
  370. "Ah, oh, iya."
  371.  
  372. Ibu Ayame lalu menggaet lenganku dan berusaha membawaku masuk ke dalam. Biarkan saja, deh. Kalau kutolak rasanya juga enggak sopan.
  373.  
  374. "A-Aramiya?!"
  375.  
  376. Tepat di saat itu, Ayame datang dengan membawa sebungkus kantong plastik belanjaan. Dia mengenakan parka dipadukan dengan rok panjang. Tampaknya dia sudah biasa berpenampilan seperti itu. Dan mungkin saja di rumah dia juga berpakaian seperti ini.
  377.  
  378. "Ibu?! Ibu ini sedang apa?"
  379.  
  380. "Sudah lama tidak ada teman sekelasmu yang main ke rumah, toh? Wajar kalau diperlakukan sebaik mungkin."
  381.  
  382. "Jangan, enggak usah sampai begitu. Kalau Ibu masih sakit, jangan sampai dipaksakan begitu."
  383.  
  384. "Ibu enggak sakit, kok."
  385.  
  386. "Ibu kadang enggak sadar kalau kecapekan."
  387.  
  388. Mereka berdua memang sama-sama cerewet, namun pada akhirnya si ibu pun mengalah.
  389.  
  390. "Baiklah, Ibu tidur dulu."
  391.  
  392. "Ya, begitu lebih bagus."
  393.  
  394. Si ibu kembali masuk ke dalam rumah, dan tinggal Ayame saja yang berada di luar.
  395.  
  396. "Jangan hanya berdiri di luar saja, ayo masuk! Lagi pula, enggak mungkin kamu sampai pergi keluar kalau enggak ada sesuatu, 'kan?"
  397.  
  398. "Oke."
  399.  
  400. Aku kemudian masuk ke dalam rumahnya. Bagian dalam rumahnya tampak amat rapi. Sesuatu yang enggak bisa dipastikan kalau cuma melihat dari luar rumahnya saja.
  401.  
  402. Rumahnya juga luas, di dalamnya terdapat dua kamar tidur, yang mungkin di setiap kamar juga ada dapurnya masing-masing.
  403.  
  404. "Masuk saja dulu."
  405.  
  406. Ayame mempersilakanku masuk ke dalam kamarnya. Ada sebuah kasur, rak buku beserta meja belajar di dalamnya. Pada meja belajar tersebut terdapat layar monitor di atasnya. Kamar ini memang enggak begitu terlihat seperti kamar seorang gadis, tapi tampak rapi.
  407.  
  408. "Silakan duduk di mana saja kamu mau."
  409.  
  410. Kugeletakkan tasku lalu duduk sesuai dengan arahannya tadi.
  411.  
  412. "Sudah lama enggak ada yang berkunjung ke kamarku, jadi maaf, aku enggak bisa menyediakan alas duduk."
  413.  
  414. "Enggak apa-apa."
  415.  
  416. Ayame pun lalu ikut duduk.
  417.  
  418. "Hari ini kamu enggak masuk sekolah."
  419.  
  420. "... kamu khawatir, ya?"
  421.  
  422. "Itu .... Soalnya kemarin aku juga sudah bikin kacau."
  423.  
  424. "... jangan bilang kalau kamu ke sini hanya untuk menyerahkan catatan pelajaran terus langsung pulang."
  425.  
  426. "Di 'eroge', situasi seperti ini juga sering terjadi, kok."
  427.  
  428. Saat aku mengatakan itu, Ayame lalu tersenyum senang.
  429.  
  430. "Aramiya, sepertinya kamu lebih sering tersipu akhir-akhir ini."
  431.  
  432. "Enggak, ah!"
  433.  
  434. Lagi-lagi!
  435.  
  436. Tapi melihat di sesenang ini seperti ada kelegaan tersendiri. Yang membuatku sempat khawatir tadi adalah karena dia tiba-tiba enggak masuk sekolah.
  437.  
  438. "Maaf, aku enggak masuk bukan karena kejadian kemarin."
  439.  
  440. "Apa itu karena kesehatan ibumu?"
  441.  
  442. Ayame lalu mengangguk saat aku menanyakan itu.
  443.  
  444. "Ibuku sebenarnya menyuruhku untuk sekolah, tapi diam-diam aku khawatir. Karena kebodohanku, ibuku jadi sering susah. Itu sebabnya aku ingin sesekali berterima kasih pada beliau."
  445.  
  446. "Jadi dalam beberapa hari ini kamu bakal bolos, begitu?"
  447.  
  448. "Enggak. Soalnya besok saudariku datang ke sini untuk menjenguk. Dia sudah bekerja, dan sewaktu kuberi tahu kalau ibuku sakit, dia langsung minta izin enggak masuk kerja. Jadi besok aku mungkin bisa masuk seperti biasanya."
  449.  
  450. "Begitu."
  451.  
  452. Setelahnya, kami berdua sama-sama terdiam. Yah, sesudah tahu alasan kenapa dirinya enggak masuk sekolah dan memastikannya baik-baik saja, maka urusanku di sini sudah selesai. Yang tertinggal hanya suasa di sekitar kami yang berubah jadi canggung.
  453.  
  454. "Hei."
  455.  
  456. "Eh ...."
  457.  
  458. "Begini ...."
  459.  
  460. "Ya?"
  461.  
  462. Sambil menggenggam roknya dengan malu-malu, Ayame sedikit mengalihkan pandangannya dariku.
  463.  
  464. Eh? Ada apa ini?
  465.  
  466. "... begini, apa kamu tahu caranya memastikan kalau orang itu sudah 'pernah' atau enggak?"
  467.  
  468. "'*Uhuk* *uhuk* *uhuk*!"
  469.  
  470. Aku pun sampai meneguk liurku sendiri. Astaga, dia ini maksudnya apa, sih?
  471.  
  472. "So-soal kemarin itu .... Dengar dan pahami perkataanku dulu!"
  473.  
  474. "Yah ..., entah kenapa bisa jadi begini?"
  475.  
  476. Ayame pun langsung tampak murung.
  477.  
  478. "... aku hanya enggak begitu yakin."
  479.  
  480. "Eh?"
  481.  
  482. "Aku enggak pernah tidur dengan lelaki itu .... Aku juga enggak pernah punya niat melakukannya ...."
  483.  
  484. Ayame mencengkeram lengannya sendiri seakan dia sedang terluka. Dia terus mencengkeramnya sampai kukunya tampak menancap ke kulitnya.
  485.  
  486. "Jadi apa yang sebenarnya terjadi saat itu?"
  487.  
  488. "Aku diberi obat tidur ...."
  489.  
  490. "Hah?!"
  491.  
  492. Jadi cerita sebenarnya itu ....
  493.  
  494. "Aku enggak langsung tertidur seperti drama di TV begitu. Tubuhku perlahan-lahan mengantuk dan lama-kelamaan mulai enggak sadarkan diri. Saat bangun, aku tersadar kalau sedang berada di belakang gedung sekolah ..., dan Songou juga ada di situ. Aku merasa kalau hanya tertidur sekitar dua puluh menitan saja ...."
  495.  
  496. Ayame kemudian melanjutkan ceritanya meski dengan suara terbata dan gemetaran.
  497.  
  498. "Tapi selama dua puluh menitan itu aku benar-benar enggak sadar. Saat itu aku juga enggak bisa tahu jika ada seseorang yang berbuat sesuatu padaku .... Seragam sekolahku sudah robek di mana-mana .... Aku langsung memeriksa seluruh tubuhku, tapi aku masih belum sepenuhnya yakin .... Aku enggak bisa mengingat ataupun mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."
  499.  
  500. Suasana di kamar ini semakin terasa menekan, dan Ayame mendekatkan wajahnya ke hadapanku.
  501.  
  502. "I-itu sebabnya .... Kalau kamu tahu cara memastikannya, tolong bantu aku!"
  503.  
  504. "Da-da-da-da-dasar bodoh! Mana mungkin aku tahu!"
  505.  
  506. "Ko-kok bisa?! Ka-kamu sudah sering memainkan 'game'-nya, 'kan?!"
  507.  
  508. "Mana aku tahu kalau disensor begitu!"
  509.  
  510. "Nah, itu, ka-kamu sudah sering melihatnya, 'kan?! Ka-kalau begitu, ban-bantu aku me-me-memeriksanya ...."
  511.  
  512. Apa gadis ini baru saja mengatakan hal yang berlebihan?!
  513.  
  514. "Maaf, maaf, maaf .... Aku sudah keterlaluan ...."
  515.  
  516. Ayame lalu menarik napas dalam-dalam kemudian menenangkan diri.
  517.  
  518. "... apa soal ini sudah kamu tanyakan pada ibumu?"
  519.  
  520. "Mana mungkin, lah! Memangnya aku enggak tahu malu, apa?!"
  521.  
  522. Bukankah menanyakan hal tersebut pada seorang lelaki justru lebih memalukan lagi?
  523.  
  524. "Tapi kalau enggak diperiksa, aku belum yakin ...."
  525.  
  526. Ayame lalu menundukkan kepala. Sewaktu melihatnya, aku enggak bisa menebak seperti apa ekspresi wajahnya sekarang. Namun kupikir itu pasti terasa menyakitkan.
  527.  
  528. ... huh, apa boleh buat?
  529.  
  530. "Mungkin saja kamu masih perawan, Ayame."
  531.  
  532. "Eh ...."
  533.  
  534. Ayame langsung mengangkat kepalanya setelah aku mengatakan itu. Yah, aku memang belum punya bukti yang jelas, dan aku juga enggak bermaksud untuk menghibur hatinya.
  535.  
  536. "Aku enggak akan mengulanginya lagi. Berkata seperti tadi membuatku malu sendiri."
  537.  
  538. "Aramiya ...."
  539.  
  540. Ucap Ayame, kemudian lanjut berkata,
  541.  
  542. "Syukurlah."
  543.  
  544. Ujarnya singkat dan tenang.
  545.  
  546. Sewaktu aku melihat wajahnya yang tampak lega, rasa resah di dadaku ini pun ikut menghilang.
  547.  
  548. Sebenarnya pemeriksaan fisik itu enggak bisa dijadikan alat bukti sepenuhnya, tapi ....
  549.  
  550. Kalau kejadian itu memang sudah terjadi, maka sikap dari pelaku yang berbuat hal tersebut bisa jelas kelihatan setelahnya.
  551.  
  552. Aku masih perlu mengetahui lebih detail lagi soal kejadian sebenarnya yang mendasari gosip soal pekerjaan jual diri Ayame itu.
  553.  
  554. Petunjuk yang kudapatkan masih sedikit, tapi jika gosip tersebut masih terus menyebar, bisa-bisa dia bakal menerima dampak yang lebih parah.
  555.  
  556. Meski alasanku untuk menyelidiki ini patut dipertanyakan.
  557.  
  558. Setidaknya aku ingin menghilangkan gosip yang kini sedang berkembang. Aku dan Ayame mungkin cuma bisa menyangkalnya sedikit demi sedikit saja.
  559.  
  560. Rasanya memang melelahkan, sih .... eh, tunggu!
  561.  
  562. Tanpa kusadari, kenapa aku mau bekerja sama dengan Ayame ...?
  563.  
  564. "Hal yang bagus, sih, kalau ada yang seiya sekata denganku."
  565.  
  566. Saat aku berkata begitu untuk meredakan keteganganku,
  567.  
  568. "Asal kamu enggak jadi orang yang selalu ingin tahu, aku sudah puas, kok."
  569.  
  570. Dia menjawabnya dengan kalimat yang amat menyinggungku.
  571.  
  572. Setelah dirasa cukup, aku lalu pamit dari rumah Ayame kemudian pulang.
  573.  
  574.  
  575. ♦♦♦
  576.  
  577.  
  578. Aku membaringkan tubuh sejenak sesampainya di rumah, namun tiba-tiba telepon rumahku berbunyi.
  579.  
  580. "Siapa pula yang menelepon?"
  581.  
  582. Di rumahku sekarang cuma ada aku sendiri, karena itu aku harus bangun dan menjawab teleponnya.
  583.  
  584. Kenapa harus pakai telepon rumah segala? Kalau memang ada urusan, bukankah lebih baik lewat ponsel pribadi saja?
  585.  
  586. "Halo, ini Hatsushiba. Apa Aramiya Seiichi ada di rumah?"
  587.  
  588. "... Hatsushiba? Ada perlu apa?"
  589.  
  590. Enggak kusangka kalau dia menghubungiku lewat telepon rumah.
  591.  
  592. Yah, Hatsushiba juga sepertinya enggak tahu nomor ponsel-ku.
  593.  
  594. "A-Aramiya, toh. Syukurlah. Ada yang mau Yuuka bicarakan padamu."
  595.  
  596. Bukankah kita sudah banyak mengobrol hari ini? Apa lagi yang mau dibicarakan? Aku jadi curiga.
  597.  
  598. "Bicara soal apa?"
  599.  
  600. "... soal gosip itu."
  601.  
  602. Wah, kebetulan. Aku juga mau membahas soal itu.
  603.  
  604. "Yang benar? Yah, sebenarnya aku juga mau membicarakan soal itu."
  605.  
  606. "Kamu bisa keluar rumah, tidak? Kita bicarakan ini di tempat lain."
  607.  
  608. "Bisa, sih, tapi kenapa harus di luar?"
  609.  
  610. "Yuuka tidak mau bicara lama-lama di telepon."
  611.  
  612. "Ya sudah. Besok saja.
  613.  
  614. "... eh, harus sekarang!"
  615.  
  616. ... mencurigakan. Mungkin bagi dia, ini seperti kalau ingin mencari anak singa, maka harus berani juga masuk ke kandang singa.
  617.  
  618. Namun menurutku, kalau memang enggak perlu, ya enggak usah ambil resiko. Lagi pula, aku juga enggak buru-buru ingin tahu.
  619.  
  620. "Maaf, besok saja 'kali, ya? Besok terserah kamu mau bicara sampai kapan."
  621.  
  622. Ujarku sambil hendak menutup telepon.
  623.  
  624. Akan tetapi,
  625.  
  626. "Ya sudah. Yuuka akan sebar gosip soal Aramiya yang hanya suka dengan gadis 2D ke seluruh sekolah, ya?"
  627.  
  628. "... kamu mau mengancamku?"
  629.  
  630. Gadis ini memang enggak tanggung-tanggung.
  631.  
  632. Kalau sudah begini, apa aku harus mengeluarkan kartu asku untuk balik mengancam? Enggak, itu terlalu cepat.
  633.  
  634. "Yuuka hanya mau menyebar gosip, bukan mau mengancam."
  635.  
  636. Terlepas soal fakta dia ingin berbicara denganku di luar rumah, rasanya juga enggak buruk-buruk amat ....
  637.  
  638. Namun aku merasa Hatsushiba terdengar cukup tertekan dari cara bicaranya tadi.
  639.  
  640. Suaranya seolah terdengar kebingungan ..., tapi kalau ini adalah salah satu trik pengisi suara, aku enggak bisa berbuat apa-apa lagi.
  641.  
  642. Di satu sisi aku sedikit ragu soal ini, tapi di sisi lain aku enggak punya pilihan.
  643.  
  644. "Aku dan kamu, cuma kita berdua, 'kan?"
  645.  
  646. "Eh ..., ah, ah, hmm ...."
  647.  
  648. "Ya, ada apa ...."
  649.  
  650. Setelah itu, kudengarkan penjelasannya mengenai tempat dan waktu janji pertemuan kami, aku pun segera mengenakan mantel dan segera menuju tempat yang dimaksud.
  651.  
  652. Ditambah, kukirim SMS pada orang rumah dan Kiriko-senpai yang mengabarkan kalau aku mau keluar rumah dulu.
  653.  
  654.  
  655. ♦♦♦
  656.  
  657.  
  658. Hatsushiba terlihat sedang duduk di bangku taman enggak jauh dari stasiun kereta.
  659.  
  660. Saat melihat kedatanganku, dia langsung berdiri dan berlari ke arahku.
  661.  
  662. "Halo Aramiya."
  663.  
  664. "Ha-halo ...."
  665.  
  666. "Tidak usah pasang tampang curiga begitu."
  667.  
  668. Tentu saja aku curiga, soalnya untuk apa aku disuruh ke taman kota malam-malam begini?
  669.  
  670. Ditambah, Hatsushiba juga tampak seperti orang panik. Apa dia masih khawatir? Atau masih ada yang dia ragukan?
  671.  
  672. "Jadi, apa yang mau kamu bahas di sini?"
  673.  
  674. "Aramiya saja dulu."
  675.  
  676. Aku bergegas memaksanya, tapi dia justru berkata begitu .... Baiklah.
  677.  
  678. "Aku mau membahas tentang siapa yang menyebarkan gosip itu"
  679.  
  680. "Eh ...."
  681.  
  682. "Walau belum seratus persen, tapi aku masih punya keyakinan kalau itu Songou."
  683.  
  684. Sewaktu aku mengatakan itu, Hatsushiba tercengang hingga tubuhnya gemetaran.
  685.  
  686. "Tidak, tidak mungkin ...."
  687.  
  688. Hatsushiba ternyata juga enggak terlalu tahu soal itu. Makanya dia berbicara dengan suara pelan.
  689.  
  690. Seenggaknya situasi ini bukan seperti 'flag' gadis populer yang berhasil kupicu. Lagi pula, kalau enggak menanyakannya, aku juga enggak bakal tahu seperti kelanjutannya.
  691.  
  692. Tapi kurasa hal seperti ini memang bakal terjadi.
  693.  
  694. Hatsushiba menundukkan kepalanya ....
  695.  
  696. "Meski aku membiarkan dia berkata sesukanya, tapi aku enggak pernah percaya sama omongannya. Ini bukan soal kelakuan atau penampilannya, tapi dari yang kudengar soal gosip itu, dia memberi obat tidur pada Ayame untuk melakukan niat jahatnya. Kurasa apa pun pembelaannya, dia tetap salah."
  697.  
  698. "Eh ...!"
  699.  
  700. Seru Hatsushiba seolah enggak percaya dengan yang baru saja didengarnya. Dan beberapa detik kemudian—
  701.  
  702. Suara hantaman keras tiba-tiba terdengar seiring kepalaku yang mulai terasa sakit.
  703.  
  704. "Argh!"
  705.  
  706. Baru kusadari beberapa saat kemudian kalau aku telah dihantam dengan sesuatu yang keras.
  707.  
  708. "Na-Naosumi?! Apa yang kamu lakukan ...?! Sudah Yuuka bilang, Yuuka bisa menanganinya ....!"
  709.  
  710. Mendengar asal suara itu, aku sudah tahu siapa yang datang. Ditambah, terdengar suara berisik dari gerombolan orang dengan hentakan kaki mereka yang berlebihan.
  711.  
  712. Ya Tuhan, rasanya sakit sekali sampai-sampai aku enggak kuat lagi untuk berteriak.
  713.  
  714. Bergegas kuraih ponsel lipatku dari saku kemeja.
  715.  
  716. "Harusnya kamu lebih hati-hati!"
  717.  
  718. Songou meninggikan suaranya dan sesuatu yang keras menghantam lenganku.
  719.  
  720. "Argh ...!"
  721.  
  722. Ponsel-ku terjatuh.
  723.  
  724. Kutarik kakiku lalu menendang ponsel lipat yang terjatuh tadi ke arah taman bunga yang tumbuh lebat itu.
  725.  
  726. "Sudah kubilang, lain kali kamu harus hati-hati kalau berjalan di luar."
  727.  
  728. Berjalan di luar apanya?! Ini taman kota!
  729.  
  730. Kemudian aku kembali mendapat hantaman di kepala. Kesadaranku perlahan berangsur memudar.
  731.  
  732. Aku enggak tahan lagi. Aku pun jatuh tersungkur di tanah.
  733.  
  734. Sial .... Ini benar jebakan? Harusnya tadi aku pakai helm saja.
  735.  
  736. Seenggaknya kalau aku mau janjian bertemu seseorang, harusnya itu pun di tempat yang cukup ramai, tapi nyatanya ....
  737.  
  738. "Yuuka, terima kasih sudah membawanya ke sini."
  739.  
  740. "Naosumi, ini— apa ini?! Ini— seharusnya bukan seperti ini! Lalu ...."
  741.  
  742. Aku masih bisa mendengar sedikit perbincangan antara Songou dan Hatsushiba hingga akhirnya kesadaranku benar-benar hilang dan pingsan.
  743.  
  744.  
  745. ♦♦♦
  746.  
  747.  
  748. "Hah!"
  749.  
  750. Aku dibangunkan paksa berbarengan dengan suara '*byur*'.
  751.  
  752. Pelan-pelan kubuka mataku dan melihat Songou sedang membawa sebuah ember.
  753.  
  754. "Sudah bangun, hah?!"
  755.  
  756. Rupanya dia menyimburkan seember air padaku tadi.
  757.  
  758. Kuamati sekeliling dan kusadari kalau aku sedang berada dalam sebuah ruangan yang luasnya sama dengan ruang kelas meski tanpa jendela. Yang ada hanya sebuah pintu yang digunakan sebagai jalur keluar masuk. Kulihat ada sekitar enam orang berkumpul di ruang ini.
  759.  
  760. Hatsushiba ada di pojok ruangan. Dia tampak sangat enggak nyaman.
  761.  
  762. "Ini di mana ...."
  763.  
  764. "Ini tempat rahasia kami. Kamu tahu gedung usang di sekitar area perbelanjaan, 'kan? Tempat ini ada di lantai bawah tanah."
  765.  
  766. Rupanya ini tempat terasing di ruang bawah tanah dari gedung usang. Sinyal enggak bakal sampai ke sini, jadi GPS enggak bakal berguna sekarang.
  767.  
  768. "Kenapa aku enggak bisa bergerak?"
  769.  
  770. Akhirnya kusadari kalau aku sedang duduk terikat di atas kursi.
  771.  
  772. "Sampai berbuat kriminal begini, sebenarnya apa maumu?!"
  773.  
  774. Aku mungkin sudah mengira bakal terjadi sesuatu, tapi enggak sampai separah ini. Bukan, aku pun sebenarnya sudah tahu kalau dia berusaha sekali ingin memerkosa Ayame sampai pernah memberi obat tidur padanya. Harusnya aku lebih waspada lagi.
  775.  
  776. "Jaga bicaramu, Otaku menjijikkan!"
  777.  
  778. "Kamu menyekapku begini pasti agar Ayame mau datang ke sini, 'kan?"
  779.  
  780. "... kamu benar."
  781.  
  782. Raut wajahnya langsung berubah setelah kusela tadi hingga dia enggak melanjutkan bualannya lagi. Tampak kalau dia sedang frustasi. Kenapa dia enggak sampai berpikir kalau aku bisa tahu niatnya? Barangkali benar yang dikatakan Tozaki kalau Songou orang yang gampang terbawa emosi."
  783.  
  784. Ingin aku lari, tapi tubuhku sekarang sedang terikat. Ditambah, pintu keluarnya cuma ada satu.
  785.  
  786. Sebuah keajaiban jika tali pengikat ini bakal longgar dan aku bisa kabur melalui pintu itu .... Mungkin aku harus berdoa agar keajaiban itu turun padaku.
  787.  
  788. "Kalau pikirmu bisa lolos, maka itu percuma. Aku sudah menyuruh orang untuk berjaga di luar pintu masuk gedung usang ini."
  789.  
  790. Pikiranku terbaca, meski begitu, dalam hati kecilku aku ingin agar Ayame enggak datang kemari.
  791.  
  792. Aku pernah melihat adegan semacam ini dalam 'eroge'. Kalau enggak salah, sang protagonis akan mengencangkan ototnya saat diikat tali, kemudian dia melonggarkan ototnya supaya gampang melepaskan diri dari ikatan tersebut. Bisa dibilang, sang protagonis tersebut mampu lolos dengan anggunnya.
  793.  
  794. Tapi untuk kasusku, aku sudah terlanjur dipukuli sampai pingsan hingga aku enggak bisa menemukan celah sedikit pun. Di samping itu, aku punya otot yang lembek. Meski dikencangkan sedemikian rupa, tetap enggak ada gunanya. Biarpun begitu, aku cuma bisa berharap agar Tuhan memberiku kekuatan seekor banteng supaya bisa melibas semua orang di sini.
  795.  
  796. "Songou, gadis itu sudah datang."
  797.  
  798. Lelaki yang berdiri di depan pintu masuk lalu membuka pintunya.
  799.  
  800. Ayame pun masuk ke dalam. Dia mungkin bergegas kemari karena baju yang dipakainya belum ada berubah sejak sore tadi.
  801.  
  802. "Aramiya!"
  803.  
  804. Untuk melambaikan tangan saja aku enggak mampu.
  805.  
  806. Ayame mencoba berlari ke arahku namun dihadang oleh lelaki yang berada di dekat pintu.
  807.  
  808. "Oi, jangan seenaknya saja kamu—"
  809.  
  810. Ucapan lelaki itu berhenti seiring tubuhnya terlempar karena pukulan Ayame.
  811.  
  812. Dari pengamatanku, lelaki tersebut terlempar kira-kira sekitar dua atau tiga meter jauhnya .... Lelaki itu pun enggak sadarkan diri.
  813.  
  814. "Apa kalian enggak kapok kupukuli, hah?! Kalian berani macam-macam dengan hal yang sudah di luar batas!"
  815.  
  816. Dia menatap Songou dengan pandangan menusuk, penuh hawa membunuh seakan dia bukan seorang murid SMA.
  817.  
  818. Songou lalu melesakkan tinjunya ke kepalaku.
  819.  
  820. "Argh ...!"
  821.  
  822. Ayame menggigit bibirnya dengan rasa amarah. Sial, aku benar-benar jengkel kalau enggak bisa berbuat apa-apa begini.
  823.  
  824. "... apa maumu?"
  825.  
  826. Ayame menurunkan tinjunya dan berbicara pelan.
  827.  
  828. "Kamu bakal tahu sendiri. Hei, kalian, cepat!"
  829.  
  830. Empat orang anak buah Songou kemudian mengepung lalu mengunci tubuh Ayame.
  831.  
  832. Setelahnya, mereka menjatuhkan gadis itu ke tanah.
  833.  
  834. "Telanjangi dia!"
  835.  
  836. "Apa ...?!"
  837.  
  838. "Hahaha. Melawan saja sesukamu! Aku di sini bakal menontonmu sampai telanjang bulat."
  839.  
  840. Lelaki ini benar-benar licik.
  841.  
  842. "Na-Naosumi! Kenapa begini?!"
  843.  
  844. Hatsushiba, yang sebelumnya cuma diam, kini berseru keras.
  845.  
  846. "Kamu berisik sekali, Yuuka! Diam dan turuti saja perintahku! Nantinya ini juga bakal ada untungnya buat keluargamu."
  847.  
  848. "Kenapa harus sampai begini? Bukankah kamu bilang hanya mau memisahkan Aramiya dan Kotton saja, 'kan?"
  849.  
  850. "Hah?! Ini semua gara-gara dia. Salah sendiri, kenapa dia masih mau saja dekat dengan Ayame. Biar dia rasakan sendiri akibatnya."
  851.  
  852. Hatsushiba kembali terdiam. Bagaimana bisa sampah masyarakat macam dirinya bisa berteman dengan Hatsushiba sedari kecil?
  853.  
  854. Tepatnya, kenapa Hatsushiba mau menurutinya seolah enggak bisa sedikit pun menentang.
  855.  
  856. "Ayo, cepat buka bajunya!"
  857.  
  858. Keempat orang itu pun mulai berusaha melucuti pakaian Ayame.
  859.  
  860. "Hentikan ...!"
  861.  
  862. Ayame melawan sekuat tenaga.
  863.  
  864. Dia memiringkan tubuhnya ke bagian yang cukup senggang. Sesaat, dia tampak bakal bisa meloloskan diri, tapi ....
  865.  
  866. "Yak, melawan seperti ini jauh lebih bagus. Lebih menengangkan."
  867.  
  868. Songou melihatnya seolah itu hal yang menyenangkan.
  869.  
  870. Sial, apa memang sudah enggak ada kesempatan untuk selamat ....
  871.  
  872. Aku berusaha menggerakkan dan menendang-nendang dengan kuat ke seluruh arah. Ikatan di kaki kananku rasanya mulai longgar.
  873.  
  874. "...!"
  875.  
  876. Sepatuku copot tapi itu membuat kaki kananku bisa bergerak sekarang!
  877.  
  878. Aku memaksa diri untuk bangkit sambil terikat pada kursi ini. Aku cuma bisa menggerakkan kaki kanan sehingga aku masih belum bisa berjalan dengan normal. Aku pun cuma bisa mendekat sedikit demi sedikit yang lambatnya masih kalah sama kura-kura.
  879.  
  880. Sementara itu, Songou rupanya sadar dan melihat ke arahku.
  881.  
  882. "Jangan sok ikut campur!"
  883.  
  884. Dia lalu menendang kakiku dan meninju perutku.
  885.  
  886. Aku terlempar bersama kursi lalu terguling di tanah dan menjauh dari posisi Ayame.
  887.  
  888. "Jangan ganggu Aramiya!"
  889.  
  890. Parka Ayame sudah hampir tersingkap semuanya, tapi dia masih mencemaskanku.
  891.  
  892. Sial, menyedihkan sekali aku ini.
  893.  
  894. "Kamu sebegitu sukanya pada anak ini sampai mengubah rambutmu jadi kucir dua, hah? Tapi rasanya aku lebih suka kucir kuda, deh. Hei, lepas dua ikatan rambutnya itu terus ikat kembali jadi satu."
  895.  
  896. Mungkin dia melakukan ini dalam rangka memamerkan kekuasaannya yang mampu melucuti Ayame.
  897.  
  898. Salah seorang anak buah Songou melepaskan dua ikatan rambut Ayame lalu mengikatnya kembali menjadi satu ikatan.
  899.  
  900. Rambutnya kini menjadi gaya kucir ekor kuda berbarengan dengan hampir terlepasnya parka yang dikenakannya tadi.
  901.  
  902. "Sudah cukup! Kalau memang aku sudah enggak perawan, kenapa kalian masih mengincarku ...?!"
  903.  
  904. "Sudah kubilang kalau kamu ini sudah enggak perawan. Terima saja kenyataannya."
  905.  
  906. Ayame mulai patah semangat. Enggak cuma itu, dia pun harus menerima fakta mengenai diriku yang terobsesi dengan gadis perawan saja.
  907.  
  908. Andai saja aku enggak terikat, aku bakal ....
  909.  
  910. Enggak, dengan lengan dan kaki yang tertindih sepenuhnya, meski Ayame sekalipun, dia enggak akan mampu melawan.
  911.  
  912. Ya Tuhan, aku mohon.
  913.  
  914. Gadis itu enggak salah apa-apa. Meski dia pernah menyebabkan bermacam persoalan, tapi dia melakukannya karena ada alasan tersendiri.
  915.  
  916. Dia enggak layak kehilangan kesuciannya dengan cara seperti ini.
  917.  
  918. Karena itu aku mohon, siapa saja, tolonglah dia, entah itu Buddha ataupun hewan buas.
  919.  
  920. Siapa saja ....
  921.  
  922. "... sial."
  923.  
  924. ... apa yang kupikirkan?
  925.  
  926. Hanya berdoa saja enggak akan banyak membantu!
  927.  
  928. Kalau aku enggak melakukannya sendiri, pertolongan itu enggak bakal pernah ada! Bukankah seorang protagonis dalam 'eroge' pernah bicara begitu?
  929.  
  930. "Yuuka, sini, ikat kaki kanan anak ini!"
  931.  
  932. Perintah Songou seolah dia sadar akan hal itu. Dia pun kembali berpaling memusatkan perhatiannya pada Ayame.
  933.  
  934. Hatsushiba perlahan mendekat ke arahku tanpa ragu.
  935.  
  936. "... maaf, Yuuka tidak menyangka akan jadi seperti ini."
  937.  
  938. Ucapnya dengan suara pelan.
  939.  
  940. "Biar bagaimanapun, aku jadi bisa tahu yang sebenarnya."
  941.  
  942. Jawabku lirih agar enggak terdengar Songou.
  943.  
  944. Mereka masih belum berhenti tertawa. Mungkin mereka enggak bakal mendengar pembicaraan kami.
  945.  
  946. "Tapi ...."
  947.  
  948. "Ada apa?"
  949.  
  950. Eh ....
  951.  
  952. Tetap saja ada sesuatu yang janggal dari sikapnya. Ini sudah masuk ranah kriminal, meski begitu, gadis ini bukanlah orang yang tega berbuat kejam. Lalu kenapa dia ikut melakukan hal ini.
  953.  
  954. Sejak aku terbangun dari pingsan tadi, kulihat wajahnya selalu tampak seolah merasa bersalah. Eh, bukan, justru itu sejak kemarin malam.
  955.  
  956. Jelas ini bukanlah kepura-puraan. Kalau sejak awal Hatsushiba tahu soal ini, ekspresi wajahnya enggak bakal seperti itu.
  957.  
  958. Aku harus membuka mata Hatsushiba dan bergerak bebas, terlepas dari ikatan ini.
  959.  
  960. Ayo berpikir ...!
  961.  
  962. "Hatsushiba, kumohon, lepaskan ikatanku."
  963.  
  964. "Eh .... Yuuka tidak bisa .... Kalau Naosumi sampai marah, Yuuka tidak akan punya apa-apa lagi ..."
  965.  
  966. Aku dari dulu penasaran kenapa diam-diam dia menggantungkan dirinya pada orang lain. Tapi apa benar seperti itu yang kupikirkan?
  967.  
  968. Apa itu memang keinginannya sendiri untuk bergantung pada orang yang berani berbuat kejahatan seperti Songou? Apa yang ada di pikirannya .... Enggak, bisa jadi ini salah satu jenis Stockholm Syndrome. Sebelumnya mereka memang sudah sangat dekat sedari kecil.
  969.  
  970. Jika enggak menurut, Songou akan mengancamnya. Tapi lain cerita jika dia bekerja sama dengannya. Dia memilih opsi tersebut dikarenakan tingginya peluang untuk selamat. Naluri manusia memang seperti itu adanya.
  971.  
  972. Tapi saat ini hal tersebut kurang kuat untuk dijadikan alasan! Fakta soal Hatsushiba yang begitu penurut terhadap Songou ini pasti didasari oleh suatu alasan yang lebih kompleks. Itu pasti ...!
  973.  
  974. "Kalau terus begini, Ayame bakal benar-benar kehilangan hal paling berharga miliknya! Apa kamu enggak merasa bersalah?!"
  975.  
  976. "Itu .... Sebenarnya Yuuka juga tidak mau seperti ini ...."
  977.  
  978. "Songou enggak bakal bisa kembali seperti yang dulu lagi! Begitu pun kamu!"
  979.  
  980. "Tidak, Yuuka tidak bisa menentang Naosumi ...! Lagi pula, jika Yuuka tidak menurutinya, papa bisa dipecat dari pekerjaannya ...!"
  981.  
  982. Aku sempat mengira kalau mungkin saja dia tidak bisa lepas dari ketergantungannya pada orang lain, tapi kenyataannya benar-benar enggak bisa ditebak!
  983.  
  984. "Yuuka ingat pernah cerita kalau rumah kami bersebelahan dan kedua orang tua kami sudah saling akrab. Sebenarnya ayah Yuuka juga bekerja di perusahaan yang sama dengan ayahnya."
  985.  
  986. Kalau enggak salah, Ayame juga pernah cerita soal ini.
  987.  
  988. "Apa kamu diancam?"
  989.  
  990. Dengan ragu, Hatsushiba pun mengangguk.
  991.  
  992. "Setelah Naousumi dan Kotton putus, gosip negatif tentang Kotton mulai menyebar luas .... Kemudian Naosumi menyuruh Yuuka untuk ikut menyebarkan gosip itu .... Jika itu belum cukup menjauhkanmu darinya, maka Yuuka harus mengganggu kalian agar kamu tidak bisa dekat dengannya .... Kalau Yuuka tidak menurut, Naosumi sendiri yang akan turun tangan untuk menyerang Aramiya ..., dan papa akan dipecat dari perusahaan."
  993.  
  994. "Sekarang aku paham. Setelah Songou dan Ayame putus, kamu jadi mulai menjauh darinya, 'kan?"
  995.  
  996. "Benar. Karena Yuuka sudah ikut menyebarkan gosip buruk tentang Kotton, mana mungkin Yuuka bisa tenang saat bicara dengannya. Yuuka pun sebenarnya ... sama sekali tidak mau melakukannya! Yuuka sudah berbuat hal yang sangat kejam ...! Tapi Yuuka juga tidak menentang Naosumi ...!"
  997.  
  998. Itu sebabnya dia enggak mau cerita.
  999.  
  1000. "Ini bukan soal bisa dimaafkan atau tidak, namun ini hal yang rumit."
  1001.  
  1002. Ayame dan Hatsushiba sama sekali enggak sedang berkonflik. Hatsushiba cuma merasa bersalah, hingga dia pun menjaga jarak dengan Ayame. Di sisi lain, Ayame salah mengira kalau dirinya dijauhi karena sudah mencampakkan Songou.
  1003.  
  1004. Jadi bisa disimpulkan kalau ini kesalahpahaman belaka. Dan setelah semuanya terungkap, ternyata hal tersebut enggaklah sebegitu rumitnya.
  1005.  
  1006. Ketika misteri ini terselesaikan dan semuanya bakal pulih dengan sendirinya, maka aku enggak perlu lagi kesusahan begini.
  1007.  
  1008. "Hatsushiba, sekali lagi kuulangi, tolong lepaskan ikatanku!"
  1009.  
  1010. "Tapi, tapi ...."
  1011.  
  1012. Hatsushiba kali ini tampak gemetaran.
  1013.  
  1014. Sudah tentu dia merasa kalau Ayame enggak pantas diperlakukan begini.
  1015.  
  1016. Namun karena suatu hal yang cukup rumit, dia pun terpaksa melakukannya. Tinggal sedikit dorongan lagi agar aku bisa meyakinkannya. Tapi bagaimana?
  1017.  
  1018. "Lagi pula, kalaupun aku melepas ikatan Aramiya, itu tidak akan mengubah apa pun ...."
  1019.  
  1020. "Aku akan menolong Ayame. Meski cuma aku sendiri, aku masih bisa mengulur waktu."
  1021.  
  1022. Cuma itu yang bisa kulakukan.
  1023.  
  1024. Tapi jika aku melakukannya agar Ayame bisa mendapat sedikit waktu menghadapi situasi terburuknya ....
  1025.  
  1026. Mungkin ... aku bakal punya kesempatan untuk kabur.
  1027.  
  1028. Itu cuma sekadar rencana. Soalnya Ayame saja enggak bisa melawan dan aku pun masih terikat.
  1029.  
  1030. "Tapi ...."
  1031.  
  1032. Sampai di saat itu, Hatsushiba belum mau setuju.
  1033.  
  1034. Saat ini aku sudah enggak punya waktu untuk mengatakan hal yang sama berulang kali. Mungkin ini saatnya aku membuka kartunya.
  1035.  
  1036. "Kalau kamu enggak mau, bakal kusebar ke seluruh sekolah kalau kamu yang mengisi suara tokoh wanita dalam 'eroge' yang berjudul 'Appeal Time'!"
  1037.  
  1038. Mata Hatsushiba langsung berkaca-kaca. Dia tampak mulai ragu.
  1039.  
  1040. "Eh, tung-tunggu .... Ko-kok Aramiya bisa tahu?"
  1041.  
  1042. 'Game' yang kusebut tadi sebenarnya dijual terbatas. Ditambah, tanpa orang-orang tahu, pengembangnya sempat melakukan perubahan di bagian pengisi suara. Meski begitu, anggap saja kalau fakta ini ternyata benar.
  1043.  
  1044. "Bisa kubilang, untuk ukuran anak SMA, membuat suara rintihan seperti itu, cukup lumayan juga. Kalau enggak salah ingat kamu mengisi suara saat bagian, 'Keluarkan semuanya di dalam, Master~!' atau semacam itu."
  1045.  
  1046. "Tidaaaaaaaaaaak! Yuuka mohon, jangan sebarkan! Yuuka hanya disuruh sutradaranya saja! Dan Yuuka pikir hanya Tozaki saja yang tahu soal ini."
  1047.  
  1048. Hatsushiba semakin tampak kebingungan. Aku bisa saja melanjutkannya lagi, tapi— sial.
  1049.  
  1050. Enggak bisa, meski aku menggunakan cara seperti itu, tetap saja enggak bakal berhasil!
  1051.  
  1052. Aku harus melepaskan ikatanku dulu!
  1053.  
  1054. "Kamu seorang pengisi suara, 'kan?! Kamu bangga pada pekerjaanmu, 'kan?! Dan kamu menggunakan bakat itu untuk membantu para kriminal melakukan kejahatannya?! Aku cuma bisa tertawa mendengar fakta semacam itu!"
  1055.  
  1056. "A-Aramiya .... Tapi ..., ayahku bisa ...!"
  1057.  
  1058. "Kamu juga tahu, untuk menjadi seorang pengisi suara dibutuhkan banyak biaya, mulai dari biaya kursus, perawatan diri dan sebagainya. Ayahmu pasti punya kemampuan hebat hingga bisa mengusahakannya supaya hal itu tercapai. Apa kamu pikir dia bisa dipecat dari perusahaannya dengan segampang itu? Apa kamu pikir perusahaannya bakal memberhentikan orang yang punya potensi besar? Perusahaan tersebut bakal merugi kalau sampai melakukannya."
  1059.  
  1060. Baik itu tekanan dari pihak internal maupun sisi bisnis, ancaman dari Songou itu cuma bualan belaka.
  1061.  
  1062. Tozaki juga bilang kalau Songou adalah orang yang suka membual.
  1063.  
  1064. "Dan kamu masih melupakan hal terpenting. Antara dipecat dari perusahaan atau anak perempuannya terlibat persoalan kriminal, mana yang bakal lebih disesali oleh ayahmu?!"
  1065.  
  1066. "... yang lebih disesali ...?"
  1067.  
  1068. "Dengarkan ini, kalau kamu melepaskan ikatanku sekarang, aku pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini."
  1069.  
  1070. "Caranya? Bagaimana caranya?"
  1071.  
  1072. "Aku enggak ada waktu menjelaskannya! Anggap saja ketimbang menuruti perintah Songou dan hidupmu berantakan, lebih baik yakin padaku dan berjuang untuk menikmati masa SMA yang lebih nyaman. Bukankah itu seratus kali lebih baik?!"
  1073.  
  1074. "A-Aramiya ...."
  1075.  
  1076. "Kukatakan untuk terakhir kalinya, hadapi ini bersamaku, Hatsushiba! Aku bisa menolong dirimu dan Ayame, itu pasti!"
  1077.  
  1078. "...."
  1079.  
  1080. Kulihat Hatsushiba tampak lebih ragu sepersekian detik.
  1081.  
  1082. Tapi sepersekian detik pun rasanya terlalu lama.
  1083.  
  1084. Kumohon, aku bukanlah seorang protagonis ataupun atlet. Bahkan aku enggak bisa memutus seutas tali dengan tenagaku sendiri.
  1085.  
  1086. Aku cuma perlu tali yang mengikat ini dilepaskan agar aku bisa menyelesaikan persoalan ini.
  1087.  
  1088. Aku berdoa sembari menunggu jawaban dari Hatsushiba.
  1089.  
  1090. Kemudian — ekspresi wajah Hatsushiba mendadak berubah.
  1091.  
  1092. "Apa Yuuka bisa memegang janjimu?"
  1093.  
  1094. "Ya! Kamu bisa memercayaiku! Biar kutunjukkan padamu sisi diriku yang seenggaknya bisa dipercaya!"
  1095.  
  1096. Sepasang mata yang dulunya suram kini penuh dengan cahaya keadilan .... Hmm, sepertinya yang tadi itu cukup berlebihan.
  1097.  
  1098. Kalau memang begitu, berarti kini Hatsushiba enggak bakal ragu lagi.
  1099.  
  1100. "Terima kasih Aramiya. Mata Yuuka sekarang sudah benar-benar terbuka!"
  1101.  
  1102. Jika harus mengaku, sebenarnya ucapan tadi terilhami dari percakapan salah satu 'eroge' yang kumainkan. Mungkin Hatsushiba jadi terkesan.
  1103.  
  1104. Tapi kutipan ini diambil entah dari 'eroge' yang berjudul apa.
  1105.  
  1106. Bagaimana lengkapnya atau dari perangkat 'game' apa, yang kuingat cuma, 'Jika kamu mampu memandu para makhluk astral ke tempat semestinya ...,' potongan kalimat itu sendiri juga penuh akan kebanggaan,
  1107.  
  1108. "Akan kulepas ikatanmu sekarang ...!"
  1109.  
  1110. Hatsushiba mulai mencoba melepaskan ikatan talinya.
  1111.  
  1112. "Cepat ...!"
  1113.  
  1114. Saat memeriksa sekitar, kulihat parka Ayame akhirnya terlepas seluruhnya dari badannya.
  1115.  
  1116. Tubuh bagian atas Ayame cuma menyisakan kaos lengan panjang yang itu pun sudah tersingkap sampai ke bahu hingga memperlihatkan behanya. Sedangkan, rok panjang yang dikenakannya sudah terangkat sampai ke bagian atas paha. Tinggal sedikit lagi, Ayame bakal telanjang sepenuhnya ...!
  1117.  
  1118. (https://goo.gl/PjLONf)
  1119.  
  1120. "Ah, sedikit lagi ...."
  1121.  
  1122. Mereka masih belum menyadari pergerakanku.
  1123.  
  1124. Mereka masih terus terfokus untuk melepas pakaian Ayame seluruhnya. Songou sendiri sedang asyik menonton adegan itu sambil tersenyum mesum.
  1125.  
  1126. "Yak, lepas!"
  1127.  
  1128. Akhirnya kini aku bisa mendapatkan lagi kendali atas tubuhku.
  1129.  
  1130. "Terima kasih, Hatsushiba! Kamu pasti bakal menjadi dewi di antara para pengisi suara! Aku jamin itu!"
  1131.  
  1132. Kuperiksa saku bajuku, ponsel cerdasku masih berfungsi dengan baik.
  1133.  
  1134. Mulai sekarang, ini akan menjadi tindakan terhebat dalam hidupku.
  1135.  
  1136. Jangan cemas, bersikaplah dengan gagah berani layaknya seorang protagonis saat adegan klimaks dalam sebuah 'eroge'. Itu saja sudah cukup.
  1137.  
  1138. Di saat-saat terakhir, cuma dengan sedikit pergerakan saja sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan. Kejadian buruk semacam ini mestinya enggak perlu dilanjutkan sampai akhir.
  1139.  
  1140. "Kalian semua, jangan bergerak!"
  1141.  
  1142. Teriakku nyaring hingga bergema ke seluruh ruangan. Semua orang langsung terdiam, lalu melirik ke arahku.
  1143.  
  1144. Songou mengerutkan dahinya saat melihat ikatanku yang sudah terlepas. Hatsushiba lalu dipandanginya sampai gadis itu pun menjadi ketakutan.
  1145.  
  1146. Namun aku mengabaikannya dan lanjut bicara,
  1147.  
  1148. "Kalau tidak ingin ditangkap polisi, cepat lepaskan dia!"
  1149.  
  1150. Kuacungkan ponsel cerdasku dari dalam saku baju.
  1151.  
  1152. Akan tetapi ....
  1153.  
  1154. "Hahaha, Hahaha, Hahaha!"
  1155.  
  1156. Mereka tertawa terbahak-bahak hingga leher mereka terdongak ke belakang.
  1157.  
  1158. "Kita ini ada di bawah tanah! Lihat saja ponsel-mu! Sinyal saja enggak menjangkau ke sini, bagaimana kamu bisa memanggil polisi, hah?!"
  1159.  
  1160. Bual Songou dengan angkuhnya. Enggak cuma itu, dia pun menampakkan wajah mengejek seperti seekor anjing. Ingin rasanya kupukul dia.
  1161.  
  1162. "Kalian semua memang bodoh. Dari dulu aku sudah mengira kebodohan kalian itu. Bawah tanah? Memangnya kenapa?"
  1163.  
  1164. Setelah kuucapkan penjelasan itu dengan menyisipkan ejekan, wajah mereka mendadak berubah meringis.
  1165.  
  1166. "Ponsel cerdas punya fungsi sebagai 'transceiver'. Apa kalian tahu itu? 'Transceiver' adalah sebuah fungsi nirkabel untuk berkomunikasi via ponsel tanpa memerlukan jaringan."
  1167.  
  1168. "Bagaimana bisa ka—"
  1169.  
  1170. "Kalau boleh bertanya, apa kalian tahu di mana ponsel lipatku? sepertinya itu tertinggal saat di taman kota tadi. Hmm, sekali aku mengaktifkan fungsi ini, maka aku bisa seolah menelepon di lokasi ponsel lipatku itu berada."
  1171.  
  1172. Saat itu juga mereka mulai terlihat panas dingin. Songou menatapku dengan pandangan ganas.
  1173.  
  1174. "Setelah memanggil polisi dengan ponsel lipat tersebut, itu artinya semua ini bakal berakhir. Aku enggak sembarangan menendang ponselku waktu itu. Aku cuma memindahkannya ke taman bunga tanpa terlalu menarik perhatian kalian."
  1175.  
  1176. ... terlepas dari niatku menendang ponsel itu, pada kenyataannya itu cuma gurauan semata.
  1177.  
  1178. Cuma perangkat PCT dan beberapa merek ponsel saja yang di dalamnya terpasang fungsi 'transceiver'. Sebenarnya merek ponsel cerdasku ini enggak memiliki fungsi tersebut. Meski ada cara lain yaitu menggunakan 'bluetooth', namun jarak antara taman kota dengan tempat ini terlalu jauh. Sinyal komunikasi dengan 'bluetooth' cuma bisa menjangkau radius sekitar seratus meter saja. Sama sekali mustahil bisa menjangkau taman kota dari tempat ini.
  1179.  
  1180. Dengan kata lain, yang kulakukan kini cuma untuk mengulur waktu saja. Sepuluh detik, atau bahkan sedetik pun waktu yang terulur, itu masih lebih baik.
  1181.  
  1182. "Hmm, sudah selesai omong kosongnya? Silakan saja telepon kalau bisa!"
  1183.  
  1184. Rencanaku rupanya enggak berhasil. Ternyata dia enggak bisa ditipu dengan cara ini.
  1185.  
  1186. Dia benar. Kalau memang aku bisa menelepon polisi, pasti itu sudah kulakukan sedari tadi.
  1187.  
  1188. "Dasar 'otaku' menjijikkan, kamu fetis gadis perawan, 'kan?! Kenapa kamu mau saja didekati sama Ayame yang sudah enggak perawan?!"
  1189.  
  1190. Sambil menggelengkan kepala, kujawab pertanyaan Songou,
  1191.  
  1192. "Itu karena Ayame masih perawan."
  1193.  
  1194. "Hah?! Apa maksudmu itu hatinya yang masih perawan, hah? Hahaha!"
  1195.  
  1196. Songou cekikikan seolah geregetan. Yang benar saja, kalau hatinya masih perawan, itu justru bahaya. Mendengar dia mengoceh barusan membuatku enggak tahan.
  1197.  
  1198. "Akui saja, Songou."
  1199.  
  1200. "Apa?"
  1201.  
  1202. "Kamu sendiri masih perawan, 'kan? Kamu cuma membual agar orang lain segan padamu, 'kan?"
  1203.  
  1204. Songou langsung mengernyitkan alisnya, menyinggung hal ini seperti ada kepuasan tersendiri.
  1205.  
  1206. "Dari mana kamu mendengar itu?"
  1207.  
  1208. "Aku sendiri ragu, apa kamu memang pernah berpacaran atau enggak. Yang pasti, di mana saja kamu selalu berkoar kalau kamu adalah pacar Ayame. Iya. 'kan?"
  1209.  
  1210. Kabar ini memang tepat, Tozaki ternyata tidak berbohong.
  1211.  
  1212. 'Lelaki itu kalau berbicara seperti orang kesetanan. Dia selalu membanggakan hal-hal semacam mencuri di toko ataupun menindas anak-anak. Sewaktu di SMA-nya, konon kalau ada yang menegurnya, maka dia akan mengamuk dan menghajar si penegur itu. Pokoknya susah, deh. Untunglah kita enggak satu SMA dengannya.'
  1213.  
  1214. Meski mungkin ada semacam kesalahpahaman ataupun kisah yang kurang lengkap, tapi saat kubeberkan hal barusan, dia jadi tampak jengkel. Berarti itu memang benar.
  1215.  
  1216. "Seperti itulah kepribadianmu, itu sebabnya kamu memamerkan hubunganmu dengan Ayame. Dan karena kalian sudah putus, kamu jadi enggak bisa membualkannya lagi."
  1217.  
  1218. "...."
  1219.  
  1220. "Cuma ada satu alasan yang membuatmu bersikap begitu, yaitu karena kamu enggak punya nyali. Bukan, yang namanya unggas saja enggak berkokok seperti ini. Kamu lebih rendah dari seekor pengerat, atau mungkin kupanggil saja kamu si otot lembek?"
  1221.  
  1222. "Kamu ...!"
  1223.  
  1224. "Karena enggak mampu melepas keperjakaanmu, makanya kamu tersiksa. Lalu dengan mengatai orang lain sudah enggak perawan, perasaanmu bakal terobati. Terlebih, Ayame memiliki sifat yang seperti itu, dia menanggapi hal ini dengan serius. Setiap kali ada yang mendekatinya, orang-orang bakal menganggap itu sebuah transaksi jual diri. Jika ada orang yang mempersoalkan hal tersebut, Ayame sendiri yang bakal menghajarnya. Bagimu itu mungkin seperti 'sekali dayung dua-tiga pulau terlewati'. Yak, Ayame memang belum kehilangan kesuciannya! Orang yang terobsesi dengan gadis perawan sebenarnya adalah kamu, Songou! Dan karena ulahmu, seorang gadis menjadi terasingkan!"
  1225.  
  1226. Aku enggak begitu tahu seberapa bodoh daya pikir orang-orang ini, tapi lebih baik kukatakan saja semuanya.
  1227.  
  1228. "Karena otakmu setara dengan hewan berkaki empat, rencanamu untuk satu SMA dengan Ayame pun gagal. Itu sebabnya kamu menyuruh Hatsushiba untuk menyebar gosip buruk tentang Ayame dan merencanakan semuanya. Ckckck! Kamu memang bodoh! Jangan-jangan kamu enggak hapal perkalian sembilan, ya?! Bisa jadi kamu mengira kalau Eropa itu sebuah negara. Iya, 'kan?! Dasar bocah!"
  1229.  
  1230. Berulang kali kutegaskan kata 'bodoh' hingga Songou tampak murka.
  1231.  
  1232. Anggap saja kalau ternyata ucapanku itu benar adanya. Wah, gampang sekali ditebak. Perutku sampai sakit menahan tawa.
  1233.  
  1234. "Diam kamu, 'otaku' menjijikkan!"
  1235.  
  1236. "Aku enggak bakal diam. Nikmati saja sampai selesai."
  1237.  
  1238. "Kubilang, diam, 'otaku' menjijikkan!"
  1239.  
  1240. Dia melontarkan kalimat intimidatif itu padaku.
  1241.  
  1242. Ya ampun, aku sempat ketakutan sampai bingung harus berbuat apa. Kakiku masih belum berhenti gemetaran.
  1243.  
  1244. Namun ini sebuah tindakan hebat, jadi mana mungkin aku membuang kesempatan ini. 'Eroge' enggak mengajarkanku untuk menjadi pengecut di saat adegan utamanya sedang terfokus padaku.
  1245.  
  1246. "Kalau aku perjaka memangnya kenapa?! Bukankah kamu juga sama?! Kenapa kamu mau saja dekat dengan Ayame?!"
  1247.  
  1248. 'Mau saja dekat', yang benar saja?
  1249.  
  1250. Ya, itu benar, aku memang mau dekat dengan Ayame.
  1251.  
  1252. Semenjak aku sering diperdaya oleh beberapa gadis, aku enggak pernah lagi tertarik dengan gadis sungguhan. Ketertarikanku beralih cuma pada gadis 2D saja.
  1253.  
  1254. Penyebabnya bukan karena aku bisa membahas 'eroge' dengan gadis itu ataupun aku mulai bisa menerima gadis 3D.
  1255.  
  1256. Tapi cuma ada satu alasan yang membuatku mengerti.
  1257.  
  1258. "... karena Ayame-lah yang berhak menjadi gadis impianku."
  1259.  
  1260. Sebelumnya aku terus saja mencari alasan untuk mengelak.
  1261.  
  1262. Tapi kalau boleh menyimpulkannya dalam satu kalimat, alasan kenapa aku mau saja dekat dengan Ayame adalah karena itu.
  1263.  
  1264. "Aramiya ...."
  1265.  
  1266. Ayame mengatakannya dengan tenang dalam situasi seperti ini. Wajah sepintas terlihat sedikit senang.
  1267.  
  1268. Huh, reaksi yang enggak jelek-jelek amat, sih.
  1269.  
  1270. "Gadis impianmu?! Payah banget!"
  1271.  
  1272. "Ya, itu memang terdengar payah jika kamu menganggapnya cerita khayalan ataupun menjadikan Ayame sebagai objek 2D. Tapi yang pasti, jika aku mengabaikannya, maka kelak suatu saat aku bakal menyesalinya."
  1273.  
  1274. Walau itu mustahil, tapi aku secara enggak sadar bisa tertarik pada Ayame hingga membuatku berkata seperti tadi. Sebenarnya aku masih merasa risih terhadap pendekatan yang dilakukan oleh gadis sungguhan, tapi untuk gadis ini, aku enggak yakin bakal bisa seperti itu.
  1275.  
  1276. "Dan untukmu, Songou, sekalipun itu dalam bentuk 2D, kamu adalah orang yang berusaha merebut kesucian Ayame yang berhak menjadi gadis impianku. Itu sebabnya kamu adalah musuhku, dan itu juga yang menjadi alasanku untuk menolong Ayame."
  1277.  
  1278. Walau pada akhirnya nanti aku mengharapkan yang terbaik, entah itu Ayame yang berhasil menjadi gadis yang kuimpikan atau enggak.
  1279.  
  1280. "Ini sebabnya aku benci 'otaku' menjijikkan. Selalu membicarakan omong kosong setiap saat."
  1281.  
  1282. Ucap Songou seakan muak mendengar perkataanku.
  1283.  
  1284. Baiklah, mungkin ini waktu yang tepat.
  1285.  
  1286. Aku sebaiknya memulai dengan hal-hal yang menyinggungnya sebelum kuungkapkan semua.
  1287.  
  1288. "Itu karena mereka enggak suka jika ada yang ikut-ikutan seperti mereka."
  1289.  
  1290. "... hah?"
  1291.  
  1292. "Kamu berusaha menyembunyikannya, tapi kamu sendiri enggak pandai menjaga bicaramu. Cuma dengan melihatnya saja, aku sudah bisa merasakan aroma-aroma 'otaku' dalam dirimu."
  1293.  
  1294. "Bicara apa kamu?! Mana buktinya?!"
  1295.  
  1296. "Yah, beberapa perilakumu sendiri sudah mencerminkan pribadi seorang 'otaku', termasuk cara yang kamu pakai agar enggak ada orang yang mendekati Ayame, itu bersumber dari salah satu 'eroge'. Gaya bualanmu bahkan cara menjebak dan suasana yang kamu bangun kini juga menunjukkan sisi 'otaku'-mu."
  1297.  
  1298. Termasuk saat dia memberi obat tidur pada Ayame dulu.
  1299.  
  1300. "Cuma karena itu saja, terus kamu bilang—"
  1301.  
  1302. "Bukan cuma itu, kamu juga terkadang keceplosan menyebut istilah yang enggak banyak diketahui semua orang, seperti fetis, anak cupu, 'otaku' menjijikkan maupun menguik. Bahkan istilah preman kampung saja kamu bisa tahu. Wah, anak berandal zaman sekarang yang tahu kosakata itu benar-benar langka."
  1303.  
  1304. "...!"
  1305.  
  1306. "Dan yang paling telak adalah saat kamu bilang 'kucir dua' tadi. Cuma mereka yang 'otaku' saja yang bisa langsung paham istilah itu. Bahkan kamu pun sempat menjelaskan tentang 'kucir kuda'. Padahal 'otaku' zaman sekarang saja sudah mulai mengurangi penggunaan istilah itu. Bisa-bisanya kamu keceplosan omong."
  1307.  
  1308. Sebenarnya masih ada sedikit keraguan saat aku menjelaskannya, tapi kalau kenyataannya memang benar begitu, maka semuanya bakal segera terungkap.
  1309.  
  1310. Aku lalu terhempas jatuh menimpa kursi dan membuatku tubuh bagian belakangku kesakitan. Belum habis perih yang kurasa, Songou kemudian menarik tubuhku lagi ke atas.
  1311.  
  1312. "Berhenti! Jangan sakiti Aramiya lagi!"
  1313.  
  1314. "Kalau begitu turuti kata-kataku, Ayame. Kamu sudah memukuliku dan para anak buahku, jadi aku bakal membalasnya lewat anak ini. Cukup adil, 'kan?"
  1315.  
  1316. "Kamu memang jahat!"
  1317.  
  1318. Songou lalu memukuliku lagi. Berengsek, sakit ...!
  1319.  
  1320. "Hati-hati kalau bicara!"
  1321.  
  1322. Istilah-istilah langka yang kusebut tadi kini sudah enggak dibantahnya lagi.
  1323.  
  1324. "Mati kamuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!"
  1325.  
  1326. Meski begitu, aku akhirnya bisa mengalihkan perhatian orang bodoh seperti dia.
  1327.  
  1328. Songou mungkin terkena pukulan telak di lubuk hatinya. Wajahnya kini penuh dengan amarah. Orang macam apa yang sama sekali enggak pandai menutupi rahasia macam begini?
  1329.  
  1330. "Akui saja, 'otaku' terselubung! 'Eroge' macam apa yang terakhir kamu beli?! Pelecehan seksual di kereta atau yang bergenre 'lolicon'? Lain kali aku bakal merekomendasikanmu 'game' yang protagonisnya sudah hampir menang tapi ujung-ujungnya jadi pengecut. Bagaimana, tertarik?"
  1331.  
  1332. Wajah Songou kini tampak makin terfokus disertai dengan niat untuk membunuh.
  1333.  
  1334. Kemudian segera kuambil kesempatan ini.
  1335.  
  1336. "Yak!"
  1337.  
  1338. Kutinju wajah Songou.
  1339.  
  1340. "Argh!"
  1341.  
  1342. Tangan kananku tepat mengarah ke dagunya. Dia mungkin mengira kalau tinjuku bakal meleset, itu sebabnya dia enggak berusaha menangkis. Aku sedikit bersyukur saat melihatnya sedikit kesakitan.
  1343.  
  1344. Tapi tangan kananku juga ikut sakit. Dagu manusia itu ternyata keras juga.
  1345.  
  1346. Setelahnya, wajah Songou kembali terlihat murka.
  1347.  
  1348. "Kalian semua! Mau sampai kapan mengurusi Ayame?!"
  1349.  
  1350. "Eh! tapi ...."
  1351.  
  1352. "Diam! Jangan komentar! Kalau ingin selamat, cepat pegangi anak ini supaya enggak bisa bergerak!
  1353.  
  1354. Anak buah Songou langsung beranjak dan bergegas ke arahku, lalu mengunci kaki dan lenganku.
  1355.  
  1356. Padahal sudah kuberitahu soal menyimpangnya Songou, tapi anak buahnya ini masih saja mau menurut. Mungkin statistik kepemimpinannya cukup tinggi.
  1357.  
  1358. "Coba katakan, 'Dufufukopo ofudopufo fokanupou'*, wahai Songou si 'otaku'!"
  1359.  
  1360. (*フォカヌポウ/ デュフフコポォ オウフドプフォ フォカヌポウ adalah rangkaian kata tanpa makna yang sering digunakan di kalangan otaku dunia maya yang menunjukkan kalau si penulis sedang 'tertawa terbahak-bahak'. Jika dalam dunia internet Indonesia, kira-kira seperti 'aowkaowkaowk'.)
  1361.  
  1362. Setiap kali aku memprovokasinya, wajah Songou perlahan memerah. Dia lalu meninju perutku.
  1363.  
  1364. "Ugh ...! Uhuk, uhuk, uhuk .... Haha, hah, haha ...."
  1365.  
  1366. Aku enggak boleh mengalah pada rasa sakit ini. Aku harus membuangnya. Katakan saja semuanya. Yang penting fokusnya sekarang tertuju padaku.
  1367.  
  1368. "Bajingan! Apa yang kamu tertawakan?!"
  1369.  
  1370. "Apa ini mengenai titik lemah mentalmu? Santai saja. Jadi kamu memang benar 'otaku terselubung'. Ayo kita duduk bareng dan bahas apa bedanya stoking dengan kaos kaki panjang? Kamu tahu kalau otot bakal menciut jika dipakaikan baju ketat, 'kan?"
  1371.  
  1372. "Diam!"
  1373.  
  1374. Dia kembali memukuliku. Dia memukulkannya di tempat yang sudah terasa sakit.
  1375.  
  1376. Tubuhku kini mulai mati rasa.
  1377.  
  1378. "Pukul saja sesukamu kalau itu bisa menghilangkan sakit hatimu, dasar perjaka!"
  1379.  
  1380. "Hah, hah ...."
  1381.  
  1382. "Oh! Kamu sudah capek? Dasar lemah!"
  1383.  
  1384. Setelah mengatakan itu, Songou lalu memalingkan pandangannya dariku dan menoleh ke para anak buahnya.
  1385.  
  1386. "Hei, kamu! Kalau enggak salah, kamu pernah bilang kalau sembarang saja enggak apa-apa, 'kan?"
  1387.  
  1388. "Ya."
  1389.  
  1390. "Jadi, bagaimana kalau lelaki yang itu saja?"
  1391.  
  1392. "Dia agak kurus, tapi sepertinya boleh juga."
  1393.  
  1394. ... mereka ini sedang membicarakan apa? Apa itu pembicaraan normal orang Jepang?
  1395.  
  1396. Songou lalu tersenyum licik.
  1397.  
  1398. "Akan kuajak seseorang untuk bersenang-senang denganmu. Aku di sini cukup memotretnya saja dan menyebarkannya ke internet."
  1399.  
  1400. "Eh, tunggu! Apa-apaan ini?! Jangan!"
  1401.  
  1402. Ada tiga orang yang menahanku tiarap ke tanah, dan orang keempat mulai merangkak di atas punggungku.
  1403.  
  1404. Ketiga orang lainnya yang menahanku tiarap tadi berusaha menarik celanaku.
  1405.  
  1406. "Hen-hentikan! Aku serius, hentikan!"
  1407.  
  1408. "Eh? Sudah sejauh ini, buat apa malu? Aku bakal memberikan tontonan yang begitu diidamkan para monyet busuk, jadi enggak usah cemas!"
  1409.  
  1410. Bagaimana enggak cemas?! Harusnya mereka cari orang yang lebih tampan dan gampang didekati — bukan 'otaku' atau berandalan begini! Jelas beda selera!
  1411.  
  1412. "Oiiiiiiii! Menyingkiiiiiiiir!"
  1413.  
  1414. "Kamu mau menyelamatkan keperawanan seorang gadis, tapi kamu sendiri bakal kehilangan keperjakaanmu! Sudah gila, ya?!"
  1415.  
  1416. "Hentikan! Jangan tarik celanaku!"
  1417.  
  1418. Dipukuli, aku masih bisa menahannya.
  1419.  
  1420. Ditusuk, aku sudah mempersiapkan diri.
  1421.  
  1422. Tapi disodomi, aku enggak menyangka sebelumnya! Dan aku enggak mau disodomi!
  1423.  
  1424. Bisa kudengar suara resleting celana yang sedang dibuka.
  1425.  
  1426. "Hentikan! Jangan, ini sudah enggak lucu lagi! Jangan tarik celana dalamku!"
  1427.  
  1428. Orang yang membuka resletingnya tadi beranjak ke belakangku.
  1429.  
  1430. "Ini bagianku, kamu menyingkir sana, kampreeeeeeeeeeet!"
  1431.  
  1432. Bersamaan dengan itu, orang yang sedari tadi berada di belakangku ditendangnya.
  1433.  
  1434. Enggak berhenti di situ, orang-orang lain di sekitarnya juga ikut ditendang.
  1435.  
  1436. "Argh!" "Huk!" "Ugh!"
  1437.  
  1438. Sesaat tubuhku sedikit bisa bergerak, bergegas kupakai kembali celanaku dan langsung berdiri.
  1439.  
  1440. Kulihat Ayame— yang sudah lepas dari pegangan orang-orang tadi, akhirnya bisa kembali berdiri.
  1441.  
  1442. Parkanya pun sudah dikenakannya lagi sehingga pemandangan dirinya yang cuma mengenakan bra sudah enggak terlihat lagi.
  1443.  
  1444. "Keperjakaan Aramiya, baik yang di depan maupun yang di belakang, semuanya itu punyaku!"
  1445.  
  1446. ....
  1447.  
  1448. ... tunggu, kalau yang di depan masih bisa kumaklumi.
  1449.  
  1450. "... apa kamu juga mau merebut keperjakaan bagian belakangku juga, hah?!"
  1451.  
  1452. Bokong mendadak terasa ngilu.
  1453.  
  1454. "Ah, eh, aku salah bicara. Maksudku, semua yang ada di dirimu itu adalah punyaku ...."
  1455.  
  1456. Belakangan ini dia memang sering salah bicara. Sepertinya sikapnya kali ini sudah lumayan bagus.
  1457.  
  1458. "Kalian ...."
  1459.  
  1460. Wajah Songou langsung tertekuk. Andai saja ada lomba aneh-anehan wajah, aku yakin kalau dia pasti dapat posisi juara.
  1461.  
  1462. "Akan kubunuh kalian berdua!"
  1463.  
  1464. "Bunuh saja kalau kamu bisa, Songou. Biar kamu tahu sudah seberapa kuat aku sekarang."
  1465.  
  1466. Kalau enggak salah, alasan dia membenciku adalah karena aku menyelamatkan Ayame, 'kan?
  1467.  
  1468. Ayame tampak tenang dan kalem. Setelah tahu kalau aku sudah terbebas dari ikatan, ekspresinya jadi lebih bersemangat.
  1469.  
  1470. Lelaki ini begitu marahnya padaku hingga membiarkan semua anak buahnya beralih dari Ayame. Songou benar-benar enggak berpikir matang saat dia menyuruh anak buahnya. Meski akulah orang yang memancing emosinya, tapi enggak kusangka bisa seefektif ini.
  1471.  
  1472. "Enggak bakal ada yang datang menyelamatkan kalian. Biar kulihat sampai kapan harapan kalian bisa bertahan!"
  1473.  
  1474. Songou pun melancarkan tinjunya ke Ayame, namun gadis itu berhasil mengelak dan mendaratkan sebuah pukulan ke perutnya.
  1475.  
  1476. Songou terlihat mampu bertahan dari sebuah pukulan yang bisa menumbangkan seorang pemeran pembantu .... Meski begitu, ekspresi wajahnya tampak sedang kesakitan.
  1477.  
  1478. "Kalian semua! Jangan cuma diam saja!"
  1479.  
  1480. Para anak buah Songou kemudian berdiri sambil gelagapan.
  1481.  
  1482. Di saat yang sama, Ayame sendiri sudah cukup kuat untuk menghadapi ancaman yang bakal datang. Dia mampu menghindar dari berbagai serangan dan membalasnya hingga mereka terpental. Dan aku sendiri, aku cuma perlu lari menjauh agar enggak ditangkap kembali.
  1483.  
  1484. "Sial! Sial! Kenapa?! Kenapa semuanya berantakan?! Sejak dia lepas dariku, semuanya jadi kacau! Berengsek!"
  1485.  
  1486. Songou tampak sangat murka. Akhirnya dia mengeluarkan sebilah pisau lipat.
  1487.  
  1488. "Sepertinya kamu jadi liar hingga harus mengeluarkan benda itu?"
  1489.  
  1490. "Liar ...? Berisik ...!"
  1491.  
  1492. Sewaktu mereka bersitegang, aku langsung memosisikan diriku di depan Ayame.
  1493.  
  1494. "A-Aramiya?"
  1495.  
  1496. "Ditusuk itu sudah jadi kewajiban seorang pria."
  1497.  
  1498. Aku mungkin enggak bakal sanggup menyaksikan seorang gadis terluka parah demi melindungiku.
  1499.  
  1500. Hal seperti ini, baik itu 2D maupun 3D, rasanya sama saja.
  1501.  
  1502. Protagonis dalam 'eroge' ... mungkin mesti melakukan hal seperti ini, dan aku juga bakal melakukan hal yang sama.
  1503.  
  1504. "Kalau begitu kamu duluan yang kutusuk!"
  1505.  
  1506. Kupejamkan mata dan bersiap.
  1507.  
  1508. "Ayo! Meski aku mati—"
  1509.  
  1510. Dan saat itu juga, pintu terbuka dengan kerasnya.
  1511.  
  1512. "Semuanya, jangan bergerak!"
  1513.  
  1514. Polisi dalam jumlah yang cukup banyak, sambil membawa pentungan, menerobos masuk ke dalam dengan suara yang sangat gaduh.
  1515.  
  1516. "Po-po-polisi ...?! Bagaimana bisa ...?!"
  1517.  
  1518. Songou tampak enggak percaya dengan yang dilihatnya. Dia pun langsung ditangkap dan pisau yang dipegangnya segera diamankan sebelum para polisi itu meniarapkannya ke tanah.
  1519.  
  1520. "Ba-bagaimana polisi bisa sampai kemari ...?!"
  1521.  
  1522. Teriak Songou tanpa memedulikan polisi yang sudah menyuruhnya untuk diam.
  1523.  
  1524. "Apa ini ulahmu?!"
  1525.  
  1526. Songou menatapku dalam kebingungan. Meski begitu, aku sendiri pun kebingungan.
  1527.  
  1528. "Entahlah."
  1529.  
  1530. Ucapku sambil mengangkat bahu. Hal ini enggak perlu kujelaskan. Sebaiknya aku diam saja.
  1531.  
  1532. "Berengseeeeeeeeeeeeeek! Arghhhhhhhhhhhhhhh!"
  1533.  
  1534. Songou berteriak saat digiring keluar ruangan. Para anak buah Songou juga mendapat perlakuan yang sama.
  1535.  
  1536. Jika cakupan garis polisi itu memang luas, melakukan hal yang salah bakal dianggap salah. Mereka semua enggak bakal bisa lari dari polisi lagi.
  1537.  
  1538. "Apa kita sudah selamat?"
  1539.  
  1540. Ucap Ayame penuh kebingungan.
  1541.  
  1542. "Ya."
  1543.  
  1544. Kujawab sambil mengangguk.
  1545.  
  1546. Lalu salah seorang polisi mendatangi kami.
  1547.  
  1548. "Kalian berdua ikut saya."
  1549.  
  1550. Karena disuruh begitu, maka kami pun mengikuti polisi tersebut.
  1551.  
  1552. Anggota polisi lainnya menyarankan agar kami diinterogasi terlebih dulu.
  1553.  
  1554. Huh, bikin capek saja.
  1555.  
  1556. Dan sewaktu aku keluar dari gedung usang bersama Ayame dan lainnya—
  1557.  
  1558. "Seiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiichiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
  1559.  
  1560. Seru Kiriko-senpai sambil berlari kencang ke arahku. Dia pun langsung memelukku tanpa ragu.
  1561.  
  1562. "Syukurlaaaaaaaaaaaaaaah!"
  1563.  
  1564. "Iya, sudah, jangan dipeluk begini! Aku malu!"
  1565.  
  1566. Lagi pula, seluruh tubuhku masih terasa sakit!
  1567.  
  1568. Terlebih, Ayame masih terlihat jengkel.
  1569.  
  1570. "Ta-tapi, tapi!"
  1571.  
  1572. Kiriko-senpai kini sedang dalam modus hilang rasa malu. Matanya penuh dengan air mata.
  1573.  
  1574. Namun kali ini, orang yang sebenarnya menyelamatkanku adalah Kiriko-senpai. Biarpun begitu, aku harusnya bersikap baik padanya.
  1575.  
  1576. Pertama-tama, alasan polisi mau menindak laporan ternyata sangat sederhana.
  1577.  
  1578. "Kulihat posisimu di GPS terpisah di dua titik yang berbeda. Itu membuatku sangat cemas tentang keadaanmu."
  1579.  
  1580. Jika ponsel lipat dan ponsel cerdasku, yang harusnya berada di tempat yang sama, malah terpisah satu sama lain, Kiriko-senpai yang melihat posisiku di GPS pasti bakal menyadari kejanggalan ini. Beliau pasti bertanya-tanya tentang yang sedang terjadi padaku.
  1581.  
  1582. Sewaktu menjatuhkan ponsel lipatku tadi, aku segera menendangnya agar mereka enggak sempat mengambilnya. Membiarkan dua ponsel di tempat yang berbeda di saat yang bersamaan ternyata justru menguntungkanku.
  1583.  
  1584. "Terima kasih sudah memanggil polisi, Kiriko-senpai."
  1585.  
  1586. "Oke .... Aku sebenarnya berharap agar tidak ada sesuatu yang buruk menimpamu. Aku jadi merasa bersalah."
  1587.  
  1588. Dan alasan kenapa beliau bisa tahu kalau aku berada di lantai bawah tanah, rupanya juga cukup sederhana.
  1589.  
  1590. Memang benar, sinyal ponsel enggak sampai menjangkau lantai bawah tanah gedung, tapi ini masih di sekitar area pusat perbelanjaan.
  1591.  
  1592. GPS dari ponsel rupanya masih bisa memetakan diriku yang berada di lokasi tersebut, dan Kiriko-senpai langsung mengetahuinya.
  1593.  
  1594. Selain itu, GPS mampu menjangkau tempat yang enggak bisa diraih oleh sinyal ponsel.
  1595.  
  1596. Oleh karenanya, lokasi bawah tanah di bawah gedung ini pun terlacak. Aku yakin polisi bakal datang menolong, dan aku sangat memercayai Kiriko-senpai.
  1597.  
  1598. Saat ini, mungkin aku perlu menolong Ayame terlebih dulu. Jujur saja, jika Ayame enggak datang tadi, entah sudah jadi apa aku ini. Mungkin hal mengerikan bisa terjadi.
  1599.  
  1600. "Maaf, silakan masuk ke dalam mobil."
  1601.  
  1602. Petugas polisi lalu mempersilakan aku, Ayame dan Hatsushiba agar masuk ke dalam mobil polisi.
  1603.  
  1604. Sudah lama aku enggak berada di dalam mobil sejak terakhir kali aku terlantar di pinggir jalan dulu.
  1605.  
  1606. Pemandangan akan kejadian di malam yang panjang ini pun bakal mendekati akhirnya.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement