Advertisement
Luminisca

Hikaru jilid 1 Bab 1

Jul 1st, 2014
262
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 52.95 KB | None | 0 0
  1. ==Bab 1 – Bukannya kamu sudah mati?==
  2.  
  3. ‘’Uwaa...kok semuanya cewek?’’
  4.  
  5. Koremitsu Akagi yang mengamati pemakaman itu, tercengang.
  6.  
  7. Kombinasi blazer kelas atas dan kemeja hitam adalah susunan seragam sekolah Koremitsu, Akademi Heian. Di sana juga ada seragam lain seperti one-piece, seragam sailor, rompi, jaket bolero dengan pita – begitu banyak hingga mengejutkan, semua gadis yang datang mengenakan berbagai macam pakaian yang berbeda.
  8.  
  9. Tapi bukan hanya itu saja yang dilihat oleh Koremitsu.
  10.  
  11. Di sana ada seorang mahasiswi dengan pakaian hitam bergaya-nya sendiri, menjerit pilu.
  12.  
  13. “Hikaru! Hikaru!”
  14.  
  15. Seorang wanita yang penuh kesedihan berdiri berdampingan dengan para murid, menunjukkan aura terpelajar dengan penampilan seperti seorang sekretaris, dia menutupi wajahnya dengan sapu tangan sementara bahunya gemetaran tidak terkontrol. Di belakang wanita itu berdiri wanita kaya diliputi air mata, matanya terus terpaku ke bawah. Bersama dengan kumpulan itu adalah seorang gadis yang terlihat seperti anak SD, dan dia juga, bermata merah, menangis.
  16.  
  17. Koremitsu menggunakan papan buletin di sekolahnya untuk memastikan tanggal pemakaman sebelumnya. Akan tetapi, dia segera menyesal ikut ke sana.
  18.  
  19. Di antara gadis-gadis yang menangis berdiri seorang murid SMA dengan rambut merah berantakan, punggungnya membungkuk, tatapan matanya tajam dan mengernyit, membuatnya menjadi pemandangan mecolok untuk dilihat.
  20.  
  21. Mereka yang datang ke pemakaman terkadang menatap dengan pandangan curiga pada Koremitsu Akagi.
  22.  
  23. Bahkan para gadis sesama murid dengan seragam Sekolah Heian pun waspada, ingin tahu kenapa murid baru yang yang terkenal keji itu datang.
  24.  
  25. Meski mereka merasa tidak nyaman, tidak satupun dari mereka bertanya kenapa dia datang. Mereka menggigit bibir dan pura-pura melihat pada sesuatu yang tidak signifikan, mengalihkan pandangan mereka dengan tidak nyaman dan berjalan menjauh.
  26.  
  27. Meskipun kalau ada yang menanyakan hal seperti itu pada Koremistu, dia sendiri tidak akan bisa menjawabnya.
  28.  
  29. Benar-benar, kenapa aku harus datang ke pemakaman si brengsek ini yang hidup dengan penuh kecukupan, meski aku bahkan tidak berbicara banyak dengannya?
  30.  
  31. Foto Hikaru Mikado diletakkan di atas semacam dupa kayu cendana putih di depan hall, di tempat penuh dengan yang berduka.
  32.  
  33. Mayat Hikaru terbaring di antara kerumunan seperti seorang malaikat, dengan senyum di wajahnya dan hiasan tulip, lili, dan anyelir.
  34.  
  35. Dia memiliki wajah ramping, dengan hidung mancung dan bibir merekah; kulitnya putih bersih dan setiap iris nya transparan seperti kristal. Kualitas inilah yang membuat tubuhnya yang sedang beristirahat tampak feminim dan manis.
  36.  
  37. Saat pertama mereka bertemu, Koremitsu heran kenapa seorang gadis mengenakan seragam cowok di sekolah.
  38.  
  39. Ini yang Koremistu pikirkan sebelum mengetahui kalau cowok yang sangat ramah dengan suara unik ini terkenal sebagai ‘Pangeran Kekaisaran’ di sekolah.
  40.  
  41. Dia bukan sekedar ‘Pangeran’, tapi ‘Pangeran Kekaisaran’, sebuah gelar yang jauh lebih cocok dengan ‘Tuan Hikaru’ yang elegan. Gadis-gadis lulusan SMP dan murid-murid baru SMA becakap-cakap mengenai Hikaru sambil berkhayal dalam lapisan ini, dan itulah bagaimana Koremistu mengetahui tempat Hikaru di Heian.
  42.  
  43. Di saat bersamaan, dia sangat populer, dan banyak gadis mulai menyukainya saat dia masih murid di TK gabungan.
  44.  
  45. Meski sekolah ini penuh anak-anak orang kaya, latar belakang keluarga dan kekayaannya termasuk luar biasa. Meski begitu, dia menunjukkan limpahan ketertarikan dan kelembutan yang sama pada setiap gadis.
  46.  
  47. “Sesuai dugaanku, cowok itu adalah cowok tampan yang tidak ada persamaan apapun denganku.”
  48.  
  49. Itulah apa yang dipikirkan sebelum bertemu dengan Hikaru.
  50.  
  51. Tapi, untuk suatu alasan, Hikaru Mikado memanggil Koremitsu dengan seringai saat mereka pertama bertemu.
  52.  
  53. “’’Aku ingin meminta tolong padamu.’’”
  54.  
  55. Koremitsu merasa ada sesuatu yang salah dengan pernyataan Hikaru saat itu.
  56.  
  57. Dia bingung apa dia salah dengar saat Koremistu mendengar kematian Hikaru sebelum dia memahami kata-kata itu.
  58.  
  59. Dikatakan kalau Hikaru meninggal dalam banjir yang disebabkan oleh hujan deras saat dia berlibur di sebuah resort di Shinshu, saat liburan Golden Week.
  60.  
  61. Meski mereka cuma bertukar sepatah-dua patah kata, kenyataan kalau Hikaru meninggal di umur yang masih muda, 15 tahun, adalah hal yang sangat mengejutkan bagi Koremitsu, membuatnya menyadari sekali lagi kalau hidup tidak abadi – bagaimana rapuhnya kehidupan itu. Dia mengingat kematian ayahnya, dan merasa kepahitan di hatinya.
  62.  
  63. Koremitsu memiliki perasaan rumit dan tidak dapat dipahami seperti itu saat dia berangkat ke pemakaman Hikaru di bawah tetesan hujan gerimis.
  64.  
  65. Koremitsu duduk di kursi pipa lipat dengan ekspresi sedih, menatap kosong pada pemimpin pemakaman yang dikelilingi wanita-wanita dengan ratapan pilu.
  66.  
  67. ‘’Hikaru adalah anak yang manis
  68. Dia sangat baik
  69. Dia memiliki senyuman yang menyenangkan
  70. Suaranya sangat lembut.
  71. Dan dia juga memiliki jari-jari yang lentik – seperti artist berbakat.
  72. Dia sedikit keras kepala, tapi aku tidak bisa membencinya karena hal itu.
  73. Dia sangat takut merasa kesepian, tapi itulah yang membuatnya menawan.
  74. Dia adalah seseorang yang terlihat seolah dapat membawa semua kebahagiaan di dunia.
  75. Dia adalah seseroang yang seolah terselimuti cahaya.’’
  76.  
  77. Semua yang ada bersedih dan menangis untuk anak muda itu dan kematiaannya yang terlalu cepat.
  78.  
  79. Lagu pemakaman tentang pengenangan terdengar di telinga Koremitsu.
  80.  
  81. Dia benar-benar hampir tidak mengerti apa-apa mengenai orang yang meninggal, dan sangat sulit bagi Koremitsu memahami perasaan mereka yang berduka.
  82.  
  83. Dia terobang-ambing dalam gelombang kesedihan, kekesalan, rasa bersalah, dan perasaan tidak nyaman.
  84.  
  85. Pada saat itu, dia menyadari seorang wanita duduk di kursi yang dikhususkan untuk keluarga.
  86.  
  87. Dia terlihat masih muda.
  88.  
  89. Mungkin di awal dua puluhan.
  90.  
  91. Tubuhnya terlihat rapuh seolah dia adalah bunga yang akan patah, dan dia tidak mengenakan one-piece atau kimono hitam. Rambutnya dikucir di belakang.
  92.  
  93. Di saat dia memasuki lingkup pandang Koremitsu, Koremistu menahan nafasnya dari keterkejutan akan apa yang dilihatnya.
  94.  
  95. Mikado...?
  96.  
  97. Pada saat itu, dia mengira kalau Hikaru Mikado sendirilah yang duduk di depannya.
  98.  
  99. Dia sangat mirip dengan Hikaru.
  100.  
  101. Rambutnya yang lembut, seperti sutra terlihat keemasan di bawah sorotan cahaya; dia memiliki kulit putih seperti susu, hidung halus namun elegan, bibirnya seperti kelopak bunga dan leher yang ramping.
  102.  
  103. Apa dia kakak perempuan Hikaru... ?
  104.  
  105. Gadis itu perlahan tersenyum.
  106.  
  107. Air mata terus mengalir di wajahnya yang lembut, tapi ujung bibirnya naik sedikit.
  108.  
  109. Itu adalah senyum tentram, senyum puas.
  110.  
  111. Senyumannya adalah senyuman yang tidak cocok di pemakaman. Koremitsu berdiri di depan dupa cendana, hidungnya terasa berat karena baunya, dan dia memandang gadis itu setengah terpesona.
  112.  
  113. Kenapa...dia tersenyum?
  114.  
  115. Dia tersenyum sangat manis, sangat—bahagia.
  116.  
  117. Kenapa, dipemakamannya...?
  118.  
  119. Gadis itu yang terlihat seperti kakak perempuan Hikaru menunjukkan sebuah senyuman selama beberapa saat yang seolah seperti sebuah ilusi.
  120.  
  121. Koremistu begitu terpaku pada pemandangan itu hingga dia mulai melamun.
  122. Sebelum dia sempat, sebuah suara tajam di antara kerumunan memotong alur pikirannya.
  123.  
  124. “DIA CUMA ORANG BODOH!”
  125.  
  126. Terkejut, dia melihat ke arah datangnya suara.
  127.  
  128. Seorang gadis mengenakan seragam Akademi heian berdiri di depan tempat berkabung Hikaru.
  129.  
  130. Rambut hitam panjangnya ditata di belakang, diikat dengan sebuah pita hitam. Dia menunjukkan aura kekanak-kanakan, seperti seorang putri yang beradab. Sambil mengepalkan tangannya dia gemetaran, matanya yang besar hampir terlihat seperti mengeluarkan aura jijik saat dia dengan marah menatap foto tersenyum Hikaru.
  131.  
  132. Dia mengeluarkan kata-kata pedar dari bibirnya yang gemetaran.
  133.  
  134. “KAU BENAR-BENAR ORANG BODOH SAMPAI TENGGELAM DI SUNGAI SEPERTI ITU! MEMALUKAN! KUPIKIR KAU AKAN DITUSUK SAMPAI MATI OLEH SEORANG GADIS! KAU TERLALU PLAYBOY MAKANYA KAU KENA KARMA!”
  135.  
  136. “Hentikan, Aoi.”
  137.  
  138. Dengan cepat seorang gadis yang mengenakan seragam yang sama berjalan mendekat. Dia memegang pundaknya, dengan jelas ingin membawanya keluar.
  139.  
  140. Ditarik tangan itu, “Aoi” mengangkat kepalanya untuk melihat foto Hikaru lagi.
  141.  
  142. Sisi wajahnya yang pucat, dan kaku membuat jantung Koremistu berhenti berdetak sesaat.
  143.  
  144. Itu adalah wajah dengan campuran rasa marah, duka, dan kepahitan. Sebuah ekspresi yang berbahaya—
  145.  
  146. Gadis itu menjerit dalam penghinaan.
  147.  
  148. “PEMBOHONG!”
  149.  
  150. Koremitsu merasa seolah hatinya ditusuk oleh tombak yang tajam.
  151.  
  152. Kenyataannya, dia bahkan merasakan rasa perih tajam di hatinya.
  153.  
  154. (Whoa...pertengkaran macam apa ini?)
  155.  
  156. Tempat itu menjadi sunyi untuk sesaat lalu kembali lagi sesaat setelahnya.
  157.  
  158. Orang-orang mulai berbisik-bisik mengenai apa yang barusan terjadi satu sama lain.
  159.  
  160. Pembohong—
  161.  
  162. Pikiran Koremistu masih memikirkan mengenai penuh nada menyesal dan ekspresi marah, namun menderitannya.
  163.  
  164. Pembohong.
  165.  
  166. Pembohong.
  167.  
  168. Wajah tak berdosa Mikado ada di depan matanya, namun apa yang bisa menyebabkannya dibentak seperti itu?
  169.  
  170. “Pembohong.” Kata itu dengan menyakitkan bergema dalam telinga Koremistu.
  171.  
  172. Meski Hikaru telah meninggal, dia terus memuntahkan rasa frustasinya padanya. Hubungan macam apa yang sebenarnya dia miliki dengannya?
  173.  
  174. Kebohongan macam apa yang sebenarnya Hikaru katakan?
  175.  
  176. Yah...itu tidak ada hubungannya denganku bagaimanapun juga...
  177.  
  178. Pembacaan doa dimulai, dan tempat itu menjadi dipenuhi aura hening dan khidmat.
  179.  
  180. Gadis yang terlihat sangat mirip dengan Hikaru, masih duduk di kursi yang dimaksudkan untuk anggota keluarga, dan terus menunduk.
  181.  
  182. Gadis dengan pita hitam yang mencerca Hikaru mulai menghilang dari pikiran Koremitsu.
  183.  
  184. Saat gilirannya mempersembahkan dupa, dia memegang kayu cendana itu, menutup matanya dan menunduk.
  185.  
  186. Apa yang sebenarnya dia maksud saat dia berkata ‘Aku ingin minta tolong padamu’?
  187.  
  188. Akan tetapi, ada satu pertanyaan yang mengganggu pikirannya.
  189.  
  190. Tentu saja, tidak mungkin bagi mayat Hikaru di peti mati memberikan jawaban.
  191.  
  192. Setelah pemakaman berakhir, Koremitsu pergi. Di luar masih hujan – cuacanya gelap dan lembab.
  193.  
  194. Membawa-bawa payung kemana-mana merepotkan...
  195.  
  196. Dia menapak di tanah yang basah saat dia berjalan keluar.
  197.  
  198. ''<span style="font-family: Times New Roman;"> —Saudara Akagi.
  199. </span>''
  200.  
  201. Untuk sesaat, Koremitsu merasa mendengar seseorang memanggil namanya.
  202.  
  203. Dia menghentikan langkahnya dan menoleh.
  204.  
  205. ...Mungkin cuma khayalanku saja.
  206.  
  207. Ada dua orang gadis yang mengenakan seragam sekolah di belakangnya (mereka yang meminta perhatian di pemakaman sesaat yang lalu), pundak mereka merosot, tubuh mereka gemetaran saat kaki terbenam di tanah yang lembab.
  208.  
  209. Koremitsu merasakan kepahitan tajam akan sikap mereka, dan membungkukkan pungggungnya dia pergi melangkah menjauh.
  210.  
  211. Kenapa orang tidak sopan semacamnya mengunjungi pemakaman Tuan Hikaru?
  212.  
  213. Mendengar gumaman tidak setuju gadis-gadis di belakangnya saat dipemakaman, Koremitsu mengecap lidahnya.
  214.  
  215. <span style="font-size: 50%; border: "><center>♢ ♢ ♢</center></span>
  216.  
  217.  
  218. Ada orang-orang di dunia ini yang sering disalah artikan.
  219.  
  220. Lima belas tahun kesialan yang dirasakan Koremitsu Akagi sebagian besar disebabkan oleh penampilannya.
  221.  
  222. Dia terlihat seolah sedang menggeram setiap saat, matanya sering menatap ke bawah dan mengeluarkan aura sombong dan mencemooh, bibirnya mengkerut ke bawah tidak senang.
  223.  
  224. Dia memiliki wajah kaku yang tidak menunjukkan keramahan. Penampilannya sangat tidak menyenangkan – corak kulit yang tajam, punggung yang membungkuk, tubuh yang kurus kering, dan rambut merah-kecoklatan yang tidak tertata membuatnya terlihat seperti bagaimana penampilan seorang berandalan sesungguhnya.
  225.  
  226. Dia mengulangi sekumpulan kesalah pahaman saat dia tumbuh dewasa.
  227.  
  228. Saat di TK, murid-murid takut akan ekspresi liar Koremitsu dan akan menjauh darinya saat kegiatan bersosiaisasi. Di saat upacara penerimaan murid baru di SD, gadis yang duduk di samping Koremitsu tiba-tiba menanggis dengan keras, dan anak-anak lain di dekat mereka mulai ikut menangis melihatnya, menyebabkan kekecauan besar tangisan anak-anak.
  229.  
  230. Pada akhirnya, Koremitsu dituduh mengganggu gadis itu, dan ibu-ibu akan menyuruh anak-anak mereka untuk tidak bermain dengannya. Sebagai hasilnya, Koremitsu hidup dalam kesepian.
  231.  
  232. Saat SMP, Koremitsu terjerat dengan beberapa kakak kelas yang sering berkeliaran di ruang kosong halaman tertutup sekolah. Dlam proses menjauh dari mereka, dia tanpa sengaja memperoleh nama panggilan ‘Raja Berkelahi’, ‘Raja Berandalan’, dan nama panggilan lainnya semacam itu. Dengan nama-nama ini, dia mulai dilihat sebagai orang berbahaya. Koremitsu sebagai hasilnya tidak dapat mendapat teman satupun di SMP.
  233.  
  234. Dan kemudian, upacara kelulusan yang tidak terlupakan itu.
  235.  
  236. Di saat teman-teman sekelasnya menangis satu sama lain saat mereka saling mengucapkan perpisahan, Koremitsu dikucilkan oleh mereka, seorang yang terbuang sendirian di antara pohon-pohon sakura yang menjadi layu. Pada saat itulah dia berfikir pada dirinya sendiri,”’’Aku tidak bisa membiarkan hal ini terus berlanjut.’’”
  237.  
  238. Saat Koremitsu memasukki SMA, dia membuat prioritas untuk membuat pertemanan yang baru untuk menghindari rasa sakit dipanggil ‘Setan Merah’, ‘Pria Pembawa Bencana’, ‘Muka Ganas’, ‘Anjing Liar’, dan nama panggilan lainnya.
  239.  
  240. Itulah yang diputuskannya.
  241.  
  242. Akan tetapi, dihari sebelum upacara penerimaan murid baru, Koremitsu tertabrak truk di persimpangan dengan lalu lintas sibuk, dan tiba-tiba menyebabkannya dirawat di rumah sakit selama sebulan untuk sembuh.
  243.  
  244. Sesudah kecelakaan itu, bibi Koremitsu, yang juga merupakan walinya, marah besar.
  245.  
  246. ‘’”Kenapa kau terlibat masalah terus menerus! Adalah keajaiban kau bisa masuk sekolah privat elit ditempat itu, tapi lalu kau menghancurkannya dengan ijin dari upacara penerimaan murid baru karena masuk rumah sakit? Bahkan anak-anak SD tidak ada yang tertabrak di persimpangan jalan!”’’
  247.  
  248. Dan menujukkan wujud kemarahannya.
  249.  
  250. Koremitsu akhirnya terlepas dari kehidupan suram di kasur rumah sakit, dan waktunya akhirnya tiba dimana dia bisa datang ke sekolah barunya untuk pertama kali.
  251.  
  252. Dia menggunakan tongkat penyangga di bawah ketiak kanannya, tangan kirinya di sangga dengan pembalut, dan kepalanya diperban saat dia berjalan di koridor halaman yang panjang.
  253.  
  254. ‘’”Sial...dimana sih ruang para pegawainya?”’’
  255.  
  256. Dia ingin bertanya arah, tapi semuanya dengan takut menyingkir saat dia melihat mereka, dan sebelum dia menyadarinya, Koremitsu sampai ke tempat yang sepi akan kerumunan yang memenuhi hall.
  257.  
  258. Di sana adalah halaman yang luas, dimana pohon-pohon yang cantik ditata dengan rapi, batu-batu berbagai bentuk dan ukuran menghiasi pemandangan hijau itu, dan bahkan aliran air yang berkilauan dapat di temukan disepanjangnya.
  259.  
  260. Akademi Heian adalah sekolah yang terkenal yang menyediakan pengajaran tergabung dari TK gabungan sampai universitas, dan orang-orang terkemuka di sana menggunakan kekayaan yang cukup banyak untuk membangun halaman itu secara khusus.
  261.  
  262. Saat musim dingin sebelumnya, dia datang ke sekolah Heian untuk mengikuti test masuk, dan terkejut akan kebersihan sekolah dan halaman. Dia berfikir karena dia bisa memasuki sekolah se elit iru, dia tidak akan perlu menghadapi kakak kelas yang akan menjadi gila tanpa alasan dan mengeluarkan pisau dari seragam sekolah yang telah dimodifikasi mereka, dan dia dapat berharap kedepannya bisa berteman akrab dengan teman-teman sekelasnya.
  263.  
  264. Akan tetapi, orang-orang benar-benar menjaga jaraknya darinya, saat Koremitsu memasukki sekolah barunya untuk pertama kali, dan bahkan akhirnya dia tersesat.
  265.  
  266. ‘’Sial...semuanya menlai orang lain dari penampilannya.
  267.  
  268. Mereka mengatakan orang tuaku memasukkanku ke sekolah ini lewat koneksi dengan Mafia – juga kalau aku berkelahi dengan semacam sepasukan berandalan dari sekola lain dan hampir membunuh mereka semua, dan itulah kenapa aku dirawat di rumah sakit sebagai hasilnya.
  269.  
  270. Hey, aku bisa mendengar ejekan-ejekan kalian! Kalau kalian ingin berkata buruk mengenaiku seperti itu, lakukan dimana aku tidak bisa mendengarnya, mengerti!? Aku berhak diperlakukan dengan tata krama minimal, kalian dengar!?’’
  271.  
  272. Dengan dongkol, dia meneruskan langkahnya di koridor, tongkat penyangganya mengeluarkan suara ketukan setiap langkahnya yang semakin cepat.
  273.  
  274. Sepertinya ada seseorang berdiri di dalam bayangan tiang di depannya.
  275.  
  276. Orang itu cuma berdiri di sana, daan sepertinya dia cuma sededar bersandar di tiang. Dia mengenakan sebuah blazer dan celana panjang—apa dia seorang cowok?
  277.  
  278. Cahaya matahari pagi yang bersinar memasuki atrium menyinari rambutnya yang halus, memancarkan warna ke-emas-an yang cemerlang dari dirinya.
  279.  
  280. Kenapa orang semacam dia berdiri di tempat ini pagi-pagi seperti ini?
  281.  
  282. Bagaimanapun, Koremitsu merasa terselamatkan oleh keberadaan satu orang ini.
  283.  
  284. Dia ingin mendekatinya untuk bertanya dimana letak kantor, tapi dia menoleh pada Koremitsu sebelum dia sempat bertanya.
  285.  
  286. Huh? Seorang cewek?
  287.  
  288. Orang itu memiliki wajah yang lembut, dan karenanya Koremitsu merasa bingung. Dia heran kenapa seorang gadis mengenakan seragam cowok.
  289.  
  290. Tidak, tunggu, dia cowok—kan?
  291.  
  292. Matanya yang jernih menyipit, dan sebuah senyuman hangat merekah di wajahya yang terlihat sangat ramah. Bibirnya yang halus mulai bergerak.
  293.  
  294. ‘’”Saudara Akagi.”’’
  295.  
  296. Ia mengeluarkan suara yang manis.
  297.  
  298. Suaranya hampir mengandung semacam godaaan, karena ia mencapai telinga dengan pelan dan lembut, hampir seperti merasuk ke dalam dasar dirinya. Koremitsu membeku di tempat.
  299.  
  300. ‘’”Kamu adalah murid tahun pertama, Saudara Koremitsu Akagi. Ini adalah pertama kalinya kamu memasukki sekolah kan?”
  301.  
  302. “...Bagaimana kau tahu namaku?”’’
  303.  
  304. Mata Koremistu menatap cowok itu dengan waspada. Hikaru meneruskan tanpa menunjukkan tanda ke-tidak jujur-an.
  305.  
  306. ‘’”Murid baru sepertimu pasti menjadi bahan pembicaraan di sekitar sini. Ada yang bilang kalau kamu berkelahi melawan sepasukan berandalan, mengalahkan sepuluh musuh sampai hampir mati, menjadi pemimping gang ke-27 dan merupakan ‘Raja Berandalan’ legendaris. Ada juga yang bilang kalau luka yang kau dapat adalah tanda kebanggaan dari pertarungan kan?”’’
  307.  
  308. Tidak ada satupun orang yang berani mendekati Koremitsu dan berbicara dengannya, apalagi seseorang yang tidak takut padanya, menghadapinya langsung dan menunjukkan senyuman senang.
  309.  
  310. Itulah kenapa Koremitsu merasa bingung bukannya marah karena dipanggil pimpinan gang di sini.
  311.  
  312. Untuk suatu alasan, anak laki-laku itu merasa dia bisa berbicara dengan pimpinan gang dengan santai...
  313.  
  314. Untuk seseorang yang terlihat seperti seorang cewek, dia punya keberanian, huh? Atau dia cuma bodoh? Atau dia merencanakan sesuatu?
  315.  
  316. Koremitsu mengatakan pada Hikaru hal yang sebenarnya—kalau wajah berandalannya adalah bawaan dari lahir, dan luka-lukanya adalah hasil tertabrak truk, dan kalau tidak ada pimpinan gang di sekitar sana, dan kalau dia bukanlah seorang berandalan.
  317.  
  318. ‘’”Lalu kenapa kamu menghalangi truk dengan tubuhmu?”’’
  319.  
  320. Dia mendapati dirinya ditanyai dengan sungguh-sungguh.
  321.  
  322. ‘’”...Sebuah kebetulan.”
  323.  
  324. “Artinya itu kebetulan yang luar biasa!”
  325.  
  326. “Mau bagaimana lagi. Itu cuma—kebetulan.”
  327.  
  328. “Hmm, tapi aku tidak berfikir kalau truk semacam itu bisa menabrak orang secara kebetulan.”
  329.  
  330. “...”’’
  331.  
  332. Dia benar-benar tidak ingin membicarakan mengenai kecelakaan itu.
  333.  
  334. Bagi Koremitsu, yang tidak terbiasa mendapati orang lain berbicara padanya, cara anak laki-laki itu berbicara padanya dengan sangat wajar membuatnya merasa seolah ada kupu-kupu di dalam perutnya.
  335.  
  336. Cara bagaimana anak laki-laki itu melihat balik padanya seperti seolah dia sedang melihat pertunjukkan binatang langka, dan rasanya memuakkan.
  337.  
  338. ‘’”...Dimana letak ruangan pegawai?”’’
  339.  
  340. Koremitsu dengan singkat mengatakan tujuan aslinya memulai percakapan dengannya untuk mengakhiri kupu-kupu yang saat ini mengepakkan sayapnya dalam perutnya; tapi dia sepertinya tidak tersinggung.
  341.  
  342. ‘’”Lurus kedepan, dan diujung, belok kiri, naik tangga, di lanti kedua.”’’
  343.  
  344. Dia bahkan menunjukkan jalan pada Koremitsu.
  345.  
  346. ‘’”Oh, aku mengerti.”’’
  347.  
  348. Suara dari tongkat penyangga yang terbuat dari kayu cemara itu terdengar kembali, dan saat mereka berpapasan satu sama lain, Koremitsu mendengar namanya dipanggil lagi.
  349.  
  350. ‘’”Saudara Akagi, aku lupa membawa buku pelajaran sastra klasik hari ini. Bisakah aku meminjam milikmu?”’’
  351.  
  352. Huh?
  353.  
  354. Koremitsu berhenti berfikir untuk sesaat.
  355.  
  356. ‘’”Kenapa tiba-tiba ingin meminjam buku pelajaran dariku?”’’
  357.  
  358. Koremitsu berbalik, dan melihat dia menatap padanya dengan matanya yang jernih.
  359.  
  360. ‘’”...Kelas kami tidak ada sastra klasik hari ini.”’’
  361.  
  362. Dia menjawab sambil mencoba memahami tujuan orang itu.
  363.  
  364. ‘’”Eh, sayang sekali.”’’
  365.  
  366. Dia merenung, menunjukkan senyuman penuh arti,
  367.  
  368. ‘’”Kalau begitu, aku akan datang ke kelasmu untuk meminjam buku pelajaran, Saudara Akagi. Dan juga, aku ingin meminta tolong padamu.”
  369.  
  370. “Meminta tolong padaku? Meminta tolong apa?”’’
  371.  
  372. Permintaannya berubah dari permintaan sederhana meminjam buku pelajaran ke permintaan pribadi, dan perubahan mencurigakan ini membuat Koremitsu mengernyit.
  373.  
  374. ‘’”Namaku Hikaru Mikado dari Kelas 1. Sampai jumpa lain waktu.”’’
  375.  
  376. Dia melambaikan tangannya tanpa ragu dan berjalan menuju halaman.
  377.  
  378. Bayangan dari senyuman mempesona itu, sebuah senyuman yang dia pikir secerah matahari, tergores di dalam pikiran Koremitsu.
  379.  
  380. ‘’”Kyah! Tuan Hikaru!” “Selamat pagi, Tuan Hikaru!”’’ sorakan gembira para gadis bisa didengar dari sisi lain hutan.
  381.  
  382. Koremitsu cuma bisa terlihat kagum saat dia mendengar jeritan-jeritan itu menghilang di kejauhan.
  383.  
  384. Itu adalah satu minggu yang lalu.
  385.  
  386. Seminggu kemudian, Koremitsu, yang pembalut dan tongkat penyangganya telah dilepas, melihat para gadis menangis dan meratap saat dia memasukki sekolah, dan mendengar berita kalau “’Tuan Hikaru’ telah meninggal.”
  387.  
  388. <span style="font-size: 50%; border: "><center>♢ ♢ ♢</center></span>
  389.  
  390. Pada akhirnya, Mikado tidak pernah meminjam buku dariku, dan kami cuma berbincang sekali.
  391.  
  392. Jalanan gelap, dan hujan menyebabkan pandangan Koremitsu mengabur dalam perjalanan pulangnya ke rumah.
  393.  
  394. Dia terus menerus memikirkan mengenai keadaan Hikaru sejak dia meninggalkan rumah duka.
  395.  
  396. ‘’Tidak ada yang bisa kulakukan...’’
  397.  
  398. Pertemuan satu-satunya mereka meninggalkan bekas yang mendalam pada Koremitsu, dan kejadian-kejadian di pemakaman menambah nilai pada pengalaman itu.
  399.  
  400. Namun tetap saja, Koremitsu hampir tidak mengerti apa-apa mengenai orang yang bernama Hikaru Mikado ini. Koremitsu menyadari dirinya masih sepenuhnya terpikat pada sikapnya yang kasual, baik sikap maupun senyumannya yang tulus; semuanya tetap menjadi teka-teki.
  401.  
  402. ‘’Orang seperti apa dulu, Hikaru yang sebenarnya?
  403.  
  404. Kalau orang itu tidak meninggal, kalau dia masih hidup...akankah dia benar-benar datang untuk meminjam buku pelajaran dariku?
  405.  
  406. Dia akan membuka pintu masuk ruang kelas dengan paksa, menunjukkan senyuman cerah.
  407.  
  408. “Saudara Akagi! Aku lupa membawa buku pelajaranku!”
  409.  
  410. Dan dia akan mengatakannya dengan ceria, kurasa?’’
  411.  
  412. Pemandangan itu terlintas dalam pikirannya saat itu, dan jiwanya seolah terbakar dengan sensasi tidak nyaman. Mungkin inilah kesedihan yang dimilikinya untuk kematian dia yang yang masih berumur 15 tahun.
  413.  
  414. Tetesan air hujan semakin deras.
  415.  
  416. Rumah kayu yang dibangun kakeknya terletak jauh dari pusat kota, sebuah tempat yang berfungsi sebagai rumah kaligrafi. Di saat dia kembali, rambut merah berantakannya menempel di kelopak mata dan telingannya.
  417.  
  418. Dia membuka pintu utama, dan di depan pintu berdirilah bibi Koharu, membawa beberapa garam kasar.
  419.  
  420. “Koremitsu, balikkan badanmu!”
  421.  
  422. Dia memerintahkannya dengan tegas.
  423.  
  424. Koharu biasanya mengenakan baju kaos dengan lengan disisingkan dan hem, rambutnya dengan rapi ditata dibelakang kepalanya dengan anggun. Setelah bercerai, dia kembali ke rumah untuk bekerja di bisnis pemasaran internet di komputer. Pada saat ini, dia, Koremitsu, dan kakeknya sajalah yang tinggal di sana.
  425.  
  426. Koremitsu mengikuti perintahnya dan berbalik, sesaat kemudian, suara garam disebar padanya terdengar.
  427.  
  428. (Bukannya ini kebanyakan kalau cuma untuk penyucian? Apa kau mencoba mengasinkanku dengan garam?!)
  429.  
  430. Tapi meski dia berfikir begitu, dia memilih untuk diam mengingat fakta kalau kursi penguasa tertinggi di rumah tangga ini perlahan-lahan berpindah dari kakeknya ke pamannya, jadi dia memilih untuk diam.
  431.  
  432. “Baik, sekarang balik lagi.”
  433.  
  434. Dia berbalik, dan segenggam besar garam ditaburkan di kedua kakinya. Pakaiannya yang basah kuyup kini dipenuhi butiran garam.
  435.  
  436. “Air panasnya sudah siap. Mandi sana. Setelah selesai, makan malam, dan jangan membuang-buang waktu.”
  437.  
  438. Dia berbicara dengan nada maskulin.
  439.  
  440. Tiba-tiba, terdengar gelak tawa dari belakangnya.
  441.  
  442. ''<span style="font-family: Times New Roman;">“Kakak perempuan Saudara Akagi terlihat kejam dan menarik. Dan dia terlihat mirip denganmu.”</span>''
  443.  
  444. (Un?)
  445.  
  446. Pada saat itu dia berhenti melangkah.
  447.  
  448. ‘’Ada apa ini?’’
  449.  
  450. Dia berfikir mendengar suara asing di sana....
  451.  
  452. ‘’Tidak, aku mungkin salah dengar.’’
  453.  
  454. Koremitsu berfikir kalau dia kelelahan karena dia tidak terbiasa menghadiri pemakaman. Mengambil handuk yang diberikan Koharu, dia meletakkannya di atas kepalanya dan berjalan menuju kamar mandi.
  455.  
  456. Setelah membasahi tubuhnya di pemandian, tubuhnya akan merasa nyaman, dan pikirannya akn kembali segar.
  457.  
  458. Dia melepas blazer nya, melepas kancing-kancing baju yang basah dan tidak nyaman itu, dan melepas celananya.
  459.  
  460. Pada saat dia membuka pintu kaca kamar mandi, dia mendengar suara manis itu lagi.
  461.  
  462. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Heh – kau terlihat agak kurus, tapi otot-otot itu membuatmu terlihat sangat berbeda dariku. Seperti yang kuharapkan dari seorang Raja Berandalan.”</span>''
  463.  
  464. ‘’Aku bukan berandalan.’’
  465.  
  466. Tidak, sebelum membantah, siapa sih yang berbicara denganku barusan?
  467.  
  468. Suara kakeknya tidak semuda ini, dan suara ini terlalu ringan dari suara Koharu.
  469.  
  470. ''<span style="font-family: Times New Roman;">Kalau aku melepas semua pakaianku sekarang, hampir semuanya akan bilang kalau aku cantik, seperti seorang gadis dan memiliki kulit putih yang halus atau semacamnya. Hal itu sangat melukai harga diriku sebagai seorang laki-laki.</span>''
  471.  
  472.  
  473. Suara itu terdengar seolah mengejeknya saat bujukan memikat itu terdengar di telinga Koremitsu. Suara manis ini anehnya mirip dengan suara anak laki-laki yang didengarnya saat mereka bertemu di koridor.
  474.  
  475. Akan tetapi, anak laki-laki itu seharusnya sudah mati beberapa hari yang lalu; Koremitsu menghadiri pemakamannya pagi itu, dan dia bahkan membakarkannya dupa.
  476.  
  477. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Kedua lenganmu juga terlihat kurus, tapi keduanya tampak mantap. Itu ukuran idealku.”</span>''
  478.  
  479. ‘’Bisakah halusinasi benar-benar bertahan selama ini?’’
  480.  
  481. Dan suara itu terdengar dengan jelas, seolah berasal tepat dari atas kepalanya—
  482.  
  483. Kebetulan, Koremitsu mengalihkan pandangannya ke arah itu, dan sesaat kemudian, menjerit.
  484.  
  485. “UWWAAAHHH!!?”
  486.  
  487. Kok bisa!? Anak laki-laki dengan wajah seperti malaikat itu – mengenakan seragam sekolah! Mikaru Mikado!
  488.  
  489. Di atap kamar mandi! Dikelilingi uap!
  490.  
  491. Dia melayang di udara!
  492.  
  493. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Uh, huh? Apa kamu bisa melihatku di sini, Saudara Akagi?”</span>''
  494.  
  495. Saat menyadari kemungkinan itu, Hikaru menaikkan badannya dan bersorak.
  496.  
  497. Rambutnya, yang terlihat keemasan dengan sebagian cahaya yang menerobos lewat bagian ikalnya, terangkat oleh angin yang mengenainya seperti itu dan bergoyang di atas kepala kecil Hikaru.
  498.  
  499. Koremitsu memegang sisi bak mandi, mulutnya masih terbuka – dagunya terlihat seolah akan jatuh ke lantai. Hikaru secara reflek membuka matanya lebar-lebar menatap ke bawah pada Koremitsu. Wujud Hikaru yang dikelilingi uap seolah terlihat seperti malaikat, turun ke bumi di depan Koremitsu. Kalau dia mengganti seragamnya dengan jubah mandi, efek gemerlapan yang memancar darinya bisa membutakan mata.
  500.  
  501. Mata Koremitsu bertemu dengan Hikaru, terenggah dalam konflik ketidakpercayaan akan semua yang sedang terjadi.
  502.  
  503. “Bukannya – bukannya kau sudah mati... ?”
  504.  
  505. Tanpa jeda, bibi Koharu membuka panel kaca dan berteriak ke kamar mandi.
  506.  
  507. “Ada apa Koremitsu!? Apa kau terjatuh dan kepalamu terbentur? Jangan bilang kalau kau harus masuk rumah sakit lagi!”
  508.  
  509. Di tangan kanannya adalah pisau dapur, dia membawanya karena dia ditengah menyiapkan makan malam.
  510.  
  511. “Ko-Koharu...di sana...”
  512.  
  513. Koremitsu gemetaran saat dia menunjuk ke langit-langit.
  514.  
  515. Di sana ada hantu yang terlihat seperti perempuan, mengenakan seragam dan melayang di hadapan mereka. Tidak jelas apakah Hikaru memang pada dasarnya ramah atau dia sengaja bersikap baik kepada para gadis, saat dia tersenyum pada Koharu.
  516.  
  517. Kalau dia adalah gadis remaja, dia pasti akan meleleh seperti es krim. Suaranya lagi-lagi dipenuhi dengan nada seolah ingin membunuh saat dia mencemooh Koremitsu akan keributan yang dibuatnya.
  518.  
  519. “Hah!? Apa ada kecoak menempel di tubuhmu? Kau bukan anak perempuan. Jangan menjerit-jerit seperti itu hanya karena hal kecil.”
  520.  
  521. “Kau gak lihat!?”
  522.  
  523. “Yah, aku gak lihat ada kecoak atau kelabang dari sini.”
  524.  
  525. ‘’Bukannya ada cowok berseragam sekolah di sini!?’’
  526.  
  527. Dia ingin meneriakannya, tapi membuang niatnya setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan bibinya, menunjukkan kalau dia mungkin akan mengayunkan pisau dapur mengancam itu padanya tanpa ragu-ragu.
  528.  
  529. Koharu menutup pintu kaca dan pergi.
  530.  
  531. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Kau punya kakak perempuan yang galak.”</span>''
  532.  
  533. Hikaru menghindari fakta kalau senyuman ciri khasnya tidak mempan saat dia mengatakan hal itu.
  534.  
  535. Sementara itu, dalam pikiran Koremitsu.
  536.  
  537. ‘’Tenang... Tenang...’’
  538.  
  539. Koremitsu mengulangi kata-kata itu pada dirinya sendiri sambil dengan kalut mencari ketenangan untuk memahami apa yang sedang terjadi.
  540.  
  541. Hikaru Mikado, yang seharusnya sudah mati, muncul dan terlihat seperti orang masih hidup di kamar mandi Koremitsu.
  542.  
  543. Dia punya kaki, tapi tubuhnya melayang di udara.
  544.  
  545. Dan Hikaru tidak terlihat oleh Koharu.
  546.  
  547. Koremitsu melihat sebentar ke cermin di kamar mandi, melihat kalau cuma ada dirinya yang terlanjang terpantul kabur dengan sekumpulan uap, dan melihat ke arah Hikaru lagi.
  548.  
  549. Dia masih di sana.
  550.  
  551. Koremitsu menatap ke cermin lagi.
  552.  
  553. Cowok berambut merah, kurus tapi kuat, dengan tatapan mengancam itu memucat pada pemandangan yang dilihatnya.
  554.  
  555. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Yah, Saudara Akagi.”</span>''
  556.  
  557. Suara itu mendekat.
  558.  
  559. “!”
  560.  
  561. Koremitsu menoleh, melihat Hikaru di belakangnya seperti seorang pawang binatang yang siap bekerja dengan anjing yang terlalu bersemangat, berkata dengan tenang.
  562.  
  563. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Memang seperti yang kamu katakan, Saudara Akagi. Aku memang sudah mati. Inilah kenapa aku merasa kalau wujud ini adalah wujud hantuku.”</span>''
  564.  
  565. Hikaru berhenti dan termenung.
  566.  
  567. <span style="font-family: Times New Roman;">”Ya, pasti begitu. Aku tidak mengerti apa artinya menjadi hantu, tapi aku merasa sebagai hantu meski tidak memahami definisi tepatnya. Aku lebih suka perasaan menjadi makhluk fantasi daripada penjelasan rumit fiksi ilmiah, jadi lebih baik begini. Kau seharusnya menganggapku seperti itu juga, Saudara Akagi.”</span>
  568.  
  569. ‘’Apa bagusnya itu? Bagaimana kau bisa sangat yakin kalau kau benar!? Orang mati tiba-tiba muncul di depan yang masih hidup cuma fantasi bagimu!? Ini gangguan pada kenyataan, bukan imajinasi!’’
  570.  
  571. Dia merasakan gelombang bantahan itu dalam hatinya, tapi Koremitsu tidak mengatakannya.
  572.  
  573. Satu-satunya waktu dia benar-benar mempercayai keberadaan hantu adalah hari-hari di sebelum dia sekolah—sebuah hasil dari ketidak dewasaan. Sebagai tambahan, pantulan cermin tanpa bayangan Hikaru masih di sana.
  574.  
  575. Koremitsu menjadi terikat dalam kekusutan benang akal sehat dan pengamatan.
  576.  
  577. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Sini lihat.”</span>''
  578.  
  579. Hikaru mendekatkan tangan putih dan rampingnya untuk menyentuh tangan Koremitsu. Tangannya melewati tangan Koremitsu, dan kulit serta tulangnya menembus ke belakang.
  580.  
  581. Koremitsu menahan dorongan besar untuk menjerit. Dia tidak ingin melihat tangan orang lain menembus tangannya seperti itu. Semua itu terlalu tidak masuk akan baginya. Seluruh tubuhnya merinding, seolah ada kelabang yang sedang merayap di punggungnya.
  582.  
  583. Koremitsu menarik tangannya yang gemetaran ke dadanya, menghembuskan serangkaian nafas dalam, dan berkata,”A—anggaplah kalau ini adalah kenyataan, dan aku bukan hantu, meski kau seorang hantu, kenapa kau tiba-tiba muncul di kamar mandiku?”
  584.  
  585. Mereka bukan teman.
  586.  
  587. Mereka bahkan bukan teman sekelas.
  588.  
  589. Mereka cuma pernah berinteraksi sekali di Heian.
  590.  
  591. Hikaru menunjukkan pemandangan menawan dengan mata jernihnya itu pada Koremitsu.
  592.  
  593. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Bukan tiba-tiba. Aku sudah berada di atasmu sejak kamu berada di rumah duka. Aku memanggilmu Saudara Akagi’ saat pemakaman, dan kamu menoleh, ingat?”</span>''
  594.  
  595. Koremitsu terkejut akan kata-kata Hikaru.
  596.  
  597. Memang benar aku merasa kalau ada yang memanggilku saat aku akan pulang ke rumah. Jadi orang ini sudah melayang-layang di atas kepalaku sejak saat itu!? Dia mengikutiku dari belakang sejak aku berjalan pulang!?
  598.  
  599. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Pada saat itu, aku berfikir mungkinkah aku ‘menempel’ padamu, Saudara Akagi. Tentu saja, dalam bahasa supranatural.</span>''
  600.  
  601. “Oi! Kenapa aku? Apa yang kulakukan sehingga pantas menerima pembalasan dendam darimu? Apa kau ingin menjadi ketua ke 27 atau smacamnya? Kau ingin bertarung denganku karena aku melebihimu? Apa kau berbicara denganku di koridor waktu itu karena hal ini? Kalau memang begitu, akan kuberikan posisi itu padamu. Kau bisa memanggil dirimu apapun yang kau sukai di sini. Atau aku perlu mengukirnya di batu nisanmu juga, dengan pisau pengukir.”
  602.  
  603. Di dahi Koremitsu muncul otot menyilang tanda kemarahan.
  604. Hikaru menunjukkan senyum santai saat dia menjawab.
  605.  
  606. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Tidak perlu. Aku tidak memiliki rasa dendam padamu sedikitpun.”</span>''
  607.  
  608. “Terus kenapa?”
  609.  
  610. Koremitsu memandangnya, Hikaru membalas pandangan itu tanpa rasa malu.
  611.  
  612. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Bukankah kita punya sebuah janji?”</span>''
  613.  
  614. “Huh?”
  615.  
  616. Koremitsu kebingungan.
  617.  
  618. Janji apa?
  619.  
  620. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Aku ingin meminta tolong padamu saat aku mendekatimu untuk meminjam buku pelajaran.”</span>''
  621.  
  622. Sebuah seringai menawan tampak di muka Hikaru saat dia menatap Koremitsu.
  623.  
  624. Koremitsu menghiraukan perasaan canggungnya dan mendekatkan tubuhnya untuk melihat pada Hikaru.
  625.  
  626. “Oi, permintaan apa yang kaumaksud ini?”
  627.  
  628. Sejak kematian Hikaru, Koremitsu merasa terganggu dengan hal itu, seolah ada tulang ikan menyangkut di tenggorokannya.
  629.  
  630. Apa “hal” yang ingin Hikaru katakan padanya?
  631.  
  632. Hikaru memintanya, seseorang yang tidak dia kenal, seseorang yang baru pertama kali bertemu dengannya.
  633.  
  634. Hikaru meminta Koremitsu, seseorang yang terkenal sebagai murid berandalan kejam – seseorang yang akan dijauhi oleh orang-orang lain.
  635.  
  636. Senyuman Hikaru menghilang, dan ekspresinya berubah sedih.
  637. Dia mengalihkan pandangannya dan terdiam pada pertanyaan Koremitsu.
  638.  
  639. “...”
  640.  
  641. ‘’Oi, kenapa dia sekarang malah diam? Kenapa dia kelihatan sangat sedih?’’
  642.  
  643. Koremitsu menjadi tidak sabar dengan ekspresi termenung Hikaru.
  644.  
  645. Dia merasakan keringat dingin yang tidak nyaman saat dia menunggu alasan dari kesunyian ini. Pada saat ini Hikaru mengerutkan bibirnya dan memberinya senyuman kecil.
  646.  
  647. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Mengenai hal itu...lupakan saja.”</span>''
  648.  
  649. Dia menggumamkannya dengan suara lemah.
  650.  
  651. “Huh!? Apa maksudmu!?”
  652.  
  653. Nada bicara Koremitsu tanpa sadar berubah kasar. Situasi itu berkembang menjadi sesuatu yang akan membuat Hikaru merasa bersalah, jadi nada paksaan pada balasan Koremitsu membuatnya merasa menyesal.
  654.  
  655. “Jangan bercanda denganku. Sebaiknya kau mengatakan yang sebenarnya sekarang.”
  656.  
  657. Koremitsu menggembungkan pipinya saat Hikaru menyatukan kedua tangan putihnya dan meminta maaf.
  658.  
  659. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Aku minta maaf. Sebenarnya,kupikir aku mengalami sedikit hilang ingatan saat aku mati. Aku tidak bisa mengingatnya sekarang.”</span>''
  660.  
  661. ‘’Kau bercanda kan!?’’
  662.  
  663. Koremitsu menunjukkan tatapan menyelidik padanya, Hikaru balas tersenyum sekali lagi.
  664.  
  665. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Akan tetapi, sangat jarang punya janji semcam itu, dan karena kita bertemu lagi bahkan setelah aku mati, aku ingin meminta hal lain darimu.”</span>''
  666.  
  667. “Permintaan lain katamu!?”
  668.  
  669. Hikaru mengangguk patuh.
  670.  
  671. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ya. Aku pasti memang menempel padamu, jadi aku harap aku kamu bisa membantuku.”</span>''
  672.  
  673. Mata Hikaru menatap Koremitsu dengan gaya berat yang tidak bisa diterangkan – seolah semua yang di daerah itu akan tunduk pada kekuatannya.
  674.  
  675. Pangeran sekolah.
  676.  
  677. Koremitsu akhirnya dapat memahami kenapa semua orang di sekolah memberi Hikaru nama panggilan itu; nama itu pantas untuk keberadaannya yang megah dan agung.
  678.  
  679. —Aku akan dimaafkan oleh siapapun tidak peduli apa yang kulakukan.
  680.  
  681. Koremitsu hampir setuju melakukan apapun yang diinginkannya setelah memandang seringai elok itu.
  682.  
  683. ‘’Tidak bagus!’’
  684.  
  685. Dia tidak tahu kenapa, tapi instingnya di dalam dirinya membunyikan tanda bahaya.
  686.  
  687. Dia memiliki perasaan aneh kalau dia akan diseret tingkah Hikaru di kalau terus menerus seperti ini. Pemahaman itu menyambar dirinya seperti petir.
  688.  
  689. “Koremitsu! Berapa lama kau mau berbicara sendiri di kamar mandi seperti itu!? Apa kau berteman dengan kecoa tadi!? Cepat keluar kalau sudah selesai!”
  690.  
  691. Koharu sekali lagi membuka dengan kasar panel kaca itu dan berteriak ke dalam.
  692.  
  693. “Oh, oke.”
  694.  
  695. Koremitsu segera meraih ke bawah untuk mengambil ember untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.
  696.  
  697. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”...Dia bilang aku kecoa?”</span>''
  698.  
  699. Hikaru merenung, terlihat kelelahan karenanya.
  700.  
  701. <span style="font-size: 50%; border: "><center>♢ ♢ ♢</center></span>
  702.  
  703. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Wow! Chabudai<ref>Meja pendek berkaki tiga ala jepang, karena pendek orang-orang yang menggunakannya duduk di bantal bukan di kursi.</ref>. Ternyata benda ini masih ada di Jepang.”</span>''
  704.  
  705. Saat Koremitsu, Koharu, dan kakeknya sedang makan malam di ruang makan, Hikaru terlihat seperti seorang pangeran yang memasukki rumah rakyat jelata untuk pertama kali, dia melayang dengan penuh rasa ingin tahu di dalam rumah. Dia akan berkomentar setiap kali melihat sesuatu, dan akan mengamati dengan mata lebar, tanpa menoleh dan tersenyum.
  706.  
  707. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ah, ubi rambatnya sudah dimasak! Kelihatannya enak agak berminyak seperti ini~ Enak. Ada bakat keibuan di sini. Aku mau mencobanya juga~”</span>''
  708.  
  709. Koremitsu yang mulai mengambil sumpitnya untuk melayani makanan pada lidahnya yang mulai berliur, merasakan rasa laparnya sedikit berkurang melihat sepasang mata kelaparan menatapnya di meja.
  710.  
  711. ‘’Bukannya kau hantu? Kau tidak bisa makan.’’
  712.  
  713. Koremitsu ingin mengatakan hal itu, tapi menahan dirinya setelah melihat Koharu dan kakeknya meneruskan makan mereka dengan ekspresi biasanya.
  714.  
  715. ‘’Sepertinya kakek dan Koharu benar-benar tidak bisa melihatnya.’’
  716.  
  717. Bukti berulang mengenai keadaannya ini membuat Koremitsu tambah pusing.
  718.  
  719. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Hey, kaligrafi yang satu ini ditulis dengan sangat ahli. Siapa yang meulisnya?”</span>''
  720.  
  721. Kakek.
  722.  
  723. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Apa fungsi dekorasi rakun di sini?”</span>''
  724.  
  725. Entah?
  726.  
  727. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ah, pintu geser ini ditutup dengan menempelkan Washi<ref>Sebuah jenis kertas di Jepang.</ref>. Ah di sini juga! Apa kamu memperbaikinya sendiri? Kamu sangat terampil ya.”</span>''
  728.  
  729. ‘’Tidak perlu meributkan hal-hal kecil seperti itu.’’
  730.  
  731. Mengambil sumpitnya lagi, dia cemberut pada Hikaru.
  732.  
  733. “Koremitsu, kau sedang melihat apa?”
  734.  
  735. Koharu bertanya bukan untuk mendapat jawaban melainkan memberi Koremistu peringatan. Kakek Koremitsu yang terhormat, yang terlahir sebelum perang, juga menasehatinya.
  736.  
  737. “Jangan menjatuhkan nasi di mana-mana. Kau akan terkena hukuman langit.”
  738.  
  739. Koremitsu menarik lehernya.
  740.  
  741. Semnetara itu Hikaru sedang mengagumi pintu geser dengan terpesona, “Ah, ini ditutupi chiyogami<ref>sejenis kertas origami. Punya motif yang lebih menarik./ref> dan dipotong berbentuk cangkang kura-kura...”
  742.  
  743. Koremitsu berfikir kalau ini adalah salah Hikaru.
  744.  
  745. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Saudara Akagi, ada boneka-boneka Kokeshi! Boneka-boneka Kokeshi ditata berbaris. Apa kamu mengoleksinya? Sangat imut! Mata sipit ini benar-benar menunjukkan wujud Kecantikan Gadis Jepang!”</span>''
  746.  
  747. Saat ini lagi-lagi Hikaru bersemangat karena berbagai benda-benda kecil.
  748.  
  749. ‘’Diamlah kau! Kau sudah mati!’’
  750.  
  751. Koremitsu sekali lagi menahan dirinya dari berkata karena kekesalan dihari itu.
  752.  
  753. Dia akan terkena masalah kalau wujud halus hikaru mungkin akan menduduki ruangan di rumah itu sebagai hantu malang yang mencari pembalasan dendam atas kelakuan yang buruk.
  754.  
  755. Bagaimanapun juga, dia merasa perlu menyingkirkan Hikaru dari pandangannya, membuat Koharu dan kakeknya menjadi lebih salah paham.
  756.  
  757. Koremitsu biasanya akan makan satu porsi tambahan saat makan malam, tapi kemewahan itu sepertinya harus dibatalkan.
  758.  
  759. “Aku akan pergi.”
  760.  
  761. Dia mengeluarkan geraman lemah saat dia menggumamkannya,”Kenapa bersikap sok keren padahal cuma kembali ke kamarmu sendiri? Kau ingin menyerbu markas yakuza atau semacamnya!?”
  762.  
  763. Koharu membalas omongannya.
  764.  
  765.  
  766. “Pertama-tama, duduklah sebelum kita mulai.”
  767.  
  768. Koremitsu kembali ke kamarnya, menutup pintu, melempar sebuah bantal ke tatami<ref>Karpet yang biasa digunakan dalam rumah bergaya jepang</ref> dan memerintah Hikaru.
  769.  
  770. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Saudara Akagi, aku senang kalau kau menyambutku dengan memberiku bantal juga, tapi aku rasa tidak ada bedanya memberiku bantal. Akan tetapi, aku memahami niatmu.”</span>''
  771.  
  772. Hikaru menekuk lututnya sedikit di atas bantal dan melayang di udara.
  773.  
  774. Koremitsu memumai.
  775.  
  776. “SIAPA YANG MENYAMBUTMU!? BULU KUDUKKU BERDIRI SAAT KAU MELAYANG-LAYANG DI DEPANKU SEPERTI INI. SETIDAKNYA LETAKKAN KAKIMU—tidak tunggu, lututmu di lantai—BAGAIMANAPUN, KALAU KAU INGIN AKU MENDENGARKANMU, KAU SEBAIKNYA MENUNJUKKAN PADAKU KALAU KAU DENGAN TULUS MEMINTA BANTUANKU!”
  777.  
  778. Wajah Koremitsu berganti warna saat dia berteriak.
  779.  
  780. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Baik, saya mengerti.”</span>''
  781.  
  782. Tidak terduga, Hikaru berlutut di lantai dan menyatukan kedua kakinya untuk duduk dengan benar di atas bantal.
  783.  
  784. Jadi, dia pada dasarnya duduk ‘Seiza’, dan punggungnya terlihat lebih lurus dari Koremitsu, yang duduk dengan punggung membungkuk. Semuanya sempurna kecuali fakta kalau bantal yang di dudukinya tidak tertekan ke bawah sama sekali.
  785.  
  786. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Apa ini cukup? Maukah kamu mendengarkanku sekarang?”</span>''
  787. Hikaru menunjukkan senyuman memikat andalannya.
  788.  
  789. ‘’Gimana ya cara mengatakannya? Orang ini...benar-benar bisa merusak ritme ku.’’
  790.  
  791. Pikir Koremitsu sambil duduk bersila di lantai.
  792.  
  793. “Baik, aku akan mendengarkanmu sekarang.”
  794.  
  795. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Kalau bisa, saya berharap kamu bisa membantuku juga. Sebenarnya, ada seorang gadis yang tidak bisa terlepas dari hatiku. Hari ulang tahunnya akan segera datang, dan di hari terakhir Golden Week, aku mengirim sebuah terikat dengan bunga Lilac ke rumahnya.”</span>''
  796.  
  797. ‘’Kenapa kau harus menggunakan tangkai bunga untuk mengikat amplop surat? Tidak bisakah kau mengiriminya sms?’’
  798.  
  799. Koremitsu bingung.
  800.  
  801. Kemudian, mata dan bibir Hikaru seolah memancarkan kemanisan.
  802.  
  803. Pada surat itu, dia menulis,
  804.  
  805. ‘’’”Ini adalah hadiah pertama. Aku sudah mempersiapkan 6 hadiah lain untuk hari ulang tahunmu. Nantikanlah‘’’
  806.  
  807. ‘’Apakah para gadis sebegitu tamaknya sampai tidak akan puas tanpa menerima 7 hadiah? Bukankah kau harus menghabiskan uang yang banyak kalau kau harus memberi 7 hadiah setiap dia berulang tahun? Sebelum itu, bagaimana kau bisa memikirkan 7 hadiah apa yang akan kau berikan?’’
  808.  
  809. Bagi Koremitsu, memberi hadiah pada seorang wanita adalah konsep dari dimensi lain.
  810.  
  811. Tapi Hikaru menunjukkan ekspresi melankolis di matanya.
  812.  
  813. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Seperti yang bisa kamu lihat, aku sudah mati, dan aku tidak bisa memenuhi janjiku. Maukah kamu mewakiliku menyerahkan hadiah-hadiah itu padanya?”</span>''
  814.  
  815. “Jadi, kau memintaku untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seorang gadis.”
  816.  
  817. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ya. Bagiku, dia adalah gadis yang sangat penting.”</span>''
  818.  
  819. Alis Hikaru naik sedikit saat dia menunjukan pesona lembut manisnya.
  820. Koremitsu di sisi lain menunjukkan ekspresi tidak senang.
  821.  
  822. “Aku tidak akan melakukannya.”
  823.  
  824. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Eh--!? Tu-tunggu, bukankah kamu menolak permintaanku terlalu cepat, Saudara Akagi>”</span>''
  825.  
  826. Ini adalah pertama kalinya Hikaru, yang selalu terlihat santai bahkan setelah menjadi hantu, menunjukkan tanda-tanda terkejut.
  827.  
  828. Koremitsu tetap cemberut. “Aku tidak akan membicarakan permintaan yang berkaitan dengan gadis.”
  829.  
  830. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Kenapa!?”</span>''
  831.  
  832. “Kakek bilang padaku untuk tidak dekat-dekat dengan para gadis.”
  833.  
  834. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Apa maksudnya itu?”</span>''
  835.  
  836. “Dua puluh tahun yang lalu, istrinya – nenekku – berkata kalau dia ingin memulai kehidupan ke dua, dan meninggalkan surat cerai sebelum dia pergi.”
  837.  
  838. Sejak hal itu terjadi padanya, kata-kata yang sering diucapkannya adalah “semua wanita sama saja”, dan dia sering bertengkar dengan bibi Koremitsu, Koharu sebagai seorang yang bercerai dan sering mengatakan hal yang hampir mirip “semua pria sama saja”. Menurut Koharu, adalah hal yang wajar kalau nenek Koremitsu tidak tahan dengan kakek.
  839.  
  840. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ini...ini mungkin hal yang mengejutkan untuk kakekmu, tapi nenekmu pasti tidak mewakili semua wanita.</span>''
  841.  
  842. “Saat tahun pertamaku di SD, wanita yang kupanggil ibuku meninggalkan ayahku dan aku, dan kabur dengan pria lain.”
  843.  
  844. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Uw!”</span>''
  845.  
  846. Hikaru tidak bisa berkata apa-apa.
  847.  
  848. “Dan juga, pria yang lari dengannya adalah wali kelasku.”
  849.  
  850. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ehh.”</span>''
  851.  
  852. “Dan kemudian, setengah tahun kemudian, ayahku meninggal karena serangan jantung.”
  853.  
  854. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Be-begitukah. Hidupmu pasti sangat berat. Ayah—ayahmu juga benar-benar mengalami tragedi...tapi pacarku ini tidak akan memberiku surat cerai atau kabur dengan pria lain. Aku juga bukannya ingin kamu berpacaran dengannya atau menikah dengannya. Aku cuma ingin kamu memberikan hadiah di hari ulang tahunnya, dan kemudian aku bisa pergi ke Surga dengan senang. Lihat, bukankah merepotkan kalau aku terus-terusan menempel padamu setiap saat, benar kan?”</span>''
  855.  
  856. Maksud yang tersembunyi dalam kata-kata itu adalah Hikaru mengancam Koremitsu, kalau dia akan terus menghantui Koremitsu kalau keinginannya tidak dipenuhi. Hikaru masih menunjukkan ekspresi memohon.
  857.  
  858. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Tolong~? Ini adalah sebuah janji yang sangat penting. Aku tidak memiliki teman sungguhan, jadi aku cuma bisa meminta padamu, Saudara Akagi.</span>''
  859.  
  860. “Kau bilang kalau kau tidak punya teman? Kau masih mau membohongiku. Bukankah kau seorang orang yang sangat populer?”
  861.  
  862. Dia terlahir dengan penampilan mempesona, dan kepribadiannya sangat cerah sehingga membuatnya mudah disukai. Dia juga seorang ‘pangeran’ di sekolah, seseorang yang dikelilingi dengan pengikut yang suka menjilat. Bagi Koremitsu, adalah hal yang sangat menyinggung perasaannya kalau orang seperti itu berkata ‘aku tidak punya teman’.
  863.  
  864. ‘’Tidak mungkin orang sembrono ini bisa memahami rasa sakitnya menjadi orang yang tersisa saat guru menyuruh para murid ‘berkelompok berpasangan’ saat pelajaran Olah Raga atau pelajaran Seni?
  865.  
  866. Semua menyingkir dariku seperti laba-laba saat aku cuma sekedar berjalan, menanyakan arah ke ruang guru dan karyawan. Tidak ada satupun yang bisa kuajak bicara saat istirahat, Aku kesulitan menghabiskan waktu istirahat yang cuma 10 menit, dan aku cuma bisa menggunakannya untuk meneliti ulang hasil pekerjaanku. Bagaimana mungkin seseorang tuan muda yang naif sepertimu mengerti bagaimana rasanya disisihkan?’’
  867.  
  868. Akan tetapi, Hikaru menganggkat bahunya sambil bergumam sedih.
  869.  
  870. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Memang benar...aku selalu populer di antara para gadis bahkan sejak aku masih duduk di bangku TK, dan semua gadis di kelasku ingin menjadi pacarku. Saat rapat kelas di SD, mereka berdikusi panjang yang hasilnya ‘Hikaru adalah milik semuanya, jadi tidak ada yang boleh menjadi kekasihnya’ dan akhirnya semua menyetujuinya.”</span>''
  871.  
  872. ‘’...Apa dia bermaksud menyombong? Ngomong-ngomong, para murid SD itu benar-benar menyebalkan, menggunakan suara terbanyak untuk memutuskan hal itu.’’
  873.  
  874. Semakin banyak yang didengarnya, semakin cemberut wajah Koremitsu menjadi.
  875.  
  876. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Tapi karenanya, anak-anak laki-laki suka menyisihkanku.” </span>''
  877.  
  878. Saat dia mendengar hal itu, telinga Koremitsu tiba-tiba bereaksi.
  879.  
  880. (Kau...disisihkan?)
  881.  
  882. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Hal itu juga terjadi saat pelajaran Olah Raga. Tidak ada satupun yang mau berpasangan denganku.” </span>''
  883.  
  884. Telinga Koremitsu bereaksi lagi.
  885.  
  886. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Hal yang sama terjadi saat aku masuk SMP. Aku dipanggil sekelompok anak laki-laki ke belakang gedung olah raga, mereka mengatakan kalau aku telah merebut pacar mereka. Mereka mencari masalah denganku...membuat berbagai macam rumor buruk sampai tidak ada satupun anak laki-laki dikelasku mau berbicara denganku...” </span>''
  887.  
  888. Koremitsu membayangkan keadaan itu dan merasakan rasa sakit di dalam dadanya, seolah ada sesuatu yang tersangkut di sana.
  889.  
  890. Dia paham lebih dari siapapun bagaimana sakitnya disisihkan karena rumor yang tidak benar.
  891.  
  892. Dia mengingat bagaimana dia harus memakan bekalnya sendirian saat istirahat siang, dia mengingat bagaimana dia menggerakan sumpitnya dalam diam sambil mendengar tawa dan suara cakap-cakap teman sekelasnya. Dia mengingat orang-orang licik yang terlalu bosan dan menggunakan jangka untuk mencoret-coret mejanya, memanggil namanya seperti “Sam” dan “John” dan berbagai macam hal lainnya.
  893.  
  894. Setiap kali dia mengingat hal itu, matanya akan terasa panas.
  895.  
  896. ‘’Apa benar begitu? Jadi dia memahami bagaimana sakitnya hal iti?
  897.  
  898. Jadi dia pernah melalui hari-hari pahit seperti itu?
  899.  
  900. Dia ingin memenuhi janjinya pada seorang gadis yang tidak bisa dia lupakan dari dalam hatinya, tapi dia tidak memiliki teman. Dia sangat kesepian hingga hanya dapat bergantung padaku.
  901.  
  902. Apa begitu? Apa benar begitu?
  903.  
  904. Benar-benar menyakitkan, sial.’’
  905.  
  906. “Tidak...tidak ada jalan lain. Aku akan membantumu mengirim hadiah menggantikanmu.”
  907.  
  908. Koremitsu mengedip matanya dan mengalihkan pandangannya sambil mengatakan hal ini dengan kaku.
  909.  
  910. Saat mendengarnya, Hikaru mendesah lega dan berkata,
  911.  
  912. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Terima kasih! Aku tahu kau pasti akan mebantuku, saudara Akagi. Aku benar-benar berterima kasih padamu.” </span>''
  913.  
  914. Kata-katanya dipenuhi rasa berterima kasih murni dan rasa percaya hingga membuat sesuatu yang panas terasa memenuhi kerongkongannya.
  915.  
  916. “Aku mau pergi...ke toilet.”
  917.  
  918. Dia menunduk dan segera meninggalkan ruangan untuk menghindari orang lain melihat cairan asin dan pedas di kelopak matanya.
  919.  
  920. Dia membuka pintu toilet, menggunakan jarinya untuk menghapus ari mata, mendesah, melepaskan celana piyama dan celana dalamnya—
  921.  
  922. “!”
  923.  
  924. Tapi di sana ada Hikaru dengan wajah sedikit merasa bersalah melayang di atas toilet.
  925.  
  926. “WAH!? KENAPA KAU MENGIKUTIKU KE SINI!? DAN KAU BAHKAN MENGAMATI BAGIAN PRIBADIKU! APA KAU INI MANIAK!?”
  927.  
  928. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Aku sudah lihat baik depan maupun belakang saat kau ada di kamar mandi.” </span>''
  929.  
  930. Di depan wajah malu Koremitsu, Hikaru mendesah sedikit dan menunjukkan wajah serius lalu berkata,
  931.  
  932. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Ada berita buruk yang harus kukatakan padamu.” </span>''
  933.  
  934. ‘’A-apa?’’
  935.  
  936. Koremitsu menahan nafasnya sambil mendengarkan, dan Hikaru mencoba sekuat tenaga mengurangi keterkejutan dan menjelaskannya dengan tenang.
  937.  
  938. ''<span style="font-family: Times New Roman;">”Sepertinya tidak peduli kemanapun kau pergi, aku akan terseret bersamamu. Jadi jangan pedulikan aku dan teruskan apa yang ingin kau lakukan.” </span>''
  939.  
  940. <noinclude>
  941. ==Catatan==
  942. <references/>
  943. </noinclude>
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement