Advertisement
irzie

Chapter 7 - Plagiator.

Feb 27th, 2015
198
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 6.73 KB | None | 0 0
  1. Seorang gadis berpakaian lusuh dengan sebilah pedang yang disarungkan dipinggangnya, juga seorang pemuda biasa dengan busur panah yang menggantung dipunggungnya sedang berjalan mencari tempat beristirahat.
  2.  
  3. Gadis itu bernama Shera, dan saat ini, ketika Shera masih mencari tempat yang cocok untuk beristirahat, tak sengaja matanya teralihkan pada seorang gadis cantik dengan gaun merah muda yang dikenakannya sedang berjalan lesu―tidak, dia tidak seorang diri, ada dua orang lain yang mengikuti dibelakangnya.
  4.  
  5. Didepannya, Shera menyadari ada sesuatu yang mencurigakan. Kilatan cahaya tiba-tiba saja terlihat, "Sruunggg~~!" sebuah anak panah melesat tajam dan menusuk kaki kiri sang gadis bergaun merah muda tersebut. Akibatnya, gadis itu pun tergeletak pingsan.
  6.  
  7. Shera yang mengetahui itu langsung mendekati gadis itu dan mencoba menolongnya.
  8.  
  9. "Hei, hei. Kamu nggak apa-apa? Hei, bangunlah," panggil Shera dengan raut cemas terpasang diwajahnya.
  10.  
  11. Anak panah yang masih tertancap itu tiba-tiba pecah bagaikan kaca yang terhempas angin dan menghilang.
  12.  
  13. "Sihir ...?" Ucap Shera terkejut.
  14.  
  15. Tak lama kemudian, luka bekas panah tersebut pun perlahan menutup dengan sendirinya.
  16.  
  17. "Eh? Apa dia seorang pengguna sihir?" tanya Shera penasaran.
  18.  
  19. "Zira, cepat ambilkan air di sungai yang baru kita lewati tadi," perintah Shera pada pengawalnya.
  20.  
  21. Zira, pengawal tersebut hanya menganggukkan kepala dan bergegas mengambil air.
  22.  
  23. Sambil menunggu, Shera menggunakan sisa air yang dimilikinya untuk membasuh luka si gadis. Shera merobek gaun merah yang dikenakan si gadis dan menggunakannya untuk mengikat kaki yang terluka tersebut.
  24.  
  25. Dia tahu apa yang dilakukannya tidaklah sopan, seenaknya merobek pakaian orang. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia akan meminta maaf bila si gadis tersebut sudah sadar. Itulah yang dipikirkannya.
  26.  
  27. "Erik ...." ucap si gadis sambil menitihkan air mata.
  28.  
  29. "Hei, kamu nggak apa-apa?" balasnya Shera berusaha membangunkan.
  30.  
  31. Perlahan, gadis yang terluka tersebut membuka matanya. Dan tiba-tiba saja ekspresinya berubah seperti menahan rasa sakit yang diterima dikakinya tersebut. Gadis itu sadar bahwa sebelumnya dia terkena anak panah yang melayang pada kakinya.
  32.  
  33. "Kak Handi! Ah, aku harus ke bukit Sryruks sekarang." Ucap si gadis berusaha berdiri.
  34.  
  35. Namun, Shera melarangnya berdiri, "Tenanglah, jangan terburu-buru, kakimu masih belum bisa kaupaksakan,"
  36.  
  37. "Tapi ... Tapi ...,"
  38.  
  39. "Aku juga akan pergi ke sana, ikut saja bersamaku. Tapi lebih baik kau istirahatlah dulu, aku juga sedang ingin beristirahat." ucap Shera berusaha meyakinkan untuk tidak terburu-buru.
  40.  
  41. "Um ...," angguknya si gadis menurut.
  42.  
  43. "Oh, aku Shera. Dan pengawalku yang kemari itu adalah Zira, siapa namamu?" tanya Shera sambil menunjuk Zira yang baru datang membawa air dalam kantung seperti botol yang dipegangnya.
  44.  
  45. "Luna ... aku Luna."
  46.  
  47. ***
  48.  
  49. "Rasakan ini!" teriak Dimas sambil melempar kayu panjang yang tajam disalah satu ujungnya pada raksasa yang sembari tadi mengejarnya.
  50.  
  51. Raksasa yang dikenainya berteriak keras dan membuat suara gemuruh yang membuat tanah disekitarnya bergetar. Dimas dan kedua temannya, Handi dan Toni hanya bisa berlari dan mengambil beberapa bilah kayu maupun batu untuk dilempar pada si raksasa yang didapatkannya dicelah-celah mereka berlari.
  52.  
  53. Meski mereka tahu tidak membuahkan hasil, tapi tujuan utama mereka adalah melarikan diri, seperti yang Toni perintahkan.
  54.  
  55. Saat mereka masih berlari, dari arah depan terlihat seorang wanita berlari menghampirinya dengan menarik pedang yang dipegang tangan kanannya.
  56.  
  57. Beberapa anak panah pun melesat tajam dari sekitar tubuh wanita yang masih berlari,
  58.  
  59. "-Sriiik-Sriiik-Sriiik!!-"
  60.  
  61. Raksasa itu tertusuk panah dan membuatnya teriak kesakitan. Racun yang telah disiapkan pada anak panah tersebut membuat langkahnya terhenti, seketika itu pula, wanita itu melesat mendekati raksasa dan menebas perutnya.
  62.  
  63. Namun, raksasa itu tidaklah terjatuh, dia tetap berdiri, bahkan menyerang wanita berpedang itu.
  64. "Kak Handi ...?" suara seorang gadis terdengar dari balik pemuda yang muncul dan membantu wanita berpedang dengan panahnya.
  65.  
  66. "Eh, Luna?" darimana aja kamu? Kenapa pakaianmu robek begitu?" tanya Handi khawatir karena lama tak melihat adik perempuannya.
  67.  
  68. "Um, aku mau ke sini, ke bukit Sryruks buat nemuin kak Handi. Dan diperjalanan aku bertemu Shera dan Zira,"
  69.  
  70. "Shera? Zira? Maksudmu wanita yang sedang bertarung dan pemuda ini?" ucap Dimas dengan nada yang sedikit dinaikkan.
  71.  
  72. "Terus, mana Erik?" tanya Toni penasaran.
  73.  
  74. "Ceritanya panjang, lebih baik kita bantu Shera untuk mengalahkan raksasa itu."
  75.  
  76. "Tapi gimana caranya?"
  77.  
  78. "Lo, kan dibab ini kamu yang ngebuat cerita, Ton. Masa nggak tau." balas Luna menjawab pertanyaan Toni.
  79.  
  80. -Daakkk!!-
  81.  
  82. Suara tubuh Shera yang menghantam pohon karena dilemparkan si raksasa terdengar jelas.
  83.  
  84. "Shera!" teriak Zira yang mulai cemas disertai jumlah anak panah pada kantungnya yang hanya tinggal beberapa.
  85.  
  86. Gada yang dipegang raksasa lagi-lagi menghantam Shera dan membuatnya tergeletak tak berdaya. Zira yang sembaritadi melihat dari kejauhan pun geram.
  87.  
  88. "Oh, aku tau bagaimana cara mengalahkan raksasa itu." ucap Toni yang mulai mengingat cerita novel yang dibuatnya.
  89.  
  90. "Zira, aku tau kita baru bertemu, tapi harusnya kau tau apa yang semestinya kamu lakuin sekarang." lanjut Toni seakan mengerti apa yang harus dilakukan.
  91.  
  92. "Iya, aku tau." balas Zira dengan ekspresi marah yang terpasang diwajahnya.
  93.  
  94.  
  95. ***
  96.  
  97. -Ctakkk!-
  98.  
  99. Suara pecut menggema di dalam sebuah ruangan kecil. Bersamaan dengan itu, Erik berteriak kesakitan karena hujan pecut yang dihantam pada punggungnya tersebut.
  100.  
  101. "Bisa-bisanya kau ini membiarkan puteri Luna pergi," ucap seorang algojo dengan nada tinggi.
  102.  
  103. Erik tidak dapat menjawabnya, dia masih mengeluhkan rasa sakit yang didapatnya.
  104.  
  105. Karena kejadian itu, Erik akhirnya diturunkan posisinya menjadi penjaga khusus tahanan yang dikurung di ruang bawah tanah. Masih untunglah tidak sampai dikurung, karena memang semua itu bukan sepenuhnya salah Erik.
  106.  
  107.  
  108. Di ruang bawah tanah, ruangan paling ujung yang Erik jaga berisi tahanan yang berbahaya. Namun Erik tidak mengetahui hal tersebut. Dia tidak memikirkan apapun selain berjalan menuju ruangan tahanan tersebut.
  109.  
  110. Sesampainya di sana, dia merasakan hawa aneh, dari balik jeruji benar-benar gelap, ia bahkan ragu kalau ada tahanan didalamnya. Karena penasaran dia mendekat ke jeruji tersebut dan berharap melihat seperti apa tahanan yang dijaga khusus tersebut.
  111.  
  112. Tiba-tiba saja sebuah tangan muncul dari balik jeruji dan mencekik leher Erik, mengangkat tubuh Erik, dan membuatnya berusaha berteriak namun tidak bisa.
  113.  
  114. Lalu ...
  115.  
  116. A. Erik diberi kekuatan sihir dan dihipnotis untuk membunuh puteri Luna.
  117.  
  118. B. Erik memotong tangan dengan pedang yang disarungkan dipinggangnya.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement