Advertisement
LiTTleDRAgo

[LN] Sword Art Online Bahasa Indonesia Vol 1 Chapter 16.5

Jul 29th, 2012
234
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 26.62 KB | None | 0 0
  1. Chapter 16.5
  2.  
  3. Asuna melompat keatas sofa dalam keadaan telanjang dan menatapku dengan pandangan menantang.
  4.  
  5. “…Kirito, cepatlah lepaskan pakaianmu,” katanya dengan nada memerintah.
  6.  
  7. “Apakah...ki-kita melanjutkannya?”
  8.  
  9. “Akan menjadi suatu hal bodoh bila kita berhenti disini!!”
  10.  
  11. Aku segera mematuhinya. Membuka window yang ditunjukkan oleh Asuna, aku mematikan pilihan yang terkubur dalam didalam menu.
  12.  
  13. Karena permulaan yang buru-buru, tidak ada suasana romantis yang tampak. Duduk disisi ranjang yang sedikit terlalu kecil untuk kami berdua, kami perlahan-lahan melakukan sejauh yang dapat diperbolehkan oleh sistem.
  14.  
  15. Cahaya biru kelam rembulan menembus masuk dari jendela, membuat bayang-bayang yang rumit pada ranjang.
  16.  
  17. Semenjak kota Salemburg tidak memiliki pasar, para penduduk kota menghilang pada waktu malam. Satu-satunya yang dapat aku dengar adalah suara bisikan pelan danau, dan detak jantungku yang berdetak seperti jam weker yang tampaknya menggema disekitar ruangan.
  18.  
  19. Pada saat ini, Asuna dan aku telah melepaskan semua pakaian kami. Kami telah berlutut di atas ranjang didepan yang lain selama sekitar dua setengah menit. Aku tidak dapat membaca ekspresi wajah Asuna karena dia mengepalkan tangannya pada lututnya dan memandang kebawah. Aku berpikir bahwa akulah yang harus melakukan tindakan pertama pada situasi ini, tetapi karena tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi akibat apa yang aku pilih, aku dudk dalam keheningan membatu. Aku memikirkan apa yang akan terjadi bila aku berteriak, “Maaf!” dan meng-equip pakaian secara minimal dengan kecepatan cahaya sebelum berlari keluar ruangan. Apakah dia akan berkata, “Aku rasa hal ini tidak dapat dihindari~” dan memaafkanku saat kita bertemu lagi keesokan harinya? ―Tidak mungkin dia akan memaafkanku.
  20.  
  21. Mengingat kembali masa laluku, aku baru berusia 14 tahun saat aku pertama login kedalam SAO. Pada musim dingin dari kelas 2 SMP. Aku tidak ingin mengingat kembali seperti apa aku pada saat itu, tetapi aku mengorbankan semua energi seksualku yang mulai terbangun pada semua anak laki-laki seumuranku untuk membenamkan diriku kedalam berbagai permainan. Sebagai hasilnya, aku belum pernah berada dalam situasi dimana aku akan berada sendirian bersama seorang gadis di dalam ruangannya. Pastinya, aku juga belum pernah telanjang bersama seorang gadis sebelumnya.
  22.  
  23. Sebenarnya, aku menginginkan Asuna, yang menurutku kelihatannya beberapa tahun lebih tua dariku (dan berarti memiliki pengalaman mengenai hal ini) untuk menuntunku. Tetapi, kelihatannya semua orang di SAO, termasuk dia, melihatku sebagai seseorang yang jauh lebih tua dari usiaku yang sebenarnya. Karena aku belum pernah menyangkalnya, tidak mungkin aku dapat berkata kepadanya dalam situasi ini, “Maaf, tetapi sebenarnya aku...”
  24.  
  25. Aku menguatkan pendirianku. Walaupun aku tidak mempunyai pengetahuan ataupun pengalaman, aku belum pernah mencintai ataupun merasakan perasaan sekuat ini kepada seseorang seperti apa yang kurasakan untuk Asuna.
  26.  
  27. Semenjak SAO dimulai, terdaapt beberapa situasi dimana aku memberitahu diriku sendiri, “Kamu tidak dapat lari dari sini apapun yang terjadi,” tetapi disini aku harus mengumpulkan lebih banyak tekad dibandingkan saat-saat itu sementara aku mengulurkan tangan kananku dan menggerakkan tubuhku maju.
  28.  
  29. Ujung jariku secara perlahan menyentuh lekukan yang adalah bahu Asuna. Tubuhnya bergemetar hebat. Aku perlahan-lahan menelusuri garis dari tulang lehernya menuju ke tengkuk lehernya.
  30.  
  31. “N…mm…”
  32.  
  33. Asuna medesah pelan sementara kedua matanya tertutup. Darah mengalir cepat menuju kedua pipinya dan alisnya mengernyit.
  34.  
  35. Untuk sementara waktu aku menyaksikan respon dari Asuna dengan rasa gemar yang tersembunyi sementara aku menyentuhi sekujur tubuhnya di semua bagian. Sedikit bergairah karena reaksi-reaksi hangatnya, aku bertindak sedikit berlebihan saat aku menjaga agar ujung jariku berada pada keadaan dimana aku hanya sedikit menyentuh tubuhnya dan perlahan meluncur dengan mudah di tubuhnya. Jariku merayap kearah lengannya yang menutupi payudaranya dengan kuat, mengitari perutnya dan berbalik arah kembali ke atas menuju ke lengannya lagi.
  36.  
  37. “Ah…oh…mm…”
  38.  
  39. Setiap kali jariku bergerak , tubuh Asuna akan gemetar dan desahan lembut akan terdengar. Setelah membelai seluruh tubuhnya, aku meletakkan jari tangan kananku dibawah dagunya yang mungil dan mengangkat kepalanya Dengan jari telunjuk kiriku, aku dengan tekun menelusuri bibir merah tuanya,yang basah, dan berkilau.
  40.  
  41. “Tidak...jangan hanya...dengan jarimu...”
  42.  
  43. Asuna yang tersipu lembut sedikit membuka kedua matanya dan menatapku dengan memohon.
  44.  
  45. “Cium...aku...”
  46.  
  47. “…”
  48.  
  49. Aku perlahan-lahan mendekatkan wajahku. Bibir Asuna sedikit terbuka seakan-akan dia tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Tetapi, bukannya melekatkan bibir kami, aku secara perlahan menyentuh bibir bawahnya dengan ujung lidahku.
  50.  
  51. “Mm…”
  52.  
  53. Seakan-akan mencariku, Asuna menjulurkan lidahnya, tetapi aku menahan diriku sendiri dan menggerakan lidahku menjauhinya sebelum dengan perlahan menyentuhnya dengan ujung lidahku.
  54.  
  55. “Ah, mm…ah…”
  56.  
  57. Asuna mengeluarkan suara jengkel karena antisipasi dan kebutuhannya sementara aku tiba-tiba mencelupkan lidaku kedalam mulutnya.
  58.  
  59. “Ah—mm!”
  60.  
  61. Aku dengan kuat mendesirkan lidahku ke sekeliling mulutnya.
  62.  
  63. Indra peraba di SAO, seperti indra perasa , telah diprogram sebelumnya dan diaktivasi sesuai dengan keadaan. Bila kamu memikirkan mengenai hal ini, satu-satunya kesimpulan yang daapt dipikirkan adalah “feeling of a deep kiss” pasti telah diprogramkan didalamnya. (Yah, hal ini bukan karena aku telah merasakan hal ini sebelumnya didunia nyata, tetapi...) Sebuah perasaan yang mempesona yang tidak dapat aku gambarkan menyerang syarafku.
  64.  
  65. Lidahku terjalin dengan lidah Asuna dan aku dengan kuat menghisapnya sementara aku merasakan bahwa tenaga pergi meninggalkan tubuhnya. Kedua matanya terlihat lembab dan redup dan dia bernafas tak menentu saat aku menarik lidaku keluar dari mulutnya dan kemudian melanjutkan dengan menjilati lehernya, di belakang telinganya dan celah pada tulang lehernya.
  66.  
  67. Saat aku akhirnya mencapai kedua bukit lembut yang berada diatas dadanya yang telah tersembunyi hingga sekarang, sekujur tubuhnya melompat dan tersentak. Kedua lengannya mencengkeram dadanya lebih erat dan dia menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.
  68.  
  69. “Asuna…pindahkan kedua lenganmu...”
  70.  
  71. “T...Tetapi...”
  72.  
  73. “Aku ingin melihat payudaramu, Asuna.”
  74.  
  75. Aku memegang kedua pergelangan tangannya yang tersilang dan menariknya sementara aku dengan perlahan menjilati dan mengulum kearah puncak dari payudaranya yang putih yang secara perlahan mulai tersingkap.
  76.  
  77. “Ah… Tidak...”
  78.  
  79. Kedua tangan Asuna akhirnya berada di samping tubuhnya sementara kedua puncaknya tersingkap di depan kedua mataku. Kedua tonjolan yang biasanya tersembunyi dibalik pakaian Knight dan pelat pelindung dada ini ternyata lebih besar dari yang kubayangkan; penuh dan menonjol tajam ke depan. Pada ujungnya terdapat sepasang puting yang sulit dibedakan warnanya dengan area sekitar, berdiri dengan bangganya dalam bentuknya yang seperti kerucut. Sayangnya seluruh ruangan ini sekarang sedang dimandikan cahaya biru dari sinar rembulan dan —
  80.  
  81. “Asuna, nyalakan lampunya.”
  82.  
  83. “Apa...tidak...jangan—”
  84.  
  85. Setelah menerima penolakan dari permintaanku, aku mengulum puting kirinya kedalam mulutku.
  86.  
  87. “Ah!!”
  88.  
  89. Tidak mengindahkan serangan tiba-tiba dari suara lengkingan yangdikeluarkan Asuna, aku mengunyah dengan lembut pusat dari putingnya sementara lidahku bergulir disekitar ujungnya yang kaku.
  90.  
  91. “Ahhh! Tidak, tidak tidak...!”
  92.  
  93. Aku dengan kuat menahan tangan kanan Asuna yang berusaha untuk mendorongku pergi sementara dia menjerit, sementara tubuhnya mengejang dan menggerakkan tangan kiriku menuju payudaranya yang lain. Aku memijat puncaknya diantara jemariku, lalu dengan lembut menggunakan kuku dari jari telunjukku untuk menstimulasi ujung putingnya.
  94.  
  95. “Ah, Ahh, oh!!”
  96.  
  97. Sementara aku memilin kedua payudaranya, kekejangan dan jeritkan manis Asuna meningkat dalam intensitasnya. Bertindak sedikit berlebihan, aku menggigit benda yang menonjol itu di dalam mulutku dan dengan sedikit keras mulai mengunyahnya, sementara pada saat yang sama ibu jari dan jari telunjukku dengan keras memelintir putingnya yang lain.
  98.  
  99. “Oh!! Ah, ah, tidak, tidak mungkin…”
  100.  
  101. Tubuh Asuna tiba-tiba menjadi kaku. Kedua tangannya yang sekarang melingkar di punggungku mengeratkan genggamannya.
  102.  
  103. “Tidak, tidak tidak. Aku, hanya denga payudaraku...! Aku.. ke...”
  104.  
  105. Dia tidak dapat berkata apa-apa setelah itu. Mengeluarkan jeritkan yang serak, dan bernada tinggi dari dalam tenggorokannya, Asuna mengejang dan tubuhnya melompat sekali sebelum jatuh kepadaku. Dia masih bernafas dengan berat, tubuhnya terus menerus mengejang sedikit.
  106.  
  107. “Ah… ha… haa…”
  108.  
  109. “…Asuna…yang baru saja...”
  110.  
  111. “Ah… t-tidak... hal ini sangat memalukan... aku belum pernah merasakan yang seperti itu... terjadi hingga sekarang...”
  112.  
  113. “…hingga sekarang?”
  114.  
  115. “Ah…”
  116.  
  117. Asuna menundukkan tubuhnya dan melihat ke bawah dengan sikap malu.
  118.  
  119. “I-itu bukan apa-apa, bukan apa-apa sama sekali!”
  120.  
  121. “…katakan kepadaku.”
  122.  
  123. Aku menggerakkan tangan kananku keatas payudara kiri Asuna sementara dia bersandar kepadaku dan menggenggam putingnya sebelum menariknya.
  124.  
  125. “Ahh… tidak, berhenti, jangan lagi dengan payudaraku...”
  126.  
  127. “… apa yang kamu maksud dengan sampai sekarang?”
  128.  
  129. “Ahhh…”
  130.  
  131. Asuna berbicara dengan tersendat-sendat dengan nada menangis yang sekali lagi tercampur dengan desahan manis.
  132.  
  133. “… mengenai <Ethic Code Off>... setelah aku mengetahuinya... aku melakukannya... beberapa kali, sendirian...”
  134.  
  135. “… apa yang kamu lakukan...?”
  136.  
  137. “Auuu… Dengan memikirkan... mengenai Kirito... bermain dengan... payudaraku dan... dibawah sana...”
  138.  
  139. Membicarakan dengan fantasinya sendiri tampaknya telah meningkatkan sis masochist dari Asuna. Pernafasannya secara bertahap menjadi tidak teratur saat dia melekat kepadaku.
  140.  
  141. “Dibawah sana... seperti di sekitar sini...?”
  142.  
  143. Aku secara lembut menggerakkan tanganku yang sebelumnya telah menyiksa payudaranya ke arah bawah. Aku mengusap perutnya yang teganf, lalu dengan sangat lambat bergerak ke arah itu. Aku bergerak kearah tonjolan kecil di perutnya, dan ketika ujung jari jemariku menyentuh pintu masuh diantara kedua gundukannya, Asuna melenguh sementara tubuhnya gemetar.
  144.  
  145. “Ah… tidak...”
  146.  
  147. Aku menggunakan jari telunjuk dan jari tengah dari tangan kiriku untuk menstimulasi area disekitar vaginanya. Sementara berhati-hati untuk tidak menyentuh bagian tengahnya, aku mnikmati sensasi dari meremas kedua gundukan itu bersama, lalu memisahkannya. “Ah, ah, ha mmm…!”
  148.  
  149. Asuna berlutut, memelukku dengan erat dan mendesah sementara membenamkan wajahnya di leherku sementara jemariku menari, yang membuat tubuhnya melompat dan mengejang.
  150.  
  151. “Ah, mm…sebelah sana...tidak...”
  152.  
  153. Tetapi suara itu secara bertahap berubah serak sementara dia menggelengkan kepalanya dan menggoyangkan seluruh tubuhnya.
  154.  
  155. “Ahh… itu tidak boleh...tidak boleh...”
  156.  
  157. Berpikir bahwa aku telah terlalu banyak menggodanya, aku secara bertahap menggerakkan jari tengahku ke tengah.
  158.  
  159. “Mm…mm… Ahhh!!”
  160.  
  161. Saat Asuna mengeluarkan jeritan yang sungguh keras. Jemariku diselimuti sensasi berlendir. Tempat itu nampaknya tidak berujung, sangat hangat, lembab, dan secara tak tergambarkan lembut sehingga aku secara tidak sadar mengaduknya dengan dua jari.
  162.  
  163. “Ah!! Tidak!! Tidak!!”
  164.  
  165. Asuna menjerit, dan seluruh tubuhnya mulai bergoncang dan melompat. Tanpa memperdulikan hal itu, aku meremas tonjolan kecil yang mengintip keluar dari atas belahannya dengan ibu jariku sementara aku membukanya dengan dua jari.
  166.  
  167. “Ah… Haa… Ha…”
  168.  
  169. Kelihatannya Asuna tidak dapat bebicara lagi sementara dia menancapkan kukunya ke punggungku dan melengkungkan tubuhnya kedepan sejauh yang dia bisa.
  170.  
  171. “Ah, ha… Tidak!! Aku tidak bisa menahannya lagi!!”
  172.  
  173. Tetapi dalam arti yang lain, aku juga sudah mencapai batasanku. Aku ingin melihat setiap bagian dari Asuna dengan begitu parah sehingga aku mendorongnya berbaring di ranjang dan memegang kedua kakinya, lalu membukanya dengan lebar.
  174.  
  175. “Eh… Eh…? Ah… Wha…!?”
  176.  
  177. Asuna kembali dari keadaan pikirannya yang samar-samar dan meyiapkan tubuhnya untuk melawan karena dia menyadari bahwa dia sedang dalam posisi yang memalukan, tetapi tidak mungkin aku akan mengendurkan genggamanku sekarang.
  178.  
  179. “Wha, Wha, Kirito, jangan melihat terlalu dekat!!”
  180.  
  181. “Asuna…”
  182.  
  183. Aku mengangkat kepalaku dan melihat dengan mantap menatap kedua mata Asuna.
  184.  
  185. “…perlukah kita menyalakan lampunya?”
  186.  
  187. “Tidak—!!”
  188.  
  189. Asuna dengan tegas menolak saranku sementara dia menggelengkan wajahnya yang merah padam. Menyerah, aku mencurahkan diriku sepenuhnya untuk memeriksa tempat tersembunyi Asuna.
  190.  
  191. Dindingnya pubisnya yang lembut dan halus berwarna putih murni dan mulus tanpa ada sehelai rambutpun yang tumbuh disana. Hal ini, untuk dikatakan, dibandingkan dengan preferensi dari para developer, sebenarnya adalah batasan dari sistemnya sendiri. Obyek-obyek mirip rambut terletak pada kategori berat. Sebagai hasilnya, selain rambut pada kepala dan janggut, tidak terdaapt sehelai rambutpun dibagian tubuh manapun dari para pemain SAO.
  192.  
  193. Diantara kedua gundukannya terdapat sebuah celah, dan sedikit kedalamnya akan terlihat liaptan-lipatan berwarna cerah. Dari waktu ke waktu cairan bening menetes keluar dan mengalir kearah anus Asuna sebelum berubah menjadi tetesan cahaya dan menghilang.
  194.  
  195. Entah karena rasa malu atau kehilangan tenaga, Asuna berhenti meronta-ronta, jadi aku melepaskan tanganku dari kaki kanannya dan secara perlahan membuka celah itu.
  196.  
  197. “Mhaa…”
  198.  
  199. Pandangan mata Asuna menjadi kosong sementara dia mendesah dengan lembut. Didalam celah itu, dibandingkan dengan informasi yang aku terima dari inernet di dunia nyata, adalah desain yang sangat luar biasanya sederhana dengan ( apa yang aku pikir adalah) membran yang berwarna seperti buah persik yang menyebar dengan halus dari dalam dan bawah. Lubang vagina-nya yang tanpa lelah mengeluarkan cairan bening diam-diam berdenyut, dan bagian atas dimana celah itu menutup sebuah tonjolan menunjukkan kepalanya.
  200.  
  201. Didalam SAO, para pemain pria setidaknya sekali atau dua kali pasti telah memutar otak mereka membayangkan bagaimana tampak dari bagian itu dari para pemain wanita, tetapi aku sedang mengalami sebuah emosi tertentu karena baru saja mengetahui jawaban dari pertanyaan ini.
  202.  
  203. Tentu saja, pada bagian bawah tubuhku terdapat sebuah barang tertentu, yang, telah menyembul hingga batasnya, sedang mencari pembebasan. Tetapi kali ini adalah kali pertama semenjak aku memasuki SAO dimana benda ini telah menjadi seperti ini.
  204.  
  205. Di sana terdapat sebuah cerita yang agak menarik mengenai hal ini (maaf karena menyimpang, tetapi)... Ketika SAO sedang dalam pengembangan, Argas company telah melakukan fase Alpha test internal tertutup dimana mereka merasa bahwa pemain tidak akan membutuhkan alat kelamin mereka, tidak perlu bagi mereka untuk menggambarkannya.
  206.  
  207. Tetapi, pada kenyataannya mereka menemukan bahwa kebanyakan dari tester pria akan merasakan banyak kecemasan. Walaupun begitu, sementara tidak ada masalah untuk bermain selama beberapa jam. Ketika mereka melakukan tes secara berturut-turut selama lebih dari 48 jam penuh, mereka menemukan bahwa kebanyakan tester pria yang mengikuti masa percobaan ini tidak dapat bertahan tidak ememiliki alat kelamin mereka dan menyerah. Jadi mulai saat Beta test itulah dimana alat kelamin diimpelementasikan karena keperluan. Hal ini juga bagian dari alasan mengapa para pemain SAO tidak diijinkan untuk mengganti jenis kelamin mereka.
  208.  
  209. Tetapi, walaupun kamu memiliki alat kelaminmu, pertanyaan yang aku miliki sebelum pembukaan resmi permainan (yang aku maksud, sebelum insiden ini dimulai) adalah apakah ada kecemasan mengenai kurangnya fungsi yang sebenarnya. Aku sendiri menderita sekali beberapa kali dalam beberapa peristiwa mengenai ketidakmampuanku untuk melepaskan energiku yang terpendam, tetapi sekarang aku melihat bahwa bila kode etik atau apapun namanya dapat dimatikan, lalu fungsionalitasnya, bahkan mungkin ejakulasi juga mungkin.
  210.  
  211. While feeling like I had missed out on a lot by not knowing all of this until now. At this point though, I faced a new question.
  212.  
  213. Mempunyai fungsi pelepasan kode etik secara mendasar berarti bahwa online virtual sex telah direncanakan dengan peluncuran permainan ini. SAO memiliki banyak pemain di bawah umur seperti diriku sendiri jadi, bagaimanapun aku berpikir soal ini, fungsi ini jelas akan menghasilkan banyak protes keras secara sosial.
  214.  
  215. Sementara aku menggoda belahan manis Asuna dengan ujung jemariku, aku mengangkat kepalaku dan menanyakan pertanyaan itu kepadanya.
  216.  
  217. “Ah… Haa… Apa…?”
  218.  
  219. Walaupun dia tampak melamun dengan matanya yang berwarna seperti sutra dan jawabannya diselingi dengan nafas beratnya. Sifat serius Asuna kembali saat dia menjawabku.
  220.  
  221. “Ha… I-itu karena… Mereka berencana untuk menggunakan sistem… SAO untuk… menyediakan jasa… seks pribadi… Kita mungkin terhubung dengan… fungsi itu …ahhh…ah…”
  222.  
  223. “Aku mengerti… Jadi dengan kata lain, itu mungkin adalah salah satu dari pengaturan yang rumit itu… Baiklah, cukup dengan bincang-bincangnya…”
  224.  
  225. Aku menggunakan tangan kiriku untuk membuka celah milik Asuna selebar mungkin.
  226.  
  227. “Ahh!!”
  228.  
  229. Dia sudah dapat bergerak, tetapi Asuna mengeluarkan jeritan yang manis dengan kedua kakinya terbuka lebar di udara. Aku mendekatkan wajahku dan dengan lembut mendorong lidahku menuju lubang kecil di tengahnya.
  230.  
  231. “Haaaa!!”
  232.  
  233. Asuna menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain sementara dia menjerit. Aku secara perlahan menstimulasi pintu masuk menuju lubang itu dengan lidahku sementara aku mendorong jariku keluar masuk.
  234.  
  235. “Ah! Tidak, jangan itu—!!”
  236.  
  237. Setiap kali tubuh Asuna Mengejang, sejumlah besar cairan akan mengeluarkan suara lengket pada lidahku seraya cairan itu merembes keluar dari vaginanya.
  238.  
  239. Setelah memasukkan lidahku kedalam lubangnya dan menikmati perasaan saat dia berkonstriksi disekitarku, aku mendorong diriku sendiri ke atas Asuna. Aku sudah membengkak mencapai batasku dan merasa aku akan keluar bila aku terus mengeksplorasi tubuh Asuna lagi.
  240.  
  241. Sementara aku dengan perlahan bermain dengan putingnya yang kencang, aku menutupi bibir Asuna dengan bibirku dan berbisik perlahan,
  242.  
  243. “Asuna… dapatkah aku…?”
  244.  
  245. “Ah… Ha…”
  246.  
  247. Asuna mengangguk dengan penuh semangat sementara dia menghembuskan nafas panas.
  248.  
  249. “Yes… Buat aku... penuh.. dengan milikmu Kirito...”
  250.  
  251. Merasa sedikit pening memikirkan bahwa pendekar tak terkalahkan yang lugu mengatakan hal itu dengan wajah yang berlinangkan air mata, aku menekan diriku terhadap tempat lembabnya. Penisku terperangkap didepan pintu masuk dari vaginanya sementara aku menggerakannya ke atas dan ke bawah.
  252.  
  253. “Ah… Ah…”
  254.  
  255. Asuna dengan kuat menggenggap kedua bahuku dengan kedua lengannya sementara dia menutup rapat kedua matanya dan megernyitkan kedua alisnya. Bahkan di dalam kegelapan berwarna biru pucat dari ruangan ini aku dapat melihat bahwa seluruh tubuhnya penuh dengan keringat dan butiran-butiran keringat bersinar dimana-mana.
  256.  
  257. Saat aku meletakkan tanganku pada sisi Asuna,pinggulnya bergerak sedikit ke depan. Aku merasakan sedikit perlawanan, tetapi dengan sensasi seperti letusan, setengah dari penisku tertelan kedalam Asuna.
  258.  
  259. “Aaaa!!”
  260.  
  261. Bahkan dengan itu saja, Asuna megeluarkan jeritan sementara dia melengkungkan tubuhnya hingga batasnya. Pada saat yang sama, nafasku tertahan dan aku merasakan mati rasa yang menyebar dari penisku ke seluruh tubuhku.
  262.  
  263. Setelah mendorong keseluruh bagianku kedalam tubuh Asuna, aku membiarkan hasratku mengambil alih sementara aku terus memasukinya sedikit demi sedikit.
  264.  
  265. “Aaah!! Haaaah!!”
  266.  
  267. Asuna terus berteriak seraya dia terus menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat sementara tubuhnya bergetar. Walaupun aku sempat berpikir sesaat membayangkan apakah hal ini menyakitinya, aku tidak dapat menghentikan gerakkan pinggulku lagi sementara penisku terus menyelam kedalam tempat terdalam Asuna dengan suara tamparan basah.
  268.  
  269. “Ha… Ah… Ah—!!”
  270.  
  271. Pada akhirnya penisku terdorong seluruhnya kedalam pangkal dari vagina Asuna Sementara dia adalah wanita yang paling aku kenal dan paling aku cintai, pikiran gilaku bahwa aku berada jauh didalam idola terbaik Aincrad pada saat ini berputar dalam pikiranku, membuatku berlaku gila.
  272.  
  273. Aku entah bagaimana berhasil menenangkan pernafasanku sementara aku meletakkan mulutku di samping telinga Asuna dan berkata,
  274.  
  275. “Aku sudah berada di dalam... Apakah sakit...?”
  276.  
  277. “T, tidak... Sangat... panas... A-aku akan meleleh...!”
  278.  
  279. Asuna menjawabku dengan suara yang tinggi dan tipis sementara dia menggelengkan kepalanya.
  280.  
  281. “Kirito… begitu banyak dari dirimu... di dalamku …ah…ah…”
  282.  
  283. Aku juga merasa seprti akan meleleh dari panas luar biasa yang aku rasakan. Penisku yang digenggam dengan erat oleh Asuna terus menerus mengirimkan gelombang panas melalui punggungku dan meledak menjadi kembang api di kepalaku.
  284.  
  285. “Ah…ah, ah, ah, ah!!”
  286.  
  287. Aku menyadari bahwa desahan Asuna menjadi lebih keras sementara aku tidak bisa bergerak, berusaha melawan sensasi yang mengancam akan membanjiriku. Seakan-akan sedang berharap, ceahnya juga terus menerus memijat erat diriku dengan kekejangannya.
  288.  
  289. “Ah! Ah, tidak, tidak mungkin, aku, lagi, lagi...”
  290.  
  291. Suara Asuna, yang terdengar seakan akan dia mengigau dari panasnya, berubah menjadi suara manis yang melelehkan dan,
  292.  
  293. “Tidak, tidak, lagi, a-aku keluar, keluar , ah, ah…”
  294.  
  295. Dia melemparkan kepalanya kebelakang dengan sebuah sentakan dan
  296.  
  297. “Ahhh——!!”
  298.  
  299. Berteriak dengan keras, Asuna mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Pada saat yang sama, penisku diremas dengan tekanan yang luar biasa, dan dengan rasa ngeriku, aku merasakan rasa hebat yang mendidh didalamku yang mencari pelepasan.
  300.  
  301. “!!”
  302.  
  303. Aku menggigit bibirku dan melawan perasaan itu. Dibantu dengan pemikiran bahwa aku belum dapat bersantai saat kami belum berbaikan sekalipun, aku entah bagaimana behasil memadamkan dorongan itu. Terengah-engah, aku memeluk tubuh Asuna yang lunglai karena orgasmenya. Aku tahu bahwa aku tidak dapat bertahan lama, jadi aku dengan keras menarik kembali hingga ke pintu masuk vaginanya sebelum mendorong penuh ke dalam dalam satu dorongan. Smack! Cairan tubuh kami beterbangan.
  304.  
  305. “Aaa!!”
  306.  
  307. Kedua mata Asuna terbelalak sementara dia menjerit.
  308.  
  309. “Tidak! Bila kamu... melakukan itu, aku akan menjadi gila...”
  310.  
  311. “…”
  312.  
  313. Aku sekali lagi terpaksa berhenti sementara berada jauh didalam Asuna. Sensasi panas dan lembut mengelilingiku sementara denyutan dari lipatan dalam tubuhnya menembus seluruh tubuhku. Asuna telah orgasme beberapa kali dan bila kami tetap seperti ini, aku pada akhirnya akan orgasme juga. Tetapi aku tidak merasa bahwa hal ini akan menjadi jalan yang sangat baik untuk menyelesaikannya, jadi setelah berpikir untuk beberapa waktu, aku perlahan mulai memindahkan tubuhku.
  314.  
  315. “Eh…?”
  316.  
  317. Mengangkat tubuh Asuna yang terlihat mengantuk, aku pindah kebawahnya. Pada akhirnya kami berdua bertukar posisi, dengan punggungku menghadap ranjang dan Asuna berada pada posisi berkuda di atasku. Segera setelah dia menyadari seperti apa posisinya sekarang, wajahnya merona lebih merah dari sebelumnya sementara dia menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.
  318.  
  319. “Tidak... ini ... memalukan...”
  320.  
  321. “Asuna, cobalah bergerak...”
  322.  
  323. “Apa… O-Ok…”
  324.  
  325. Asuna tersipu-sipu malu sementara dia mengangguk dan mulai menggoyangkan tubuhnya dengan lembut.
  326.  
  327. “Ah, aah… Aku... minta maad karena... aku... hanya satu-satunya... yang merasa enak... Kirito, kamu dapat keluar juga...”
  328.  
  329. Suara lengket keluar dari celah yang ditembus oleh penisku. Asuna bergerak secara minimal, tatapi rasa mati rasa kuat tersebar ke seluruh tubuhku lagi. Tepat pada saat aku berpikir, “Bila hal ini berlanjut terus aku akan segera keluar—"
  330.  
  331. “Ah, Ah, Ah, ha…”
  332.  
  333. Suaranya sekali lagi bercampur dengan suara dari gairah. Asuna menggigit jemari pada tangan kananya, sementara dia menggerakkan pinggulnya keatas dan ke bawah.
  334.  
  335. “Ah, ah, kenapa, aku, ah, seperti ini, seperti ini...”
  336.  
  337. Rambut coklat kemerahan Asuna melayang ke udara setiap kali dia menggelengkan kepalanya. Butiran keringat juga beterbangan, berubah menjadi cahaya sebelum menghilang.
  338.  
  339. “Maafkan aku, maaf, Kirito, aku, ah, ah, ke... ke... keluar—!!”
  340.  
  341. Asuna melemparkan tubuhnya kebelakang sementara dia mengatakan bagian terakhir dari kalimatnya sementara tubuhnya mengejang dengan keras dua, tiga kali. Kedua payudaranya yang menonjol keluar didepannya menari bersama dengan gerakan-gerakan itu.
  342.  
  343. Aku tidak berada dalam posisi untuk berhenti sesaat dan mengagumi pemandangan dari Asuna yang memejamkan erat kedua matanya dan menggertakan giginya bersama terlihat sangat imut, dan pada saat yang sama secara mengerikan terlihat tidak senonoh, semua pada saat yang sama. Sementara vagina Asuna menggenggam erat penisku, aku sekali lagi diserang dengan desakkan kuat untuk keluar.
  344.  
  345. Berpikir bahwa aku tidak akan dapat melawan kali ini, aku secara insting mendorong ke dalam pusat Asuna tanpa batasan. Memegang pinggulnya dengan kedua tanganku, aku mendorong penis kerasku ke dalam sejauh yang aku bisa sebelum menariknya lagi.
  346.  
  347. “Ah—!! Aaaah—!!”
  348.  
  349. Karena tiba-tiba diserang setelah orgasme, apa yang dapat dilakukan Asuna hanyalah menggeliat dengan panik. Aku memegang tangannya yang terulur ke arahku dan menyatukan jemari kami bersama. Setiap kali aku mengaduk bagian dalam Asuna, cairan kami yang meluap akan beterbangan sementara tempat persatuan kami meleleh karena panas tiada akhir.
  350.  
  351. “Aah…luar biasa, luar biasa...”
  352.  
  353. Kedua payudaranya yang memantul juga membuat banyak keringat beterbangan. Asuna mengeluarkan desahan yang membuatku lupa daratan dengan ekspresi penuh kepuasan di wajahnya.
  354.  
  355. “Ah, A-A-Aaa!!”
  356.  
  357. “A-aku ke...”
  358.  
  359. “Ha, ya, keluarkan saja, ah, Kirito, keluarkan, yang banyak...”
  360.  
  361. Sementara aku mendorng diriku ke dalam Asuna, aku mengeluarkan semua sensasiku yang terpendam yang telah aku tahan hingga batasnya.
  362.  
  363. “A…Asuna…!”
  364.  
  365. “Aaaah—!!!”
  366.  
  367. Aku dapat merasakan spermaku yang hangat menyembur keluar menuju Asuna sementara dia gemetar karena klimaks lainnya. Air mani yang terkumpul selama dua tahun membuat suara meneguk sementara itu mengalir tanpa akhir ke dalam Asuna. Setiap kali penisku mengejang, kembang api meledak di kepalaku.
  368.  
  369. “Ah…ah…”
  370.  
  371. Setelah menerima semua yang aku berikan kepadanya, kekuatan Asuna menghilang dan dia terjatuh keatasku.
  372.  
  373. “Ah… Ha…”
  374.  
  375. Aku secara lembut memeluk Asuna sementara dia terus melenguh dan mengejang seakan-akan dia terstimulasi oleh cairan di dalam tubuhnya sementara kesadaranku meredup.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement