Advertisement
Guest User

Chuuko Jilid 1 Prolog

a guest
Jul 23rd, 2016
1,738
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 14.01 KB | None | 0 0
  1. - Prolog
  2.  
  3.  
  4. "Dasar bajingaaaaaaaaaaaaaaaaaaannn!"
  5.  
  6. 「Aku benar-benar minta maaf ....」
  7.  
  8. A-a-ada apa ini? Apa-apaan ini?
  9.  
  10. Apa sebenarnya ini ...?! Kenapa dia setega ini?
  11.  
  12. "Bagaimana bisa ...?! Fujiaki Shiori, jadi kamu pernah punya kekasih ...?!"
  13.  
  14. Dengan kalimat tadi, si gadis benar-benar membuat sang protagonis mati berdiri.
  15.  
  16. Fujiaki Shiori adalah gadis yang mungkin saja bakal jadi tipe idamanku ...!
  17.  
  18. 「Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, Seiichi.」
  19.  
  20. Namaku terucap dari RVS* yang keluar dari mulut si gadis melalui pengeras suara. Si gadis yang berada di layar monitor menampakkan wajah kesusahan. (*Real Voice System)
  21.  
  22. Meski dengan ekspresi seperti itu, dia masih terlihat begitu manis. Syukurlah aku membeli 'game' ini.
  23.  
  24. Tapi ini 'game' bekas! Produk cacat dan enggak layak dimainkan!
  25.  
  26. 「Tapi hal itu sudah lama berlalu.」
  27.  
  28. Bibir 2D-nya bergerak sewaktu dia berbicara. Saat mendengarkannya, suaranya enggak sejelas sewaktu dia masih mengaku enggak punya pacar.
  29.  
  30. Itu karena dia sudah jadi bekas orang!
  31.  
  32. 「Ya sudah, hal itu jangan terlalu dipikirkan, ya?」
  33.  
  34. "Gila apa?! Kamu ini sudah pernah 'dipakai', tahu?!"
  35.  
  36. Aku meneriakinya di depan layar, namun enggak ada sama sekali tanggapan darinya.
  37.  
  38. Bukan hal aneh, bahkan sosok lain yang ada di layar 'game' 18 tahun ke atas, atau yang biasa disebut 'eroge' ini, justru bicara begini.
  39.  
  40. 「Aku saja sudah tidak mau memikirkannya lagi. Jadi tidak usah khawatir, ya.」
  41.  
  42. Lalu sang tokoh utama wanita dengan polosnya berkata dalam kotak dialog, sebuah perkataan yang enggak pernah kuduga sedikit pun sebelumnya.
  43.  
  44. 「Kamu pun harus begitu, Tn. Protagonis!」
  45.  
  46. Kurasa bakal ada orang selain diriku yang juga ikut merasa kalau ternyata dirinya diam-diam sudah di-NTR dari belakang.
  47.  
  48. "Berengseeeeeeeeeeeeekkk!"
  49.  
  50. Kuambil ancang-ancang lalu kutendang komputerku.
  51.  
  52. Komputer tersebut langsung berhenti beroperasi serta mengeluarkan bunyi melengking yang memekakkan telinga tanpa henti.
  53.  
  54. Mungkin karena ada yang sudah kuhantam begitu keras di sistem operasinya, makanya pemutar DVD komputer itu mengeluarkan decitan keras.
  55.  
  56. Di saat yang sama, permainan eroge itu masih berjalan dengan Fujiaki Shiori yang tersenyum ceria.
  57.  
  58. Ayahku bakal menghantamku dengan DVD beserta komputernya tepat di wajahku.
  59.  
  60. "Astagaaa! Duuuh!"
  61.  
  62. Di layar tersebut juga terpampang sebuah iklan, 'Gerakkan dan arahkan gadis muda ini, lalu jadilah anggota batalion tentara'.
  63.  
  64. Aku akan mengajukan gugatan ini ke pengadilan! Ini sudah masuk tindakan perselingkuhan! Gadis ini sudah pernah punya pacar, mana mungkin masih suci! Jangan asal beriklan di depanku, berengsek!
  65.  
  66. Aku sudah membeli beberapa 'game' yang seharusnya belum dirilis. Kini DVD-DVD 'game' itu ada di kamarku, dan kuhancurkan semuanya berkeping-keping. Dengan sikut dan lutut, kuhancurkan semuanya hingga menjadi serpihan, lalu kutendang berkali-kali sampai benar-benar enggak berbentuk.
  67.  
  68. "Wah! Jadi berserakan, 'gini!"
  69.  
  70. Akal sehatku memperingatkan kalau yang kulakukan ini adalah sebuah tindakan pengrusakkan, tapi aku enggak tahu cara menghentikannya.
  71.  
  72. Waifu-ku sampai di-NTR orang! Siapa yang tahan!
  73.  
  74. "Haaah …! Haaah …!"
  75.  
  76. Waktu pun berlalu, kuambil sebuah boks lalu membersihkan dan mengangkut serpihan-serpihan tadi ke dalamnya.
  77.  
  78. Kurasa aku akan membuang serpihan-serpihan tersebut ke tempat sampah, namun rupanya kesadaranku belum sepenuhnya kembali. Jadi aku menghubungi jasa perusahaan pengangkut sampah via internet untuk membawa pergi sampah ini. Sesuai kontrak, mereka akan datang kemari untuk mengambilnya.
  79.  
  80. "Perusahaan Pengangkut Sampah Musashi? Cepat kemari dan ambil sampahnya!"
  81.  
  82. Aku menunggu selama lima menit hingga akhirnya salah satu karyawan perusahaan itu tiba di rumahku.
  83.  
  84. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
  85.  
  86. "A-ada .... Tolong lakukan tugasmu terhadap boks ini?"
  87.  
  88. Karyawan tersebut lalu mengambil boks berisi sampah itu keluar dari rumahku. Barang-barang itu terlalu riskan untuk berada di kamar ini. Setelahnya, aku pun bisa bernapas lega, namun masih ada sedikit kesedihan yang kurasakan. Dan itu enggak bisa hilang.
  89.  
  90. "Gadis yang sudah enggak suci lagi itu apa masih ada harganya ...?"
  91.  
  92. Enggak ada yang menjawab karena enggak ada orang di rumah. Tapi kalau yang tadi sampai didengar adikku, dia pasti langsung loncat dan memakiku, "Diam kamu, Jejaka Letoi!"
  93.  
  94. Soal kejadian ini enggak bakal ada yang tahu selain diriku seorang.
  95.  
  96. Masalahnya, orang sepertiku ini serasa sudah dikutuk untuk tetap perjaka. Yang terpenting, aku sudah menerima diriku apa adanya dalam pergaulan di dunia ini.
  97.  
  98. "Ya sudah, mending aku tidur saja."
  99.  
  100. Dengan hati yang hancur dan terkhianati ini, semoga aku bisa mati dalam tidurku nanti.
  101.  
  102. Sesaat rasa kantuk itu datang bersama dengan mimpi-mimpi yang mungkin bisa menyembuhkanku dari nestapa dan derita ini.
  103.  
  104. Akan tetapi .... Sebuah senyuman muncul di pikiranku, diiringi nada-nada merdu, disertai kenangan-kenangan manis yang terekam sewaktu berada di depan layar monitor.
  105.  
  106. Kenapa Shiori harus berkhianat di belakangku? Saat dia berbincang dengan temannya di kamar, yang merupakan tokoh pendukung, yang pernah berkata padaku, "Dia tidak pernah berpacaran sebelumnya, kok". Itu justru kelihatan seolah mereka ingin menyembunyikan kebenaran, 'kan?
  107.  
  108. Kira-kira apa ada juga orang yang mencampuradukkan dunia 2D dengan kehidupan nyatanya sepertiku ini, ya? Aku jadi penasaran.
  109.  
  110. Enggak gampang menemukan tokoh wanita idaman seperti Shiori di dunia 2D yang dulu. Kalau soal alur cerita, memang enggak sesuai dengan yang kuharapkan, sih.
  111.  
  112. Karena itu aku terbangun dengan rasa putus asa mendalam. Mataku terasa berat, tapi aku enggak bisa tidur. Terus mau bagaimana lagi?
  113.  
  114. 「Malam ini Ibu pulang telat, sebaiknya kamu cari makan di luar, terus pulangnya hati-hati, ya. Nanti Ibu kasih tambahan uang jajan, deh.」
  115.  
  116. Setelah melihat SMS yang dikirim ibuku itu, aku keluar rumah untuk mencari makan. Aku berjalan sampai di depan stasiun kereta. Setelah selesai makan, aku harusnya pulang ke rumah, tapi bukan itu tujuan utamaku.
  117.  
  118. Bagiku sekarang, yang terpenting dan yang menjadi tujuan utamaku adalah membeli beberapa 'eroge' baru. Di Minggu malamku yang dipenuhi rasa depresi ini, aku harus menghukum Fujiaki Shiori karena pengkhianatannya. Pikiranku sudah dipenuhi oleh kegelapan.
  119.  
  120. Aku enggak yakin kalau beberapa 'game' baru yang kubeli ini akan menghadirkan 'waifu' idamanku, namun dari ulasan para pemain profesional, 'game-game' tersebut bakal populer. Bagiku, yang penting tokoh-tokohnya bukan bekas orang.
  121.  
  122. Hingga hari ini sudah ada 20 tokoh totalnya. Omong-omong, selama perjalanan aku belum melihat satu gadis pun. Yang tampak hanya beberapa penduduk lokal yang sudah tua. Gadis-gadisnya ada di mana, ya? Biar begitu, 'game' baru masih lebih baik daripada 'game' bekas orang.
  123.  
  124. Memangnya ada orang yang enggak merasa malu ketika memakan cokelat yang khusus dibuat seseorang untuk dirinya sampai berlepotan ke sana sini? Jelas cuma orang gila saja yang melakukan itu.
  125.  
  126. Yah, orang lain mungkin menganggapnya sebagai barang bekas jika sudah 'dipakai' sang protagonis. Tapi karena di dalam dunia 2D, hal tersebut enggak berlaku. Lagi pula, sang protagonis itu kita sendiri. Mungkin dia hebat dalam bertarung, punya pergaulan yang bagus atau apa pun itu, semuanya ada di tingkatan yang tinggi termasuk juga persoalan di dalamnya. Biar begitu, jiwa yang bersemayam dalam sang protagonis tersebut adalah diriku.
  127.  
  128. Untuk pertama kalinya, aku enggak mengeluh soal ini.
  129.  
  130. Malaikat (perawan), Tuhan memberkati! Iblis (bekas orang), enyah!
  131.  
  132. ... tapi untuk para gadis 3D, aku enggak ada ketertarikan maupun keinginan berbuat sesuatu pada mereka.
  133.  
  134. "Hmm? Ada yang menetes. Wah, hujan, ya?"
  135.  
  136. Ada tetesan air di wajahku. Ketika kutengadahkan tangan, hujan pun turun dengan derasnya.
  137.  
  138. Harus cepat pulang, nih .... Ambil jalan pintas, ah.
  139.  
  140. Aku berbelok arah ke pojok, menerobos gerbang lahan pribadi dan menyelinap ke dalam gang kecil.
  141.  
  142. Kalau aku berjalan melewati gedung ini, aku bisa sampai rumah lebih cepat. Tapi sekarang sepertinya sudah terlambat, karena gedung itu kemungkinan ditutup.
  143.  
  144. Kuikuti jalan yang disinari rembulan ini hingga ....
  145.  
  146. "Jangan mendekat—ueehk, hiiikk!"
  147.  
  148. Kemudian kudengar suara gaduh. Apa ada yang menerobos gedung ini sama sepertiku?
  149.  
  150. "Awas kali—hiiik ...."
  151.  
  152. "Akhirnya kamu diam juga .... Oke, kalian ikat lengan dan kakinya!"
  153.  
  154. "Siap!"
  155.  
  156. "Oke, Bos!"
  157.  
  158. "Hmmph ... Hmmph ...!"
  159.  
  160. "Mati kamu! Kebanyakan melawan sampai mukaku kena cakar, jangan harap kamu bisa lolos!"
  161.  
  162. "Hmmmmmrrrf!"
  163.  
  164. "Gedung ini memang dipenuhi kuli-kuli yang tiap hari mandi keringat di sana-sini. Tapi sekarang mereka sudah pulang. Teriak saja sesukamu. Enggak bakal ada yang datang dan menyelamatkanmu. Oi, siapa saja, tarik sempak sundal ini, terus sumpalkan ke mulutnya!"
  165.  
  166. "Hmmmmmrrrf!"
  167.  
  168. "Kalau saja kamu mau menurut, mungkin saat ini sudah kuberi servis memuaskan di ranjang. Tapi karena kamu macam-macam begitu, ya kuladeni saja."
  169.  
  170. Aku terguncang. Apa aku sedang berada di dalam sebuah 'eroge'?
  171.  
  172. Di sini gelap banget sampai enggak kelihatan apa-apa. Tapi jika diperhatikan lagi, situasi ini mirip adegan 18 tahun ke atas.
  173.  
  174. Kurasa aku telah melihat adegan semacam ini di 'game' 'Cara bercinta dengan Hondo'. Yah, kalau bukan, mungkin saja 'game' lain.
  175.  
  176. Tapi tunggu! Bagaimana bisa diriku berada di dalam 'eroge'? Jika itu benar, berarti gawat.
  177.  
  178. Atau mungkin, 'eroge' sudah menjadi kenyataan!
  179.  
  180. Tunggu! Hal ini sudah cukup gila!
  181.  
  182. Hujan yang turun makin bertambah dingin, dan suasana di sini pun makin enggak realistis.
  183.  
  184. "Aargh, cepat tarik sempaknya!"
  185.  
  186. "Hmmmmmph!"
  187.  
  188. "Uh, dia menggeliat terus, Bos."
  189.  
  190. "Oi, kamu itu sudah enggak perawan lagi! Pasrah saja dan jangan menggeliat!"
  191.  
  192. Kudengar suara lantai yang terhentak bersama suara orang-orang yang saling berdebat. Kegaduhan di tempat itu makin terasa.
  193.  
  194. Tampaknya aku telah menemukan pemandangan yang sangat menarik.
  195.  
  196. Pelan-pelan aku mengamati, dan kulihat di tengah kegelapan ada lima lelaki mengerumuni seorang gadis yang histeris. Lelaki yang paling besar menyumpal mulut sang gadis agar dia tetap diam.
  197.  
  198. Kuharap adegan ini difilmkan untuk sebuah 'eroge', tapi sejauh yang kulihat, enggak ada satu pun kamera. Rambut dari lelaki yang paling besar tadi ikal dan benar-benar berantakan, tapi itu enggak sampai menutupi wajahnya.
  199.  
  200. Mungkin dia menyimpan pisau lipat di dalam sakunya. Duh, sekarang aku jadi takut.
  201.  
  202. Untuk si gadis .... Aku enggak bisa melihat wajahnya, tapi bisa kulihat mantel dan celana jinnya yang sudah robek bersama dengan telinga yang tersingkap dari rambut coklatnya.
  203.  
  204. Tampak seolah sang gadis akan mengalami pengalaman cinta satu malam.
  205.  
  206. Sadar bahwa akan menjadi seperti itu, si gadis justru berontak. Aku jadi enggak begitu merasa prihatin.
  207.  
  208. Lebih baik aku menyingkir sebelum mereka melihatku. Layaknya pemeran pembantu yang enggak seharusnya ikut campur.
  209.  
  210. Dan layaknya sang protagonis dalam eroge yang akan berkata begini setelah merasakan kehadiran seseorang.
  211.  
  212. "Hei, siapa di sana?!"
  213.  
  214. Sial, aku ketahuan.
  215.  
  216. "Kampret! Kita bisa kedapatan massa! Cepat tangkap dia!"
  217.  
  218. Enggak ada alasan bagiku untuk tetap diam sekarang.
  219.  
  220. Seorang lelaki berlari ke arahku. Aku langsung berbalik dan menutupi wajahku.
  221.  
  222. Kuambil ponsel lipatku dalam saku kaos, lalu mengetik angka 1 sebanyak dua kali diikuti angka 0 setelahnya, kemudian kuhubungi nomor tersebut*. (*110 = polisi)
  223.  
  224. "Kamu telepon siapa?!"
  225.  
  226. "Halo, Polisi, ada gadis yang mau diperkosa beramai-ramai, Pak! Posisi saya ada di sekitar Pusat Alun-Alun Yongnomiya, tepatnya di pintu keluar balai kota."
  227.  
  228. Aku bicara cukup keras agar lelaki itu mendengar kalau aku sedang menelepon polisi. Aku sudah terbiasa hampir terbunuh di masa lalu karena jati diri 'otaku'-ku ini. Karena itu, saatnya memanggil keadilan di situasi seperti ini.
  229.  
  230. "Tolong segera kemari dan tangkap mereka, Pak!"
  231.  
  232. Bisa kurasakan lelaki tersebut mulai panik ketakutan, dan di saat yang sama, bisa kudengar suara sirine mobil polisi bergema di sekitar sini.
  233.  
  234. "Sial, ini pertama kalinya kamu ke sini, hah?! Dasar anggota enggak becus .... Oi, ayo pergi dari sini!"
  235.  
  236. Lelaki yang mengejarku tadi langsung berbalik dan kabur bersama gerombolannya.
  237.  
  238. "[Apa Anda sudah ada mendengar anggota kami yang datang? Kami baru saja mengirim unit patroli ke sana untuk menangkap mereka. Bisa Anda jelaskan seperti apa detailnya ...?]"
  239.  
  240. "... maaf, mereka sudah kabur duluan."
  241.  
  242. "[Benarkah? Kalau begitu, saya akan menanyakan beberapa hal pada An—]"
  243.  
  244. Gadis itu sudah dikasari, tapi tampaknya enggak sampai parah.
  245.  
  246. Aku sudah enggak punya urusan lagi di sini, jadi kututup ponsel-ku. Lagi pula, polisi juga enggak bakal tahu kalau aku yang menelepon.
  247.  
  248. Suara sirine polisi tadi sebenarnya berasal dari ponsel cerdasku yang satunya, dan bukan dari ponsel lipatku yang barusan. Jika ini siang hari, gerombolan yang mau memperkosa gadis tadi enggak bakal tertipu semudah itu. Tapi jika di malam hari, apalagi di gedung kosong begini, satu suara sirine yang pelan saja sudah bisa memperdaya mereka.
  249.  
  250. Atau mungkin karena efek hujan juga. Biar begitu, syukurlah semua baik-baik saja.
  251.  
  252. "...."
  253.  
  254. Jangan, jika dilihati begitu, bisa apes aku.
  255.  
  256. ... jika dipikir baik-baik, kenapa aku harus masuk ke dalam marabahaya di situasi seperti tadi?
  257.  
  258. Hujan makin dan makin bertambah deras saja. Bungkus plastik berisi DVD-DVD 'eroge' yang kubeli sebelumnya juga ikut basah.
  259.  
  260. "Aarghh ...."
  261.  
  262. Sesaat aku mendesah, si gadis yang terikat tadi sudah berhasil melepaskan diri.
  263.  
  264. Karena digerayangi oleh banyak lelaki, pakaian gadis tersebut jadi compang-camping. Rambutnya berantakan ..., dan sepertinya dia belum sadar kalau celana dalamnya sudah melorot sampai ke lutut.
  265.  
  266. Dia lalu menoleh menghadap ke arahku.
  267.  
  268. "... ah ..., eh? Kamu ...."
  269.  
  270. Oke, karena aku sudah enggak ada urusan lagi di sini, kuambil jalan pintas dan meninggalkannya. Polisi mungkin akan datang lagi kalau aku tetap di sini. Mungkin keadaan bisa lebih kacau lagi.
  271.  
  272. "Eh .... Tunggu! Hei! Kenapa kamu lari?! Tung-tunggu ..., tunggu sebentar!"
  273.  
  274. Aku berlari ke arah tempat aku datang sebelumnya tanpa menghiraukan panggilan gadis itu.
  275.  
  276. Dengan bertambah parahnya situasi, aku pun melarikan diri bersama gaya hidupku yang enggak lepas dari 'eroge' dan semacamnya ini.
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement