Data hosted with ♥ by Pastebin.com - Download Raw - See Original
  1. Sebenarnya, bahasa di Minangkabau itu tergantung siapa yang menuturkannya. Itu berarti, tergantung dari mana orang tersebut berasal.
  2. Kl merunut sejarah Minangkabau dari kerajaan Pagaruyuang, berarti batas2 Minangkabau itu adalah:
  3. Dari Sikilang Aia Bangih (Pasaman Barat yg berbatasan dg Natal, Sumut)
  4. hingga Taratak Aia Hitam (Bengkulu)
  5. Dari Durian Ditakuak Rajo (Bungo, Jambi)
  6. hingga Sialang Balantak Basi (Kampar, Riau)
  7. Sementara itu, bahasa Minang juga dipakai oleh masyarakat di pesisir Sumut dan Aceh, serta di Negeri Sembilan, Malaysia.
  8.  
  9. Tiap2 daerah (selain perkotaan) cara masyarakat Minang bertutur sangatlah berbeda. Contoh kecilnya, Nagari Koto Tangah Simalanggang, dan Nagari Taeh Baruah, sama2 dalam Kecamatan Payakumbuh. Namun logat berbahasanya begitu berbeda. Ada idiom yg lucu tentang perbandingan dua bahasa tersebut. "Lebih baik dipacaruik-an (memaki dg kalimat P**tek) orang Simalanggang daripada disapa orang Taeh." Hehe. Itu karena, orang Taeh bila bicara, logat bahasanya keras. Kalau dianalogikan, logat Simalanggang itu seperti Jawa Kromo Inggil dan Logat Taeh seperti Batak Karo. hehe. Bayangkan, jika ada dua orang dengan logat berbeda tersebut berbicara.
  10. Kalau kita lihat lagi di Kabupaten Pasaman atau Pasaman Timur, mereka memakai bahasa Mandailing. Padahal, mereka jelas masyarakat Minangkabau.
  11.  
  12. Apa yang ditulis Arleta ini lebih sering diucapkan masyarakat "Minang di perkotaan" [istilah yg sy buat sendiri, utk memperjelas pembagian wilayah tutur bahasa]. Umumnya di tiap kota di Sumbar memiliki logat atau bahasa tutur yang sama. Hanya berbeda nadanya saja. Seperti di Payakumbuh, masyarakat di sana dalam bertutur seperti "bernyayi". Kalau di Kota Solok, lebih totok atau mendok seperti orang Bali.
  13. Kesamaan dalam bertutur di daerah kota ini, sejauh yg dapat sy simpulkan, karena dahulunya masyarakat Minang suka pergi menjual hasil kebun/pertanian daerah masing2 ke tempat yg telah disepakati terlebih dulu. Contohnya, Bukittinggi. Itu merupakan tempat berkumpulnya orang2 Agam [daerah tua di Minang, yang biasa disebut Luhak Agam] untuk menjajakan barang dagangan mereka. Begitu pula daerah lainnya, karena biasanya satu pedangang bisa menjajakan barang dagangannya ke saentro daerah yang ada di Minang. Jadi asumsi sy, itu adalah bahasa yang di bawa oleh pedagang. Ada yg bilang berawal dari Kota Padang. Namun, sy belum memiliki refrensi tentang hal itu.
  14.  
  15. Selanjutnya, Bangkinang, ibukota Kab. Kampar Riau, bahasa mereka sama dengan Bahasa perkotaan di Minang, begitupula dengan Teluk Kuantan. Dan Kota Pekanbaru, masyarakatnya sekarang sudah sering berbahasa Ind. Namun, masyarakat asli tentu mengerti bila kita bicara menggunakan bahasa Minang perkotaan. Jika ada yang tidak mengerti, itu bisa diasumsikan sebagai masyarakat pendatang.
  16.  
  17. Nah, rasanya terlalu dini jika kita mengasumsikan apa yang Arleta sampaikan sebagai Bahasa Minang. Sy belum terlalu paham tentang Minangkabau. Tapi tulisan ini menggelitik sy untuk terus mencari tahu.Terimakasih sebelumnya.
  18. Kesimpulan sy, dialeg bahasa Minang tidak secara keseluruhan seperti yang Arleta sampaikan. Hingga saat ini, saya pribadi masih menganggap Bahasa Minang itu bahasa yang tertuang di dalam Tambo, Kaba, dan Dendang. Apa itu? Mari kita cari.. hehe
  19.  
  20.  
  21. Salam
  22. Romi Mardela