Advertisement
Guest User

Untitled

a guest
Mar 30th, 2020
95
0
Never
Not a member of Pastebin yet? Sign Up, it unlocks many cool features!
text 7.90 KB | None | 0 0
  1. Bibirnya dilumat, lidah bertemu lidah, tubuh mereka polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi. Desahan yang keluar dari bilah bibir milik Seungyoun mendominasi, sibuk memuja Seungwoo tanpa henti. Begitu juga Seungwoo yang tak henti hentinya memuji betapa indahnya tubuh milik Seungyoun hingga mereka berdua mencapai putih.
  2.  
  3. "Youn, jangan tidur dulu." Titah Seungwoo yang lalu beranjak pergi ke kamar mandi. Seungyoun yang kesadarannya sudah diambang batas segera kembali terjaga dengan terpaksa, tubuhnya lelah dan ia ingin segera tidur.
  4.  
  5. Pikiran Seungyoun berkecamuk, bukan maunya tapi semua keinginan ibu harus dilakukan. Ibu ingin cucu, meskipun Seungyoun tak ingin sekalipun, ia tetap harus menurutinya. Tanpa sadar Seungyoun menangis, harus menerima fakta bahwa dia tak punya kuasa apapun pada hidupnya sendiri.
  6.  
  7. Seungwoo tidak begitu lama di dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah bersih, bahkan sudah kembali mengenakan piyama tidurnya. Seungwoo keluar dengan handuk dan air hangat untuk Seungyoun dan suaminya itu menurut agar tidak tidur dulu.
  8.  
  9. Pelan Seungwoo bersihkan tubuh Seungyoun, takut takut jika nanti tubuh Seungyoun kesakitan lagi. Sejujurnya Seungyoun ingin berontak, terlalu canggung berada diposisi seperti ini cukup lama, takut jika Seungwoo sadar bahwa dirinya menangis tadi dan Seungwoo tidak bodoh untuk menyadari ada bekas air mata dipipi sang suami.
  10.  
  11. "Ada apa?"
  12.  
  13. Seungyoun menggeleng pelan, sesekali meringis ketika handuk lembab itu menyentuh bagian tubuhnya yang sedikit terluka karena permainan yang cukup kasar tadi. Seungwoo hanya diam, tidak tau harus merespon bagaimana.
  14.  
  15. Setelah tubuh Seungyoun bersih dan kembali memakai piyamanya, mereka kembali tidur seperti tidak ada kejadian apapun, tidak ada obrolan setelahnya, bahkan ketika pagi telah tiba mereka kembali pada rutinitas biasanya meski Seungyoun terlihat berjalan dengan sedikit susah payah.
  16.  
  17. --------------------
  18.  
  19. "Hoekk..."
  20.  
  21. Pukul enam pagi, Seungwoo yang masih ingin berlama lama di alam mimpinya terpaksa bangun setelah mendengarkan suara yang berasal dari kamar mandi. Disampingnya tak ada Seungyoun, itu artinya suara tadi berasal dari Seungyoun.
  22.  
  23. Panik. Seungwoo segera berlari ke kamar mandi yang untungnya tidak dikunci. Disana, Seungyoun memuntahkan seluruh isi perutnya yang nampaknya sudah tidak ada lagi yang ingin keluar, hanya cairan bening. Seungwoo berdiri disampingnya, memijat tengkuknya pelan.
  24.  
  25. "Jangan deket deket" suara Seungyoun parau, bibirnya pucat. Seungwoo ingin memeluknya, bukan karena apa apa, tapi saat ini Seungyoun tampak lemah dan Seungwoo tidak tega jika harus membiarkannya di toilet sendirian.
  26.  
  27. "Sini Youn" Seungwoo segera memeluk pinggang Seungyoun, dibawa membersihkan wajahnya lalu kembali ke tempat tidur mereka. Seungyoun benar benar tidak bisa berdekatan terlalu lama dengan Seungwoo, canggung.
  28.  
  29. "Kenapa tadi? Sakit?" Yang ditanya hanya menggeleng, tangannya sibuk memainkan selimut yang menutupi setengah dari tubuhnya, matanya sibuk memandang yang lain, apapun asal bukan Seungwoo yang auranya berkali kali lipat lebih menyeramkan daripada saat awal mereka bertemu.
  30.  
  31. "Terus kenapa? Kalo diajak ngobrol itu liat orangnya" di dalam hati, Seungyoun sudah berkali kali mengucapkan sumpah serapahnya karena Seungwoo yang demi tuhan kenapa harus terlihat menyeramkan dan sedikit tampan diwaktu yang bersamaan.
  32.  
  33. Tolong beri garis bawah pada kata sedikit, Seungyoun juga tidak tau kenapa dia memuji Seungwoo.
  34.  
  35. "Bukan apa apa, kayanya kemarin aku salah makan"
  36.  
  37. Dan Seungwoo tidak semudah itu untuk percaya, ada hal lain yang disembunyikan Seungyoun dan dia tidak tau hal apa itu.
  38.  
  39. Sejujurnya Seungwoo cemas. Setidak sukanya Seungwoo dengan pernikahan ini, Seungyoun tetap suaminya, ayahnya telah memberikan tanggung jawab pada Seungwoo untuk menjaganya
  40.  
  41. ----------------
  42.  
  43. Hari hari selanjutnya tampak normal, Seungwoo berangkat kerja dan Seungyoun dengan aktivitas hariannya, tapi entah kenapa akhir akhir ini tubuh Seungyoun mudah lelah. Bahkan pekerjaan yang biasanya dilakukan lebih dari dua jam tidak semudah itu membuatnya lelah, tapi sekarang hanya tiga puluh menit saja tubuhnya sudah lelah sekali.
  44.  
  45. Oh, bahkan terkadang tengah malam Seungyoun terjaga, entah karena lapar atau karena ingin melakukan sesuatu.
  46.  
  47. Seungwoo sudah berangkat bekerja sejak tadi pukul tujuh, dan sekarang Seungyoun sendirian lagi. Rutinitasnya sama, membuat makanan untuk makan siang, jaga jaga jika Seungwoo pulang lalu membersihkan rumah dan mungkin bermain dengan teman temannya nanti jika tubuhnya tidak lelah seperti kemarin kemarin.
  48.  
  49. Tepat seperti dugaannya, belum dua jam Seungyoun membersihkan rumah, tubuhnya sudah lebih dari lelah.
  50.  
  51. Tubuhnya ia bawa ke kamar, direbahkan diatas kasur dan sesekali memijat kaki kakinya. Pikirannya berkecamuk, kenapa tiba tiba tubuhnya terasa aneh? Oh, atau mungkin ada sesuatu yang sedang ibunya harapkan darinya.
  52.  
  53. "Woo, bisa nanti kalo mau pulang tolong mampir ke apotek dulu? Aku gaenak badan, jadi gabisa keluar sekarang"
  54.  
  55. Telfonnya segera ditutup, pesan dari Seungwoo diabaikan setelah ia mengirim pesan singkat barang yang ingin dia beli.
  56.  
  57. Tepat ketika jam menunjukkan angka tujuh, Seungwoo kembali ke rumah dengan barang yang sudah Seungyoun pesan sebelumnya. Tak membuang waktu, Seungyoun segera menggunakannya dengan pikiran yang sudah lebih dari kata berantakan.
  58.  
  59. Satu menit... Tiga menit... Tujuh menit
  60.  
  61. Seungyoun keluar dari kamar mandi. Seungwoo segera berdiri, menghampiri suaminya yang wajahnya setengah pucat itu. Tubuh Seungyoun dibawa ke kursi sedekatnya.
  62.  
  63. "Youn, ada apa?" Seungyoun lagi lagi menggeleng, tangannya yang sedari tadi bersembunyi dibalik hoodie ia keluarkan dengan sesuatu yang ia genggam erat.
  64.  
  65. "Dua Woo, aku hamil ya?" Perlahan, beberapa bulir air mata menghiasi pipi milik Seungyoun. Seungyoun lagi lagi menangis, dia berhasil, ibunya pasti bangga, ibunya pasti tidak akan bertanya hal hal aneh lagi yang bisa melukai hati Seungwoo.
  66.  
  67. Seungwoo tidak bodoh, dia tau arti dari dua garis yang terpampang jelas pada benda kecil itu. Tatapannya fokus pada laki laki yang tengah menangis dihadapannya, ia berhasil kan? Ia berhasil menuruti kemauan mertuanya.
  68.  
  69. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, tubuh Seungyoun dibawa dalam pelukannya. Menenangkan seseorang yang sekarang tengah mengandung buah hatinya. Seungyoun semakin erat memeluk tubuh suaminya, untuk pertama kalinya mereka melewati batas canggung yang dibuat oleh mereka sendiri.
  70.  
  71. Setelah hampir satu jam Seungyoun menangis di pelukannya, akhirnya laki laki itu berhenti, tubuhnya kini lebih tenang dari pada yang tadi.
  72.  
  73. Seungwoo membawa Seungyoun kembali ke ranjang mereka, merebahkan tubuh Seungyoun disana, memakaikannya selimut hingga batas dada, mengecup lembut dahinya. Seungwoo terlampau bahagia.
  74.  
  75. "Seungyoun" yang disebut namanya hanya menggumam pelan. Seungwoo tersenyum tipis, dirinya ia bawah untuk duduk dilantai sambil menatap wajah Seungyoun yang sedang berpura pura tertidur.
  76.  
  77. "Aku gatau harus gimana, tapi terimakasih. Kamu bawa dia ditubuh kamu, pasti susah kan? Kalo kamu butuh apa apa, bilang ke aku sekalipun aku ada dikantor. Aku tau Youn kamu ga suka dengan pernikahan ini, tapi tolong, untuk anak kita. Ayo kita mulai semuanya dari awal, pelan pelan. Gapapa kalo kamu masih canggung, tapi untuk anak kita, ayo bertahan bareng bareng."
  78.  
  79. Seungyoun yang awalnya berniat pura pura tidur hingga Seungwoo tidur juga berakhir batal. Seungyoun buru buru membawa tubuhnya kembali duduk, selimutnya disingkap, ia tatap Seungwoo serius.
  80.  
  81. "Aku juga terimakasih. Iya susah, aku gatau gimana tapi katanya nanti bakalan ada ngidam, jadi aku harap kamu siap waktu aku minta yang aneh aneh. Soal itu, iya Woo, ayo mulai lagi dari awal, pelan pelan. Kalo kamu masih ngerasa aneh dan canggung atau apapun itu, gapapa, kita bertahan buat anak kita."
  82.  
  83. Malam itu, pertama kalinya Seungwoo tidur dengan menatap wajah Seungyoun, begitupun Seungyoun yang tentunya masih canggung menatap wajah Seungwoo. Tidak apa apa, mereka bertahan untuk anak mereka.
  84.  
  85. -------------
Advertisement
Add Comment
Please, Sign In to add comment
Advertisement